search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Dokumen Ini Ungkap Siapa Yang Paling Ditakuti AS
Kamis, 13 Oktober 2022, 08:01 WITA Follow
image

beritabali.com/cnbcindonesia.com/Dokumen Ini Ungkap Siapa Yang Paling Ditakuti AS

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Amerika Serikat (AS) meluncurkan strategi keamanan nasional yang telah lama tertunda pada Rabu (12/10/2022). Hal itu untuk menahan kebangkitan China sambil menekankan kembali pentingnya bekerja dengan sekutu guna mengatasi tantangan yang dihadapi negara-negara demokratis.

Dokumen setebal 48 halaman, yang tertunda karena serangan Rusia ke Ukraina, tidak memasukkan perubahan besar dalam pemikiran dan tidak memperkenalkan doktrin kebijakan luar negeri baru yang besar. Sebaliknya, ini menyoroti pandangan bahwa kepemimpinan AS adalah kunci untuk mengatasi ancaman global seperti perubahan iklim dan kebangkitan otoritarianisme.

Bahkan setelah serangan Rusia, China merupakan tantangan paling konsekuensial terhadap tatanan global dan Amerika Serikat harus memenangkan perlombaan senjata ekonomi dengan negara adidaya jika berharap untuk mempertahankan pengaruh globalnya, kata strategi itu.

"Republik Rakyat China memiliki niat dan meningkatkan kapasitas untuk membentuk kembali tatanan internasional demi kepentingan yang memiringkan lapangan bermain global untuk keuntungannya, bahkan ketika Amerika Serikat tetap berkomitmen untuk mengelola persaingan di antara negara-negara kita secara bertanggung jawab," kata penasihat keamanan nasional Jake Sullivan saat menguraikan kebijakan tersebut, dikutip Reuters, Kamis (13/10/2022).

Dia mengatakan Washington harus mengelola hubungan dengan China sambil menghadapi tantangan transnasional termasuk perubahan iklim, kerawanan pangan, penyakit menular, terorisme, transisi energi, dan inflasi.

Adapun, Presiden Joe Biden belum menyelesaikan beberapa perdebatan kebijakan luar negeri utama, termasuk tarif barang-barang China yang ditetapkan oleh pendahulunya Donald Trump. yang telah menelan biaya miliaran dolar bagi importir AS, perang di Ukraina, serta peliknya hubungan dengan sekutu lama, Arab Saudi.

Sullivan menggemakan komentar Biden minggu ini bahwa AS sedang mengevaluasi kembali hubungannya dengan Arab Saudi setelah OPEC+ mengumumkan pekan lalu akan memangkas target produksi minyaknya atas keberatan AS.

Daniel Russel, diplomat AS untuk Asia Timur di bawah mantan Presiden Barack Obama, mengatakan strategi itu konsisten dengan prioritas pembaruan domestik yang dinyatakan Biden, memperkuat aliansi dan institusi demokrasi, serta menyeimbangkan kerja sama dan persaingan.

"Namun, selama periode pembahasan 21 bulan, strateginya jelas telah bergeser untuk menempatkan penekanan besar pada persaingan dengan China," tuturnya.

Russel mengatakan dokumen strategi itu berjanji untuk membangun koalisi negara-negara terluas untuk mengatasi tantangan global, tetapi akan sulit untuk melakukan ini tanpa China dan tidak ada indikasi bagaimana kerja sama semacam itu dapat diamankan.(sumber: cnbcindonesia.com)


 

Editor: Redaksi

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami