Menikmati Nasi Babi Guling di Pura Aditya Jaya Rawamangun
Minggu, 29 Juli 2018,
15:20 WITA
Follow
IKUTI BERITABALI.COM DI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, NASIONAL.
Beritabali.com, Jakarta. Menjajal menu Kuliner khas tradisional Bali seperti nasi babi guling di luar daerah rasanya agak sulit ditemui jika tidak berbekal rekomendasi dari teman. Namun jika kebetulan di Jakarta tidak sulit menemukan lokasi warungnya, cukup bertandang ke Pura Aditya Jaya Ramawangun, Jakarta Timur, tersedia deretan beberapa warung yang menghidangkan variasi menu khas Bali yang beragam.
[pilihan-redaksi]
Seperti yang ditawarkan oleh Kantin "Jaen" San. Dengan menonjolkan nama "Jaen" atau yang berarti nikmat, kantin yang dikelola oleh Pak Agung Gama ini menyuguhkan menu nasi babi guling lengkap dalam satu porsi. Dari mulai sate lilit dan sate babi, lawar, daging babi dengan campuran bumbu Bali, urutan, kulit babi, tum bali hingga sambel iris khas Bali ditemani dengan siupan kuah sayur nangka yang lezat. Dengan menu komplit tersebut, konsumen cukup membayar satu porsinya seharga Rp30 ribu hingga Rp35 ribu.
Seperti yang ditawarkan oleh Kantin "Jaen" San. Dengan menonjolkan nama "Jaen" atau yang berarti nikmat, kantin yang dikelola oleh Pak Agung Gama ini menyuguhkan menu nasi babi guling lengkap dalam satu porsi. Dari mulai sate lilit dan sate babi, lawar, daging babi dengan campuran bumbu Bali, urutan, kulit babi, tum bali hingga sambel iris khas Bali ditemani dengan siupan kuah sayur nangka yang lezat. Dengan menu komplit tersebut, konsumen cukup membayar satu porsinya seharga Rp30 ribu hingga Rp35 ribu.
Selain menu babi guling, kantin ini juga menyediakan menu lainnya seperti ayam betutu dan ares bebek. Agung Gama yang berasal dari Sibang Kaja, Denpasar ini mengaku telah berjualan di areal Pura Aditya Rawamangun sekitar tahun 1990 lalu. Untuk mendapatkan daging babi sebagai bahan baku, ia menuturkan tidak mengalami kendala karena tersedia di pasar ataupun warung etnis Tionghoa.
"Disini harga untuk daging babi dijual sekitar Rp55 ribu per kilonya," ujarnya belum lama ini di Jakarta.
[pilihan-redaksi2]
Tetapi justru kantin ini tidak berjualan setiap hari, khusus hanya hari Minggu karena justru puncaknya umat Hindu yang datang ke Pura Aditya Rawamangun memang biasanya pada hari itu. Dulu, ia pernah mencoba buka di hari rutin, tetapi memang pengunjungnya tidak sebanyak hari Minggu. Hari libur memang dimanfaatkan umat Hindu yang berdomisili di Jakarta untuk melakukan kegiatan spiritual dan berkumpul bagi sesama umat.
Tetapi justru kantin ini tidak berjualan setiap hari, khusus hanya hari Minggu karena justru puncaknya umat Hindu yang datang ke Pura Aditya Rawamangun memang biasanya pada hari itu. Dulu, ia pernah mencoba buka di hari rutin, tetapi memang pengunjungnya tidak sebanyak hari Minggu. Hari libur memang dimanfaatkan umat Hindu yang berdomisili di Jakarta untuk melakukan kegiatan spiritual dan berkumpul bagi sesama umat.
Seperti yang tampak saat redaksi Beritabali.com berkunjung di Pura Aditya Rawamangun. Pamedek yang tangkil tersebar dari beberapa wilayah di Jakarta. Mereka rata-rata mengunakan pakaian adat sederhana, cukup dengan memakai sarung atau hanya saput saja. Meski demikian kegiatan keagamaan terasa hidup kala beberapa orang yang berada di wantilan pura sedang latihan gong, para pemangku yang sibuk melayani umat dan pamedek yang terlihat khusyuk menghaturkan bhakti.
Pura yang dibangun pada tahun 1972 ini mengalami pembangunan berkala sebanyak 7 tahapan. Peletakan batu pertama dimulai pada tahun 1972, dan baru selesai pada tahun 1997. Pura Aditya Jaya memiliki dua pintu masuk yang pertama di Jalan Daksinapati Raya No 10 dan di pintu Depan Jalan Tol Cawang-Tanjung Priok. (bbn/rob)
Reporter: bbn/rob