Efek Krisis Di Inggris: Wanita Terpaksa Jadi PSK
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Krisis ekonomi tengah melanda Inggris. Bahkan, pada bulan Juli kemarin inflasi di negara itu naik di atas 10%, yang pertama sejak 1980-an.
Kondisi ini mendorong lonjakan harga kebutuhan pokok hingga tagihan energi, memberi dampak yang begitu dahsyat bagi para penduduknya demi bertahan hidup.
Mengutip laporan The Guardian, Kamis (22/9/2022), diperkirakan 20% orang dewasa Inggris, atau 10,9 juta orang, menunggak satu atau lebih tagihan rumah tangga. Menurut laporan Money Advice Trust, angka ini naik 3 juta sejak Maret.
Tidak hanya itu, berdasarkan survei badan amal Opinium terhadap 2.000 orang dewasa Inggris pada bulan Agustus, ditemukan 5,6 juta telah kehilangan makanan dalam tiga bulan terakhir sebagai akibat dari krisis biaya hidup. Saking beratnya biaya hidup, hampir 8 juta orang telah menjual barang pribadi atau rumah tangga untuk membantu membayar tagihan.
Penelitian juga menunjukkan, kenaikan harga energi yang tinggi membuat jutaan orang kesulitan lantaran biaya energi kini jadi tidak terjangkau. Faktanya, sekitar 10,7 juta orang telah melihat tagihan energi mereka naik £ 100 atau lebih sebulan sejak April.
Kondisi tersebut berarti, lebih banyak orang meminjam uang untuk mencoba memenuhi kebutuhan. Badan amal itu memperkirakan bahwa lebih dari 15 juta orang harus menggunakan kredit untuk membayar kebutuhan pokok, sementara satu dari 10 harus meminjam uang dari keluarga atau teman.
Yang tak kalah miris, kenaikan biaya hidup juga membuat banyak perempuan yang terjun ke bisnis prostitusi. Mengutip data English Collective of Prostitution, jumlah perempuan yang menjadi pekerja seks komersial (PSK) meningkat 1/3 dari angka biasanya. Itu karena biaya hidup yang tinggi.
Kondisi ini juga berpengaruh pada angka tunawisma di Inggris. Pada kuartal pertama tahun ini saja, jumlah rumah tangga di Inggris yang termasuk tunawisma, atau menjadi terancam tunawisma naik 5,4% dibandingkan tahun lalu, menjadi 74.230 rumah tangga.
Tidak berhenti sampai di situ, sektor transportasi di Inggris juga terancam 'mati suri'. Bagaimana tidak, lebih dari 2.000 pengemudi bus di London beserta 600 stafnya di Kent berencana melakukan aksi mogok pekan depan.
Dilansir Reuters, Serikat pekerja Unite mengatakan, pemogokan oleh pengemudi bus London akan terus berlanjut sampai persoalan tuntutan gaji diselesaikan.
Memburuknya krisis biaya hidup di Inggris telah mendorong para pekerja di industri kereta api, maskapai penerbangan, hingga pengacara, bahkan staf serikat pekerja melakukan aksi mogok.
Rencana para pengemudi bus ini muncul setelah sebelumnya para pekerja kereta api dari beberapa operator di seluruh negeri mengungkapkan rencana mogoknya pada awal Oktober mendatang. Momen itu bertepatan dengan konferensi tahunan Partai Konservatif di Birmingham.
"Arriva benar-benar gagal mengatasi kekuatan perasaan di antara anggota kami karena mereka melihat tingkat gaji mereka terkikis. Perusahaan perlu kembali ke meja perundingan dengan tawaran yang memenuhi harapan wajar pekerja," kata Petugas Regional Unite Steve Stockwell dalam sebuah pernyataan. (Sumber: finance.detik.com)
Reporter: bbn/net