search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Seminar Sejarah Balingkang, Mencari "Benang Merah" Hubungan Bali-Tiongkok (1)
Selasa, 3 Desember 2019, 17:15 WITA Follow
image

beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, TABANAN.

Seminar Sejarah Balingkang digelar di Politeknik Internasional Bali, jalan Pantai Nyanyi Beraban Kediri Tabanan, Selasa (3/12/2019) dan Rabu (4/12/2019). Seminar bertujuan untuk membangun kesadaran kolektif masyarakat atau etnis Bali yang mempunyai hubungan intens dengan etnis Tionghoa

Seminar sejarah Balingkang ini diselenggarakan Paiketan Krama Bali, Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMHTI) Bali, dan Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Bali dengan tema "Melalui Kajian Etnografi Balingkang Memperkokoh Hubungan Tionghoa-Bali, Menuju Harmoni Budaya dan Religi".

Ketua Panitia Seminar, Prof. I Nengah Duija mengatakan, seminar sejarah Balingkang ini menghadirkan dan mendengarkan keterangan dari para pakar baik itu pakar sejarah, agama, seni, dan tokoh masyarakat.

"Di awal masehi peradaban Budha adalah yang pertama di Bali, dibuktikan dengan adanya stupa di daerah Pejeng. Ini perlu kita klarifikasi, apakah itu Budha Tionghoa atau Budha dari generasi yang lainnya. Nanti kita lihat di seminar ini. Dari berbagai pakar yang hadir, kita akan cari "benang merah" nya, mulai dari tradisi yang berkembang, dari sejarah yang tertulis, dan dari fakta arkeologi yang menunjang,"ujar Nengah Duija. 

Menurut Duija, tujuan yang ingin dicapai dari seminar ini adalah untuk membangun kesadaran kelektif masyarakat Bali yang mempunyai hubungan intens dengan etnis Tionghoa. 

"Kesadaran kolektif ini harus dibangun. Jangan sampai kasus kasus politik identitas mencuat, sehinggag ada dikotomi antara pribumi dan non pribumi, ini bahaya sekali. Di seminar ini kita bangun dari "culture"nya, sehingga nanti ada satu pandangan tentang Bali dan China,"ujarnya.

Sejarah Balingkang dalam seminar ini akan dikupas dari berbagai sumber. Misalnya sejarah Balingkang yang dipentaskan di Taman Safari Gianyar. 

"Darimana sumber babad (pentas sejarah Balingkang di Taman Safari)itu, apakah itu yang benar atau ada faktor sejarah yang lebh penting untuk dipelajari, ini yang akan diperdebatkan,"ujarnya.

Seminar sejarah Balingkang menghadirkan 12 orang narasumber dari latar belakang sejarah, arkeologi, agama, seni, dan termasuk menghadirkan tokoh masyarakat seperti Jero Gede Batur, dan juga Pemaku Dalem Balingkang yang juga ikut didengarkan pemahamannya tentang sejarah Balingkang. 

"Nanti ini kita rangkum, dari banyak versi (sejarah) yang muncul, pasti banyak poin yang intinya akan sama. Yang berbeda ini nanti kita reduksi juga untuk mencari satu "benang merah" yang representatif, yang menyatakan ada sejarah hubungan antara Tionghoa dan Bali. Dalam seminar sama-sama kita buktikan dan berkontribusi jika ada hal yang perlu diklarifikasi,"ujarnya.

Hasil seminar sejarah Balingkang ini, menurut rencana, akan diterbitkan menjadi sebuah buku. Buku ini nantinya akan lebih mengedepankan tentang "etnografi" Balingkang, lebih mengutamakan kebudayaan dari masyrakatanya daripada faktor sejarah, karena jika faktor sejarah harus mengutamakan fakta-fakta.  

"Karena mengedepankan etnografi, tidak harus dari satu versi, semua sejarah, religi, dan juga seni budaya nanti akan dirangkum,"pungkasnya. [bersambung]

Reporter: bbn/psk



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami