search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Pergi ke Banyuwangi, Warga Lokapaksa Tewas dengan Luka Tembak
Senin, 11 Juli 2016, 06:05 WITA Follow
image

bbn/suaradewatacom

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BULELENG.

Beritabali.com, Buleleng. Komang Jeneng, Warga Banjar Dinas Segara, Desa Lokapaksa, Kecamatan Seririt, Buleleng, tewas dengan luka tembak di perut, saat pergi ke Banyuwangi dengan rekannya. Penembakan diduga dilakukan oknum kepolisian di wilayah Polsek Genteng, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Tak satu pun anggota kepolisian yang menyertai jenazah ketika dibawa pulang ke Buleleng dari Banyuwangi.
 
“Yang pergi menjemput mayatnya hanya Perbekel kami (Perbekel Lokapaksa) ke Banyuwangi dan yang membuat kami merasa dilecehkan adalah selain tidak satu pun anggota Polisi yang menjelaskan kejadian itu ke keluarga serta di atas jenazahnya diletakkan uang Rp 8 juta yang menurut Perbekel itu sebagai tanda turut berbela sungkawa,” ujar Putu Leong yang merupakan warga Desa Lokapaksa ketika ditemui usai acara pembakaran jenazah di kuburan Desa Lokapaksa, Minggu (10/7/2016).
 
Perbekel Desa Lokapaksa, I Wayan Ariadi, mengaku dirinya hanya mendapat cerita dari pihak kepolisian di Polsek Genteng terkait dengan korban yang ditemui sudah tidak bernyawa.
 
“Saya sempat ditelpon dengan menggunakan nomor pribadi Komang Jeneng (almarhum), Minggu (3/3/2016), sebanyak tiga kali dan tidak saya angkat karena belum bangun. Kemudian sekitar pukul 07.00 Wita ada yang telepon pakai nomor berbeda dan ternyata itu Komang Jeneng. Lalu kemudian ada suara orang lain lagi ditelepon tersebut dan menanyakan apa betul punya saudara bernama Komang Jeneng,” papar Ariadi
 
Pada saat berbicara dengan orang lain ditelepon tersebut yang ternyata mengaku sebagai polisi, Ariadi mendapat keterangan Jeneng ditemukan oleh warga di daerah Dadung yang merupakan perbatasan antara Desa Gleenmore dengan Desa Genteng. Jeneng ditemukan dalam kondisi telanjang di sungai yang akhirnya oleh warga kemudian diberikan baju serta disuruh menggunakan celananya.
 
“Sama warga di sana (Gleenmore) kemudian diberikan celananya milik Jeneng lalu diberikan sepotong baju. Karena bajunya tidak diketahui kemana. Itu kata Pak Ketut Ariasa yang menanyakan ke Jeneng saat ditemukan dalam kondisi telanjang,” papar Ariadi menuturkan.
 
Menurut keterangan Ariadi, Ketut Ariasa adalah seorang anggota kepolisian yang bertugas di Polsek Genteng dan kebetulan berasal dari daerah Kabupaten Jembrana. Ariasa disebut orang yang menemukan Jeneng sekitar pukul 05.00 Wita pada (3/7/2016) dan membawa ke Pos Pengamanan Lalu Lintas Mudik Lebaran di Genteng.
 
Dikatakan, Ariasa sempat mencarikan transportasi berupa ojek untuk mengantar Jeneng pulang ke Buleleng dan hanya sampai di Pelabuhan Ketapang. Namun, Jeneng kemudian balik kembali ke pos dan mengaku takut kembali pulang karena akan dicegat orang-orang tertentu.
 
“Ketika ditanyakan sama pak Ariasa tentang siapa yang mencegat, Jeneng seolah ketakutan dan tidak mau menyebut siapa orang tertentu yang akan mencegatnya. Akhirnya, Jeneng pun diijinkan untuk beristirahat di meja panjang yang telah ada di Pos sampai dengan Pak Ariasa jam pergantian tugas piket di pos itu,” ujar Ariadi.
 
Sampai berita ini diunggah, belum ada satu pun pihak yang mengungkap sebab ketakutan Jeneng pulang ke Bali pasca ditemukan dalam kondisi telanjang oleh Ariasa. Dan setelah istrinya mendapat penuturan dugaan cekcok di mobil dengan rekannya yang kemudian kembali tanpa Jeneng ke Desa Lokapaksa.
 
Dikonfirmasi mengenai luka tembakan, Ariadi mengaku penuturan tersebut pun didapat dari pihak Polsek Genteng. Yang pada awalnya, lanjut Ariadi, sekitar pukul 11.00 Wita saat berada dalam antrean penumpang di Pelabuhan Gilimanuk, ia mendapat telepon dari anggota polisi lain yang mengatakan Jeneng melakukan percobaan bunuh diri.
 
“Kata polisinya, Jeneng mencoba bunuh diri pakai kawat berduri lalu kemudian mencoba menabrakkan tubuhnya ke kendaraan truk yang sedang berjalan. Akhirnya saya pun meninggalkan motor di antrian dan jalan kaki ke arah pelabuhan agar lebih cepat sampai dan menyeberang (ke Ketapang, Banyuwangi). Saat itu dikatakan Jeneng diborgol agar tidak coba bunuh diri lagi,” tutur Ariadi.
Tapi sesampai di Polsek Genteng, Ariadi mengaku menemukan kondisi Komang Jeneng sudah tidak bernyawa di kamar mayat sebuah rumah sakit kawasan Banyuwangi. Ia pun mendapat cerita yang membingungkan terkait penembakan yang dilakukan oleh anggota polisi akibat Komang Jeneng yang sempat mengamuk dan melukai warga dengan sebilah pisau.
 
Karena tidak memiliki latar belakang penderita kelainan jiwa, Ariadi kemudian mengaku meminta pihak kepolisian melakukan tes urine dan hasilnya pun baru diketahui pada Senin (4/7/2016) yang ketika itu sedang dalam perjalanan menunju Bali dengan membawa jenazah Jeneng.
 
“Katanya mengandung amphetamine dan satu lagi zat yang saya lupa namanya. Tapi intinya katanya urine mengandung narkotika jenis sabu-sabu dan ineks,” pungkas Ariadi yang sama sekali tidak pernah melihat hasil tes urine dari Jeneng yang sudah meninggal dunia ketika dilakukan tes urine.
 
Ariasa yang coba dikonfirmasi terkait dengan kejadian tewas ditembaknya Jeneng oleh kepolisian mengaku tidak berani mengklarifikasi.
 
“Saya lagi atur lalu lintas di jalan karena kondisi lagi macet. Masalah itu (ditembaknya Jeneng), saya kan punya atasan (Kapolsek Genteng). Silahkan hubungi Kapolsek saja pak dan saya tidak berani memberikan informasi apapun,” pungkas Ariasa dari balik telepon selulernya.
 
Pergi ke Banyuwangi Bersama Beberapa Kawan 
 
Dikonfirmasi di tempat yang sama, Kadek Suryani,41, yang merupakan istri korban pun mengaku tidak mengetahui kejelasan penyebab suaminya ditembak hingga meninggal dunia. Suryani pun kini harus menghidupi lima orang anak hasil perkawinan dengan almarhum Komang Jeneng. Dimana, ia mengaku meminta kejelasan atas kondisi suaminya yang tewas dengan luka lebam di sekujur badan serta sebuah lubang timah panas di bagian perut sebelah kiri.
 
Suryani menuturkan, suaminya mengaku pergi ke Jawa selama tiga hari sejak Jumat (1/7/2016) sekitar pukul 21.00 Wita bersama beberapa orang temannya yang dikenal bernama Sidang, warga Desa Lokapaksa. Dan keesokan harinya, seorang rekan suaminya yang lain yakni Kadek Bonges sempat menyampaikan kepada Suryani bahwa suaminya akan segera pulang.
 
“Ternyata yang pulang hanya si Sidang bersama tiga orang temannya. Dan itu pun tidak ada suami saya (Suryani). Saya tanya, kenapa suami saya tidak ikut datang dan mendapat kejelasan bahwa suami saya katanya menendang Sidang di dalam mobil untuk meminta turun kencing. Tapi kata Sidang, waktu turun kencing lalu suami saya lari,” kata Suryani.
 
Menurut pengakuan Sidang kepada Suryani, Komang Jeneng ketika turun dari mobil dan diceritakan lari kemudian sempat dicari oleh orang satu kampung yang pada akhirnya tidak ketemu.
 
Kesimpangsiuran cerita yang disampaikan oleh Sidang kepada Suryani pun dianggap tidak jelas dan sehingga ia mengaku semakin binggung ketika sang suami tidak ikut pulang ke Buleleng pasca pergi bersama rekan-rekannya. Hingga akhirnya menerima kondisi sang suami sudah terbujur kaku dengan beberapa bekas lebam pada bagian atas.
 
“Kondisi tubuh bagian bawah suami pun tidak saya ketahui karena sampai di rumah (Desa Lokapaksa) sudah terbungkus dan hanya kelihatan muka saja. Saya baru tahu ada bekas luka tembak dari foto mayat suami saya saat masih di kamar jenazah di rumah sakit Banyuwangi. Ada bagian perut tertutup perban di sebelah kiri di foto jenazah suami saya itu,” kata Suryani yang nyaris menumpahkan air matanya ketika dikonfirmasi www.suaradewata.com. [bbn/sdc/psk]

Reporter: bbn/psk



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami