Perayaan Maulid Nabi di Desa Adat Bayan Lombok
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, NTB.
Gubernur Nusa Tenggara Barat, Zulkieflimansyah turut memeriahkan acara peringatan Maulid Adat di Desa Sesait, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara, Selasa (11/10).
Bertempat di Masjid Lokak Desa Sesait, Gubernur mengingatkan kepada seluruh masyarakat bahwa peringatan Maulid Adat bukan sekedar sebuah peringatan, tetapi menjadi momen untuk mengingat perjuangan Rasulullah SAW.
Perayaan Maulid Nabi juga dilakukan masyarakat adat Karang Bajo, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara, Selasa (11/10). Perayaan Maulid Nabi di Karang Bajo lekat dengan nuansa adat dan tradisi.
Mereka menyebut tradisi ini dengan nama Maulid Adat atau dalam bahasa setempat Mulud Adat. Maulid Adat di Karang Bayan tidak dilaksanakan pada 12 Rabiul Awal penanggalan Hijriah. Tapi dirayakan tiap 14-15 Rabiul Awal Hijriah.
Namun pada dasarnya mereka menganut sistem penanggalan yang berbeda. Pada hari pertama, seluruh kegiatan dirangkum dengan nama prosesi adat kayuq aiq.
Prosesi awal dimulai dengan ritual nyembeq atau menyembeq. Menyembeq dilakukan oleh Inan Menik. Inan Menik merupakan simbol jabatan adat yang diberikan kepada perempuan sepuh dari garis keturunan masyarakat adat Karang Bajo.
Ritual menyembeq dilakukan di areal pekarangan rumah Inan Menik di Karang Dalem. Inan Menik menempati rumah yang dalam bahasa setempat disebut Kampu.
Maulid digelar selama dua hari. Pada hari pertama, warga menyiapkan bahan makanan dan perbekalan untuk upacara “Kayu Aiq”, dan pada hari kedua, mereka melaksanakan doa dan makan bersama di Masjid Kuno Bayan.
Warga Desa Loloan, Anya, Sukardana, Senaru, Karang Bajo, ??dan Bayan mengikuti Parade Mulud Adat Bayan atau Parade Maulid Adat Bayan. Semua desa ini adalah anggota dari wilayah adat, yaitu masyarakat adat Bayan.
Bayan adalah pintu gerbang Islam di Lombok. Masjid Bayan kuno dibangun pada abad ke-16 dan merupakan kesaksian penyebaran agama Wali Songo. Dalam perkembangannya, terjadi perpaduan budaya antara adat Sasak dan Islam.
Ada beberapa makam leluhur yang menyebarkan agama Islam di sekitar masjid, seperti Makam Gauz Abdul Razak (Makam Reaq), Makam Titik Masi Penghulu, Makam Titik Mas Penghulu, Makam Sesait, Makam Karang Salah dan Makam Desa Anyar
Ada perhitungan tersendiri untuk perayaan Maulid di Lombok, yang disebut Sareat (Syari’at). Dua hari setelah atau tepatnya pada tanggal 14-15 Rabi`ul Awal, diadakan prosesi Maulid Adat Bayan. Di pagi hari pertama, masyarakat adat Bayan pergi ke Kampu (desa asal masyarakat) untuk mengantarkan hasil panen ke Inan Menik untuk mengucapkan terima kasih atas hasil panen.
Inan Menik kemudian mengolahnya untuk dihidangkan kepada Kyai, Penghulu dan tokoh adat pada hari utama perayaan Mulud Adat. Nantinya, Inan Menik akan menandai dahi warga dengan mamaq (sirih) dalam upacara adat yang disebut "menyembek". Kemudian warga akan membersihkan Balen Unggun (tempat sekam/dedak) dan Balen Tempan (tempat alat penumbuk padi) dan Rantok (tempat menumbuk padi)
Upacara dilanjutkan dengan membersihkan Gendang Gerantung dan beberapa warga menjemput Gamelan Gerantung. Setibanya di sana, akan diadakan upacara penyambutan dengan penataan Lekes Buaq atau sirih dan pinang sebagai tanda dimulainya rangkaian kegiatan Mulud Adat. Sekitar pukul 15.30, para wanita mulai menumbuk padi dengan irama yang berasal dari alat musik tempan yang terbuat dari bambu panjang.
Padi yang dihaluskan dalam lesung seukuran perahu yang disebut menutu. Pada saat yang sama, gamelan ditampilkan untuk mengiringi ritual mencari bambu tutul guna membuat umbul-umbul atau Penjor yang akan dipasang di pojok Masjid Kuno Bayan atau dinamai Pemasangan Tunggul. Untuk sesi ini hanya dijalankan oleh para lelaki dengan panduan pemangku adat atau Melokaq Penguban setelah mendapat restu dari Inan Menik
Malam yang penuh dengan aktivitas ngegelat yaitu ketika pemain gamelan memasuki masjid, mereka menghiasi ruangan masjid kuno dengan simbol-simbol yang bermakna. Upacara itu dimulai dengan pertempuran antara dua pria yang memegang pemukul dari rotan atau Temetian dan perisai kulit sapi.
Permainan ini disebut Presean dan biasanya dimainkan oleh Pepadu (orang yang sudah ahli), tetapi pada kesempatan ini, semua orang dipersilakan untuk bertarung dalam Mulud Adat. Setelah pertandingan, para pemain di kedua belah pihak harus saling meminta maaf. Setelah posisi tersebut terdapat prosesi berugag agung atau diskusi, cerita, dengan topik diskusi tentang segalanya.
Selain di desa Adat Bayan, ada lagi tradisional saat Maulid Nabi di NTB. Seperti tradisi “ngurisan” atau cukur rambut bayi. Tradisi yang dilakukan kepada bayi yang baru lahir atau berumur dibawah enam bulan, biasanya dilaksanakan di Masjid atau Musala pada hari-hari besar agama Islam, terutama saat peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW (Maulid). Yang unik adalah seluruh tokoh agama dan masyarakat yang diundang harus mencukur atau memegang kepala bayi tersebut.
Tradisi lain saat Maulid Nabi yakni Musik Gerantung. Di daerah Dasan Beleq, tepatnya di Desa Desa Gumantar Kecamatan Kayangan Kabupaten Lombok Utara (KLU) merayakan Maulid Nabi dengan membunyikan gerantung atau alat musik tradisional selama 24 jam lebih tanpa henti. Sebelum membunyikan gerantung, terlebih dahulu alat musik tradisional itu dibersihkan di lokoq teraga sebuah sumur yang dianggap suci oleh masyarakat setempat.
Selanjutnya tradisi Ruah Maulud. Ruah Maulud ini biasanya diaplikasikan dalam bentuk ngumpul bersama atau pesta kecil-kecilan dengan mengudang sanak kerabat dan tetangga-tetangga dekat. Selain mengundang kerabat dekat mereka juga mengundang fakir miskin dan anak yatim makan-makan di rumahnya. Yang khas di sini adalah jajanan nya, yang biasanya sulit ditemukan ketika hari-hari biasa.
Tradisi di Desa Adat Bayan, Lombok Utara. Tradisi ini dipusatkan di Masjid Kuno Bayan Beleq yang diperkirakan dibangun pada abad-16 oleh para penyebar Islam. Ada banyak urutan kegiatan yang dilakukan selama dua hari berturut turut berdasarkan Lingsereat atau kalender adat Bayan. Yang unik adalah adanya “Praja Maulud”, Praja Maulud ini menggambarkan proses terajdinya perkawinan langit dan bumi, Adam dan Hawa, yang disimbolkan dengan pasangan penganten. Prosesi ini dilakukan oleh pranata-pranata adat Bayan.
Juga ada tradisi di Dasan Agung, Mataram. Di Kelurahan Dasan Agung, ada delapan kampung yang merupakan penduduk asli Dasan Agung dan kedelapan kampung tersebut merayakan maulid secara bergantian sejak masuknya bulan Maulid hingga selesai. Ada berbagai macam kegiatan seperti pawai/arak-arakan yang mengusung anak anak yang akan dikhitan dengan menggunakan kuda-kudaan dan memakai pakaian adat.
Ada juga tradisi Migel. Tradisi Migel (tarian) biasanya digelar di sekitar kompleks Masjid Kuno Gumantar. Kegiatan tarian Migel ini dilakukan oleh segala lapisan masyarakat, baik dari kalangan anak-anak, remaja maupun orang dewasa. Terutama yang lebih menonjol adalah dilakukan oleh para gadis.
Dan tradisi “Kemang Male” dari Sumbawa. “Kemang” dalam bahasa Sumbawa memiliki arti bunga, sedangkan “Male” memiliki arti seni menggunting hiasan kertas. Jadi, bisa disimpulkan “Kemang Male” adalah seni menggunting kertas dengan membentuknya menjadi bunga. Kemang Male yang dibentuk dari berbagai macam warna kertas di beri gantungan berupa snack, roti, bahkan uang.
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/lom