Skandal Orang Terkaya Asia, Harta Nguap-Minta Tolong Negara
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Sejumlah skandal kini menerpa miliarder asal India, Gautam Adani. Sejak 24 Januari, orang terkaya Asia itu menghadapi tuduhan serius, yakni pencucian uang dan manipulasi harga.
Ini terkait tudingan perusahaan investasi asal New York, Hindenburg Reserach. Hal tersebut mengancam sebagian besar kekayaannya.
"Kami telah menemukan bukti penipuan akuntansi, manipulasi saham, dan pencucian uang di Adani, yang terjadi selama beberapa dekade," tulis Hindenburg dalam laporan dikutip dari The Hill, Kamis (2/2/2023).
"Adani telah melakukan prestasi besar ini dengan bantuan para pendukung di pemerintahan dan industri rumahan dari perusahaan internasional yang memfasilitasi kegiatan ini," tambahnya,
Ia pun disebut memiliki sejumlah perusahaan cangkang di negara bebas pajak. Yakni di Karibia, Mauritius, dan hingga Uni Emirat Arab (UEA).
Inilah yang dimanfaatkannya untuk meningkatkan pendapatan dan memanipulasi harga pasar saham dan berbagai entitasnya. Tudingan Hindenburg muncul ketika kerajaan Adani berusaha menggalang dana segar dari masyarakat dan investor asing senilai US $2,5 miliar (setara Rp37,5 triliun).
Akibat laporan itu pula saham yang terafiliasi dengan grupnya kini rontok parah di bursa India. Alhasil, kerajaan Andani kehilangan US$ 68 miliar.
Adani sendiri mencoba melawan. Dalam laporan setebal 413 halaman, ia menyebut ini adalah "serangan bukan hanya ke perusahannya tapi juga India".
"Ini bukan hanya serangan yang tidak beralasan terhadap perusahaan tertentu tetapi serangan yang diperhitungkan terhadap India. Kemandirian, integritas dan kualitas institusi India, serta kisah pertumbuhan dan ambisi India," katanya.
"Pernyataan (Hindenburg) membuat pernyataan sembrono tanpa bukti apa pun dan murni pada spekulasi yang tidak berdasar tanpa pemahaman apa pun tentang hukum India seputar pihak terkait dan transaksi pihak terkait," jelasnya membantah salah kelola dan dugaan malpraktik.
"Asumsi bahwa entitas, sebagaimana dinyatakan dalam laporan, terkait dengan entitas yang terdaftar di Adani, adalah imajiner, tidak jelas dan tidak berdasar. Serta, mengalir hanya dari kurangnya pemahaman oleh Hindenburg tentang undang-undang, peraturan, dan standar akuntansi India," tambahnya.
Menurutnya Hindenburg Research tampaknya tidak memiliki pemahaman tentang masalah hukum atau standar akuntansi India. Bahkan melecehkan India.
"Hindenburg dengan sengaja mengabaikan proses dan peraturan hukum India dalam sindiran mereka terhadap kami," kata Adani lagi.
Adani Group sendiri merupakan salah satu perusahaan paling berharga di India. Perusahaan itu memiliki tambang, pelabuhan, dan pembangkit listrik.
Perusahaan juga melakukan diversifikasi ke bandara, pusat data, dan pertahanan. Perusahaan juga baru-baru ini memasuki sektor semen dengan membeli aset pabrik semen Holcim (HCMLY) di India dan juga berencana untuk mendirikan pabrik aluminium.
Sementara itu, berdasar data Bloomberg Billionaires Index, Adani sudah terlempar dari posisi orang ke-4 terkya dunia. Ia kini berada di polisi ke-11.
Ia kini hanya berada satu tingkat di atas saingannya dan Chairman Reliance Industries Mukesh Ambani. Kekayaan bersih Ambani diperkirakan mencapai US$ 82,2 miliar.(sumber: cnbcindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net