search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Sinar Matahari Memiliki Fungsi Untuk Melawan Virus Covid-19
Senin, 12 April 2021, 13:10 WITA Follow
image

beritabali.com/ist/Sinar Matahari Memiliki Fungsi Untuk Melawan Virus Covid-19

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Para ahli menyebut jika sinar matahari memiliki fungsi untuk memerangi Covid-19. Bahkan delapan kali lebih cepat dibandingkan yang diprediksi sebelumnya.

"Teori menyebutkan inaktivasi bekerja dengan membuat UVB mengenai RNA pada virus, merusaknya," kata Mechanical Engineer UC Santa Barbara, Paolo Luzzatto-Fegiz, dikutip dari Science Alert, Senin (12/4/2021).

Sinar UV memiliki kemampuan untuk mudah diserap oleh basa asam nukleat tertentu pada DNA dan RNA ynag membuat mereka terikat dengan cara sulit diperbaiki. Namun tidak semua sinar UV sama, sebab gelombang panjang disebut UVA tidak memiliki energi untuk menyebabkan hal itu.

Gelombang menengah UVB-lah yang memiliki kemampuan untuk memembunuh mikroba dan membuat sel sendiri berisiko rusak karena sinar matahari. Sementara gelombang pendek, UVC telah terbukti dapat melawan virus termasuk SARS-CoV-2.

Tapi tipe sinar UV itu tidak masuk ke dalam permukaan Bumi karena adanya lapisan ozon.

"UVC sangat bagus untuk rumah sakit. Namun untuk lingkungan lain, seperti dapur atau kereta bawah tanah, UVC dapat berinteraksi dengan partikulat untuk memproduksi ozon berbahaya," ungkap co-author dan ahli toksologi Oregon State University, Juli McMurry.

Penelitian sebelumnya pada Juli 2020, menyebutkan virus tidak aktif saat terkena sinar matahari antara 10 hingga 20 menit. Mereka meneliti dampak sinar matahari pada air liur yang disimulasikan.

Untuk penelitian terbaru ini, Paolo Luzzatto-Fegiz dan tim membandingkannya dengan teori bagaimana sinar matahari dapat mencapainya.

Mereka menemukan virus SARS-CoV-2 lebih sensitif tiga kali pada sinar UV di bawah sinar matahari dibandingkan influenza. Partikel virus dikatakan akan 90% inaktivasi setelah setengah jam terpapar sinar matahari di siang hari saat musim panas.

Hasil ini sangat berbeda dengan temuan pada musim dingin. Sebab saat itu, partikel yang terinfeksi dapat tetap utuh selama berhari-hari.

Perhitungan oleh tim yang terpisah menemukan molekul RNA pada virus rusak pada cahaya tersebut. Ini lebih efektif pada gelombang pendek seperti UVC dan UVB.

Namun karena UVC tidak masuk ke Bumi, maka perhitungan didasarkan pada bagian UVB. "Pengamatan inaktivasi pada air liur simulasi delapan kali lebih cepat dari yang diharapkan pada teoir. Jadi para peneliti belum mengetahui apa yang terjadi," kata Luzzatto-Fegiz.

Khusus untuk gelombang panjang UVA dapat memerangi SARS-CoV-2 juga, dia mengatakan perlu penelitian tambahan lagi.

"Analisis kami menunjukkan perlu tambahan eksperimen terpisah untuk melihat efek dari gelombang cahaya panjang dan komposisi medium," ujarnya.(sumber: cnbcindonesia.com)

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami