search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Pembangunan Infrastruktur di Benoa Perlu Tekankan Kajian Sosial Budaya dan Spiritual
Jumat, 24 Agustus 2018, 08:14 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com,Denpasar. Sejumlah tokoh organisasi masyarakat (ormas) mempertanyakan AMDAL pembangunan infrastruktur di kawasan Pelabuhan Benoa, yang tak sebatas bukti kajian ekonomi, fisik, kimia, biologi tetapi yang tak kalah penting kajian sosial budaya dan spiritual. 
 
[pilihan-redaksi]
Beberapa pentolan ormas seperti Ir. A.A. Putu Agung Suryawan Wiranatha, M.Sc, Ph.D (Paiketan Krama Bali), Ida Bagus K. Susena, S.Kom (Puskor Hindunesia), Ir. Made Mandra, M.Sc  (Love Bali Forum), Ir. Nyoman Merta Harnaga (Yayasan Craddha) dan Wayan Suartana (Tokoh masyarakat Legian),  Kamis (23/8) mendatangi Kantor Pelindo III di Pelabuhan Benoa. Kedatangan para tokoh ini diterima langsung GM Pelindo III, I Wayan Eka Saputra didampingi Kepala Syahbandar, Mustadi. 
 
"Pembangunan infrastruktur di kawasan pelabuhan harus diketahui oleh masyarakat terutama masyarakat yang terdampak dari pembangunan tersebut. Tanpa persetujuan masayarakat,  maka jangan salahkan jika masyarakat menolak" ujar Agung Suryawan. Kepala Puslit Kebudayaan dan Pariwisata Univ. Udayana ini mencurigai pengurugan laut di Pelabuhan Benoa ada peruntukan lain di luar kebutuhan pelabuhan. Sejauh ini Agung Suryawan yang juga tokoh Desa Adat Sesetan belum mengetahui adanya sosialisasi terkait pengurugan laut di kawasan itu. 
 
Hal senada diungkapkan Ida Bagus Susena. Ketua Dekornas Puskor Hindunesia ini tak mempersoalkan jika Pelindo membangun fasilitas terkait kepentingan dermaga. Namun jika lahan hasil pengurugan laut di kawasan pelabuhan disiapkan untuk pemanfaatan lain itu yang pasti  ditolak oleh masyarakat. 
 
"Infrastruktur selain untuk kebutuhan pelabuhan seharusnya tidak boleh ada karena akan berdampak luas bagi masyarakat" ujar Susena. 
 
Ia minta kepada pihak Pelindo III agar tetap melakukan sosialisasi ke masyarakat di sekitarnya agar pembangunan infrastruktur itu tak menimbulkan masalah. Ketua Love Bali Forum, Ir. Made Mandra, M.Sc menekankan agar apa pun jenis pembangunan di Bali harus memperhatikan aspek sosio-budaya-spiritual. Terlebih lagi kawasan Benoa itu diyakini sebagai kawasan sakral. Itulah ia lakukan saat menjadi Dirut BTDC Nusa Dua. 
 
Aktivis Yayasan Craddha,  Nyoman Merta Harnaga menambahkan, masyarakat Bali bukannya anti investasi dan teknologi, namun semua harus ada sosialisasi karena masyarakat Bali memiliki keyakinan terhadap aspek niskala (alam tidak nyata).  "Kami pernah mendapat pesan-pesan niskala dari para sesuhunan saat bersembahyang pada  8 Nopember 2015 di Pura Suwung Deluwang Pulau Pudut yang menyatakan beliau para sesuhunan yang "tedun" prihatin dengan rencana eksploitasi di kawasan Benoa yang diyakini memiliki  71 titik suci yang tak boleh diutak-atik" ujar Nyoman Merta Harnaga.  
 
Menurut Nyoman, pesan niskala itu patut menjadi pertimbangan dalam setiap aktivitas terkait pembangunan di kawasan Benoa. Hal senada dikatakan I Wayan Suartana bahwa masyarakat terdampak di sekitar Pelabuhan Pelindo harus diajak bicara perihal rencana pengembangan dan penataan  dermaga.  GM Pelindo III,  I Wayan Eka Saputra menyatakan sepakat dengan masukan para tokoh itu. Sebagai orang Bali, ia pun percaya bahwa kajian sosial budaya dan aspek spiritual itu penting dilakukan.  
 
[pilihan-redaksi2]
Pihaknya berjanji  pada Senin,  27 Agustus 2018 akan  menyampaikan detail kajian terkait rencana pembangunan infrastruktur di Pelabuhan Benoa kepada Paiketan Krama Bali utk dibahas bersama pihak Pelindo III dalam waktu dekat. Eka Saputra memperlihatkan maket rencana penataan Pelabuhan Benoa termasuk site plan pembangunan fasilitas bisnis di areal hasil  pengurugan laut. Ia berdalih bahwa nantinya fasilitas bisnis itu akan mengutamakan masyarakat lokal. 
 
Sosialisasi terkait pembangunan infrastruktur menurut Eka Saputra telah dilakukan di Desa Pedungan, Serangan dan Kelurahan Tanjung Benoa. Hanya saja pihaknya belum bisa menunjukkan Dokumen AMDAL terkait pembangunan tersebut selain belum adanya sosialisasi  di Desa Sesetan sebagai wilayah terdampak. Pihak Tokoh Ormas Krama Bali tersebut menunggu janji GM Pelindo tersebut. (bbn/rls/rob)
 

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami