Pelaku Pariwisata Bertani, Petani Desa Makin Terjepit di Masa Pandemi
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Posisi petani di daerah pedesaan di Bali yang merupakan petani dengan lahan garapan sempit kini semakin terjepit di tengah situasi pandemi Covid-19.
Para petani tradisional di pedesaan kini harus bersaing dengan pelaku pariwisata yang beralih profesi menjadi petani.
Akademisi Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Made Sarjana mengungkapkan para pelaku pariwisata yang banting setir menjadi petani tersebut merupakan para pemodal. Pemodal ini bermain di sektor pertanian, baik sebagai petani maupun pemasar produk pertanian.
“Sebagai petani, mereka siap berjudi mengelontorkan dana besar modal dari bekerja di pariwisata. Sehingga dia bisa produksi dalam jumlah besar. Produk pertaniannya berkualitas. Sementara petani kecil, modal kecil produknnya berkualitas jelek,” kata Sarjana dalam keterangannya di Denpasar pada Jumat (16/10).
Menurut Sarjana, ketika pasar semakin terbatas karena hotel dan restauran tutup maka produk petani kecil menjadi tidak laku karena kalah bersaing. Petani kecil semakin kehilangan pendapatan karena pasar sudah diambil oleh produk pertanian dari pelaku pariwisata.
“Pemasaran petani tradisional gagal bersaing karena gagap teknologi, tidak punya media sosial. Kompetisi dalam kondisi timpang,” ujarnya.
Sarjana berharap adanya forum yang mampu menjembatani ketimpangan yang terjadi. Apabila ketimpangan yang ada mampu diselesaikan maka petani tradisional akan mampu bertahan. Semestinya juga para pelaku pariwisata yang beralih profesi menjadi petani dapat menjadi pendamping atau bapak asuh, sehingga pertanian Bali semakin kuat.
Reporter: bbn/mul