search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Pentas Kemah Budaya 2017 Memukau, "Dicederai" Sound Kurang Maksimal
Senin, 7 Agustus 2017, 11:00 WITA Follow
image

Sawong Jabo dalam Pentas Kemah Budaya 2017. [bbcom]

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, TABANAN.

Beritabali.com, Tabanan. Penampilan anak SMA dalam pentas kemah budaya 2017  dengan tema satu bumi satu jiwa, di Lapangan Kediri, Desa, Kediri, Tabanan Sabtu malam (5/8/17) sangat memukau. Namun penampilan 50 pelajar yang selama 4 hari dilatih kreatifitas seni dan budayanya di areal Perkemahan Pura Srijong, Kecamatan Selemadeg, “dicedrai” kurang maksimalnya tata suara atau sound system. 
 
Hal ini terlihat ketika peserta kemah budaya mementaskan teater vokalisasi puisi yang menceritakan keadaan bangsa dan negara saat ini, yani negara yang dirongrong radikalisme, egoisme, dan rasisme. Diawal tampilan anak-anak SMA se-Tabanan yang berjumlah 50 orang tersebut sudah sangat bagus. Masing-masing memerankan karakternya dengan baik. Begitu juga dengan mimik wajah dan penjiwaan yang total. Namun ditengah penampilan, ketika ada dialog antara pemeran, suaranya tidak terdengar maskimal. Suara terkadang terputus-putus, sehingga tidak jelas didengar oleh penonton. 
 
[pilihan-redaksi]
Begitu juga saat salah seorang membacakan puisi. Puisi yang penuh makna, arti dan penjiwaan itu menjadi kurang ketika suaranya tidak terdengar dengan jelas.
 
“Saya puas nontonya, namun ada yang kurang sedikit, suaranya sering putus putus,” jelas salah satu penonton yang memang senang dengan seni pementasan teater. 
 
Sebelumnya, dipentaskan beberapa tari bali yang ditampilan oleh sanggar seni Leklok, warok,  natya praja dan sanggar seni dari Desa Jegu yang dibina oleh  Anak Kembar Ana dan Ani. 
 
Selain tampil anak anak kemah budaya juga tampil musisi nasional Sawong Jabo bersama Sirkus Barok. Tidak ketinggalan penggagas Kemah Budaya I Ketut “Boping” Suryadi tampil bersama Band Anak Angin. Pementasan ditutup oleh penampilan Band 4 WD. 
 
I Ketut “Boping” Suryadi selaku penggagas kemah budaya mengatakan, ia bersama anak angin dan mata angin communication telah menuntaskan road show seni dan budaya di 10 kecamatan yang ada di Tabanan. Sejatinya di Tabanan banyak pontensi sanggar seni yang ada. Buktinya saat pementasan kemah budaya pihaknya mementaskan tiga sanggar seni yakni Leklok, Warok dan natya praja. 
 
“Saat ini juga saya ajak pembina sanggar seni dari Desa Jegu yakni Ana dan Ani,” jelas Boping. 
 
[pilihan-redaksi2]
Dikatakanya Ana dan Ani adalah anak kembar yang beragama Islam. Namun keduanya menguasai seni tari bali yang luar biasa dan membuka sanggar seni di rumahnya.
 
“Artinya di Tabanan toleransi sangat kuat. Buktinya Ana dan Ani yang muslim tapi menguasai penuh tari bali,” bebernya. 
 
Jadi kata Boping seni dan budaya tidak dibatasi oleh suku agama dan tidak ada yang bisa memisahkan pun radikalisme. 
 
Kemah budaya merupakan salah satu program dari Dinas Pendidikan Tabanan digelar berkelanjutan setiap tahunnya. Para mantan peserta kemah budaya sudah ada yang pentas ke luar negeri. [bbn/nod]

Reporter: -



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami