search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Derita Tuberkulosis Sejak Kecil, Telinga Wanita Ini Bengkak Hingga Bau Busuk
Jumat, 5 Maret 2021, 12:35 WITA Follow
image

beritabali.com/ist/suara.com/Derita Tuberkulosis Sejak Kecil, Telinga Wanita Ini Bengkak Hingga Bau Busuk

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Seorang wanita berusia 50 tahun didiagnosis dengan kasus 'telinga kalkun' akibat infeksi tuberkulosis pada kulitnya, menyebabkan telinga kanan wanita ini membengkak menutupi lubangnya.

Istilah telinga kalkun mengacu pada infeksi pada daun telinga yang menyebabkan kulit menjadi kemerahan, bergelombang dan sulit disentuh.

Dalam kasus ini, infeksi dimulai sejak masa kanak-kanak dan berkembang seiring waktu, mengubah telinga yang bengkak ini menjadi coklat kemerahan.

Telinganya juga sudah mengeluarkan bau busuk, kata penulis laporan yang menerbitkannya di jurnal JAMA Dermatology pada Rabu (3/3/2021).

Dilansir Live Science, wanita ini sudah mendapat pengobatan pada 2008. Selama dua bulan ia mengonsumsi empat obat antibiotik untuk mengatasi telinga kalkunnya.

Kemudian, obat dikurangi menjadi dua dosis untuk selama tujuh bulan berikutnya. Infeksi telah membaik, namun sang wanita tidak menindaklanjuti hingga 2020.

Untungnya, infeksi dapat sembuh total dan telinga sang wanita mengecil seperti ukuran normal. Hanya meninggalkan kulit bekas luka sebagai tanda infeksi.

Infeksi tuberkulosis pada kulit disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini juga bisa menginfeksi bagian paru-paru.

Secara khusus, kondisi wanita ini disebut lupus vulgaris. Suatu kondisi ketika infeksi bakteri M. tuberculosis berkembang sangat lambat di kulit, mengubah warna dan teksturnya selama beberapa tahun.

Infeksi biasanya terjadi ketika M. tuberculosis bermigrasi ke kulit dari tempat lain di tubuh, seringkali melalui darah atau sistem limfatik.

"Sifat kronis (lupus vulgaris) yang kronis dan relatif asimtomatik (tidak bergejala) dapat menyebabkan diagnosis yang tertunda," catat penulis laporan.(sumber: suara.com)

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami