search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
AHF: Pendapatan Negara Berkembang Tidak Sepadan dengan Harga Secangkir Kopi
Jumat, 12 Oktober 2018, 08:56 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BADUNG.

Beritabali.com,Badung. AIDS Healthcare Foundation (AHF) menyerukan kampanye dengan membagikan kopi agar Bank Dunia  mengubah kebijakannya terkait klasifikasi negara-negara berpenghasilan menengah (MIC/Middle Income Country).
 
Dalam kampanye kreatif yang dilangsungkan selama penyelenggaraan IMF-World Bank di Nusa Dua (8-14 Oktober 2018) tersebut "kopi World Bank" itu bertuliskan “$ 2,73 per day is not middle income,” atau pendapatan USD 2,73 per hari bukan termasuk negara menengah. Hal ini bertujuan agar Bank Dunia mengubah klasifikasi pendapatan negara berkembang yang disejajarkan dengan harga secangkir kopi per hari.  
 
Country Program Manager AHF Indonesia, Riki Febrian mengatakan hal ini dilakukan sebagai dampak berkurangnya bantuan internasional terkait penanganan penderita HIV/AIDS di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Padahal  kemampaun pemerintah Indonesia untuk menangani pengidap  HIV/AIDS  belum memadai dan pihaknya sangat mencemaskan hal tersebut.
 
“Dari sekitar 630 ribu penderita, hanya sekitar 290 ribu orang yang bisa ditangani,” jelasnya, Kamis (12/10).
 
Lebih lanjut, belakangan bantuan internasional untuk penanganan HIV/ADS di negara berkembang, termasuk Indonesia, berkurang. Hal itu terjadi karena, Bank Dunia memberlakukan klasifikasi baru mengenai negara berpenghasilan menengah atau Middle Income Country (MIC). Dengan demikian maka, Bank Dunia menetapkan negara dengan penduduk berpenghasilan 2,73 dolar AS  per hari, atau setara dengan harga secangkir kopi di banyak negara, bukan termasuk kelompok negara miskin.
 
“Padahal, badan atau lembaga donor, seperti Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis and Malaria, menggunakan skala penghasilan Bank Dunia untuk menentukan negara yang menerima bantuan,” ujarnya.
 
Disampaikan, karena Indonesia bukan masuk kategori MIC, maka bantuan intenasional menyusut dan hal itu semakin memperburuk penanganan HIV/AIDS di negeri ini. Padalah selama ini 80 persen dana penanganan HIV/AIDS di Indonesia berasal luar. 
 
“Karena kita dianggap sudah kaya, negara lain dan lembaga dana menarik dukungan,” ucapnya.
 
AHF merupakan organisasi non profit yang berbasis di Los Angeles. Saat ini AHF menyediakan perawatan atau layanan medis kepada lebih dari 1 juta orang penderita HIV/AIDS di 41 negara , tersebar di AS, Afrika, Amerika Latin , Karibia, Asia Pasifik dan Eropa Timur.(bbn/aga/rob)

Reporter: bbn/aga



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami