search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Pembangunan Terminal LNG Dinilai Rusak Ekosistem Laut
Senin, 4 Juli 2022, 09:14 WITA Follow
image

beritabali/ist/Pembangunan Terminal LNG Dinilai Rusak Ekosistem Laut.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Masyarakat Intaran, Sanur kembali melakukan kegiatan terkait penolakan terhadap rencana pembangunan Terminal LNG di Kawasan Mangrove, Minggu (3/7/2022). 

Kali ini Komunitas Sungai Bahari Desa Intaran Sanur mengadakan kegiatan penanaman terumbu karang di kawasan Pantai Mercure Sanur. 

Nyoman Dana selaku anggota komunitas sekaligus ketua nelayan Pica Segara menuturkan dirinya bersama dengan beberapa rekannya menanam Terumbu Karang pada media yang sebelumnya telah disiapkan di tengah laut. 

Adapun bibit Terumbu Karang yang ditanam terdapat 3 jenis Bibit yakni Terumbu Karang Jahe, Terumbu Karang Polip dan Terumbu Karang Jenis Tanduk. 

Dirinya juga menjelaskan jika aktivitas yang dilakukannya sudah berjalan dari tahun 2017 hingga kini. 

"Kami menanam Terumbu Karang ini sudah sejak 2017 silam hingga sekarang, dan hari ini kita kembali melanjutkan untuk menanam bibit pada media tanam yang sebelumnya kami siapkan sebanyak 4 buah dengan keliling 4 meter," ujar Nyoman Dana Atmaja yang juga merupakan Sekretaris Kelompok Sungai Bahari Intaran. 

Lebih lanjut ia menuturkan jika kegiatan menanam terumbu karang ini dilakukan sebulan 2 kali dengan memperhatikan waktu bulan mati dan pasang surut air. 

Kelihan Banjar Gulingan Intaran Sanur A. A Arya Teja, sekaligus Pembina dari Kelompok Sungai Bahari menegaskan jika Bali sebetulnya butuh regulasi yang pasti terkait penanaman serta perawatan terumbu karang terlindungi, terutama dari aktivitas- aktivitas yang  merusak perairan dan terumbu karang. 

Sebab, kata dia, ancaman terbesar terumbu karang ada pada aktivitas yang menyebabkan debu di laut atau kekeruhan air. Salah satu kekeruhan air tersebut disebabkan oleh adanya aktivitas pengerukan (Dredging). 

Jadi, apabila ingin melestarikan terumbu karang dan kestabilan ekosistem laut mestinya memberikan perlindungan terhadap pelestarian terumbu karang yang digalakkan.

"Bukannya melakukan pengerukan (Dredging) seperti yang akan dilakukan untuk membuat alur laut untuk Terminal LNG di Kawasan Mangrove. Itu pasti akan merusak terumbu karang dan ekositem Laut," terangnya. 

Sebelumnua diketahui bahwa dalam Riset yang dipaparkan KEKAL Bali, Frontier Bali dan WALHI Bali disebutkan jika pengerukan untuk alur laut Terminal LNG di kawasan Mangrove akan dilakukan dengan volume 3.300.000 meter kubik yang dimana pengerukan tersebut mengenai area Peta Indikatif Terumbu Karang seluas 5 hektaran. 

Kelompok Sungai Bahari senantiasa melakukan kegiatan penanaman dan perawatan Terumbu Karang sedari 2017 hingga saat ini sebagai upaya untuk melestarikan ekosistem perairan dan sebagai daya tarik wisata khususnya dalam mengenal keanekaragaman hayati yang ada di perairan Sanur.

Editor: Robby

Reporter: bbn/aga



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami