search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Puri Satria Kawan Sambut Nyepi dengan Tradisi Perang Api
Rabu, 29 Maret 2017, 16:27 WITA Follow
image

bbcom

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, KLUNGKUNG.

Beritabali.com, Klungkung. Warga Puri Satria Kawan, Desa Paksebali, Kecamatan Dawan, Klungkung punya tradisi unik yakni ritual Perang Api. Ritual Perang Api yang oleh warga setempat disebut sebagai Melukat Gni digelar serangkaian Nyepi, tepatnya diadakan saat malam pengerupukan.

Seperti  Nyepi  tahun saka 1939 kali ini, Ritual Perang Api diadakan di perempatan desa, Senin (27/3) mulai pukul 19.00 WITA. Ritual ini bertujuan menyucikan bhuwana alit atau mikrocosmos dan bhuwana agung atau makrocosmos.

[pilihan-redaksi]
“Melukat Gni itu berasal dari Melukat yang artinya pembersihan atau penyucian, sedangkan Gni berarti api, jadi Melukat Gni itu berarti penyucian baik diri manusia maupun alam lingkungan dengan menggunakan sarana api,” demikian kata salah seorang tokoh Puri Satria Kawan Mangku Anak Agung Gde Anom Merta. Ia menyampaikan, ritual Perang Api juga dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan alam dan keharmonisan alam.
 
Prosesi  Perang Api diawali dengan melakukan persembahyangan bersama di pura atau merajan Puri Satria Kawan. Puluhan pemuda yang ikut dalam ritual itu selanjutnya menuju catus pata lengkap membawa prakpak (red: daun kelapa kering) siap dinyalakan.

Tepat di perempatan desa para peserta selanjutnya menghantamkan prakpak dengan bara api kepada masing-masing lawan.  
Uniknya, tidak satupun ada perserta yang terbakar dan mereka tidak ada dendam kendati kulit mereka terkena api. Suasana makin riuh dan semarak ketika ritual ini diiringi dengan baleganjur.

“Tradisi ini memang rutin dilaksanakan setiap tahun, mereka yang ikut dalam ritual itu tidak ada yang dipaksa atau diwajibkan tapi semua berangkat dari kesadaran,” ujar salah seorang warga Satria, AA Gde Anom. Ritual berlangsung hingga tengah malam. [wan/wrt]

Reporter: -



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami