search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Didanai Australia, LBH WCC Berdayakan Perempuan Bali Berwirausaha Sosial Eco-Dupa
Sabtu, 1 Juni 2019, 10:47 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, TABANAN.

Beritabali.com, Tabanan. Lembaga Bantuan Hukum Bali Women Crisis Centre (LBH BWCC) meluncurkan proyek percontohan Pengembangan Wirausaha Sosial Eco-Dupa untuk Kesejahteraan dan Kemandirian Perempuan (Puspa Setara) yang berlangsung pada tanggal 31 Mei 2019 bertempat di Kubu Women Crisis Centre (WCC), Desa Penatahan, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali.
 
[pilihan-redaksi]
Proyek Pupsa Setara merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh LBH BWCC yang secara resmi dimulai pada April 2019 dengan dukungan pendanaan dari Direct Aid Program (DAP) Kedutaan Australia, yang menyediakan dukungan finansial bagi inisiasi-inisasi dengan tujuan meningkatkan daya lenting masyarakat, salah satunya melalui pemberdayaan perempuan.
 
Proyek dengan masa kegiatan selama delapan bulan ini secara umum bertujuan untuk mendorong kemandirian perempuan melalui wirausaha dupa ramah lingkungan sebagai upaya pemberdayaan ekonomi dan upaya mitigasi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
 
Acara ini dihadiri oleh para pemangku kepentingan dan undangan lainnya yang berasal dari kalangan pemerintah daerah Provinsi Bali hingga pemerintah desa, organisasi masyarakat sipil, komunitas perempuan dampingan LBH BWCC, dan masyarakat umum. 
 
 
Di dalam acara ini diikuti juga dengan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) bagi pemangku kepentingan Puspa Setara untuk menggali lebih jauh tentang temuan lapangan terkait penyebab dan kasus kekerasan terhadap perempuan di Bali, usaha dan upaya mitigasi yang telah dilakukan oleh berbagai pihak dalam mengatasi kasus kekerasan terhadap perempuan sebagai kelompok rentan, serta tantangan-tantangannya.
 
LBH BWCC membentuk kelompok-kelompok binaan bagi para perempuan penyintas kekerasan dan bukan penyintas untuk program pemberdayaan ekonomi dengan berbagai kegiatan, salah satunya adalah wirausaha sosial eco-dupa. Wirausaha dupa dipilih karena terdapat nilai ekonomis dan sangat berpotensi dikembangkan mengingat kebutuhan dupa secara lokal sangat tinggi. Melalui Puspa Setara, kelompok binaan kami mendapatkan berbagai pelatihan peningkatan kapasitas, seperti teknik pengoperasian mesin dupa, sistem manajemen sumber daya manusia, sistem keuangan, pengemasan produk, dan pemasaran,” kata Ketut Madani Tirtasari, Direktur LBH BWCC.
 
Dari hasil analisis LBH BWCC berdasarkan data dari BPS-Statistik Indonesia tahun 2010, menunjukkan terdapat 3.268.866 orang beragama Hindu dan Buddha di Bali dengan jumlah rumah tangga mencapai 649.000. Setiap harinya, sebuah keluarga (dengan asumsi terdapat 5 anggota keluarga) setidaknya membutuhkan paling sedikit rata-rata 10 batang dupa untuk keperluan sembahyang atau ibadat, yang secara statistik jika dihitung terdapat kebutuhan 6.490.000 batang dupa atau sekitar 1,2 ton dupa per hari di Bali. 
 
Jumlah ini akan menjadi semakin tinggi jika perhitungan ini memasukkan hari-hari raya (Rerainan) dan kegiatan lain seperti meditasi dan relaksasi. Kebutuhan harian dupa biasanya kebanyakan dipasok dari luar wilayah Bali, sementara pada hari raya-hari raya keagamaan, pasokan dupa-dupa impor juga bergabung dalam rantai suplai dupa ini. 
 
LBH BWCC melihat terdapat peluang untuk membangun rantai suplai dupa secara lokal karena proses bisnisnya cukup sederhana dan jumlah industri berbasis rumahan untuk produk ini masih rendah di Bali. Tren produk ramah lingkungan juga akan pemicu besar untuk pembentukan wirausaha dupa skala kecil di Bali terutama jika bisnis cenderung menghasilkan dampak positif pada sisi finansial, sosial, dan lingkungan.
 
Proyek Puspa Setara secara khusus dilaksanakan di Banjar Kekeran di Desa Penatahan dengan memberdayakan kelompok perempuan yang beranggotakan 40 orang. Sebelumnya selama dua tahun terakhir, LBH BWCC telah membangun dan mengembangkan dua usaha dupa skala kecil berbasis masyarakat di desa ini dan Banjar Taksu (Kabupaten Bangli). 
 
Sistem pembagian hasil penjualan dupa diterapkan, sebagian dibagikan diantara para anggota kelompok dan sisanya disimpan serta digunakan untuk membantu para korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di wilayah masing-masing.
 
[pilihan-redaksi2]
“Jadi, melalui Puspa Setara tidak hanya sisi peningkatan taraf perekonomian untuk para perempuan saja yang menjadi tujuan pemberdayaan, namun juga bertujuan untuk membangun solidaritas, soliditas, dan kemandirian yang lebih kuat diantara para perempuan termasuk untuk para penyintas kekerasan. Di dalam kelompok mereka akan mampu menciptakan suasana yang saling mendukung diantara sesama perempuan sehingga mereka juga berani berbicara,” tutur Ni Nengah Budawati, penasehat LBH BWCC.
 
Inisiasi Puspa Setara pada akhirnya ke depan dapat menjadi salah satu proyek percontohan pemberdayaan perempuan yang bisa direplikasi lebih luas di wilayah Bali, juga program-program lain terkait pemberdayaan ekonomi bagi perempuan yang telah dilaksanakan oleh berbagai pihak dan membawa berbagai dampak positif bagi para penerima manfaatnya. 
 
Upaya kolaborasi juga penting untuk bersama-sama dilakukan dalam menciptakan kemandirian bagi perempuan agar menjadi lebih berdaya. Semua ini bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi kasus kekerasan terhadap terhadap perempuan dengan berbagai usaha. (bbn/rls/rob)

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami