Jejak Kerajaan Hindu Majapahit di Pura Batu Gong Sumbawa NTB
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, NTB.
Bukti kebesaran Kerajaan Majapahit atau sering disebut Negara Indonesia Kedua (setelah Sriwijaya) sudah tidak diragukan lagi.
Bukti-bukti sejarah baik yang bersifat tertulis maupun tidak, cukup banyak menjelaskan semua itu. Perjalanan ekspansi kerajaan tersebut sampai menyentuh bagian timur kepulauan Indonesia tersebut. Termasuk gugusan pulau di wilayah Nusa Tenggara.
Saat event MXGP digelar di Pulau Sumbawa tahun 2022 lalu, para penyelenggara dan petinggi dari FIM Internasional, bersama Gubernur NTB Zulkieflimansyah menghabiskan waktu makan siang dan acara rapat mereka di kawasan wisata Batu Gong.
Adalah Utan yang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Sumbawa, Provinsi NTB. Di wilayah ini (tepatnya) di daerah persawahan penduduk desa Orong Sele Desa Pukat, terdapat sebuah bongkahan batu yang menyerupai gong.
Menurut penuturan orang-orang tua yang mengetahui hal tersebut secara turun-temurun, bahwa batu tersebut adalah batu yang dibawa para rombongan ekspansi Majapahit ketika melewati daerah yang dilaluinya. Mungkin lebih kurangnya sebagai bukti bahwa daerah tersebut menjadi daerah kekuasaannya.
Jro Mangku Wayan Siardana salah satu pangempon Pura Batu Gong Sumbawa menyebutkan, Pura Batu Gong juga disebut Pura Catur Buana Batu Gong.
"Pura Batu Gong merupakan pemujaan Ida Betara Sakti Wawu Rauh atau Danghyang Dwijendra atau Danghyang Nirartha," terang Jero Mangku Wayan Siardana.
Terlihat di Pura Batu Gong, pelinggih Padmasana dan gedong suci sebagai stana Danghyang Nirartha. Dijelaskan, Danghyang Dwijendra atau Danghyang Nirartha adalah Brahmana suci dari Pulau Jawa kerajaan Majapahit. Brahmana Hindu penganut aliran Siwa.
Beliau mengadakan dharma yatra atau perjalanan suci ke Bali, Lombok dan Sumbawa.
Berdasarkan sumber dari Dwijendra Tattwa, Pura Batu Gong adalah bagian tentang perjalanan Danghyang Nirartha dalam menyebarkan agama Hindu di Pulau Sumbawa. Di pulau Sumbawa, Danghyang Nirartha bergelar Tuan Semeru.
Kegiatan persembahyangan bersama sering dilakukan umat Hindu di Pura Batu Gong. Tidak hanya umat Hindu di Sumbawa, dari luar NTB juga datang tangkil sembahyang bersama di pura Batu Gong.
Batu Gong dianggap sebagai bukti kontak Hindu Majapahit dengan Kerajaan Hindu Sumbawa. Keterangan ini sudah diterima sebagai catatan Sejarah. Hal ini tertulis dalam referensi : Sumbawa Pada Masa Dulu (Lalu Mantja).
Situs yang berbentuk Gong yang terbuat dari batu itu dulu berjumlah banyak saat ini hanya bersisa beberapa saja. Menurut cerita masyarakat sekitar bahwa batu itu banyak dicuri orang.
Dari hasil penelusuran berdasarkan sejarah tutur dan diperkuat dengan sejarah Sumbawa jaman dahulu, Batu yang berbentuk gong itu adalah “tumpak tiang” atau tempat berdirinya tiang bangunan entah istana atau rumah tempat pemujaan agama Hindu sebelum agama Islam masuk ke Sumbawa.
Perkiraan yang sangat kuat bahwa Batu Gong merupakan tempat pertama dihuni oleh para penyebar agama Hindu yang masuk ke Sumbawa melalui dusun Labuhan Bua yang berjarak 1 km kearah utara pada jaman Dinasti Dewa Awan Kuning.
Sampai sekarang Batu Gong (begitu penduduk sekitar menyebutnya) tersebut masih tergeletak begitu saja di bawah rerimbunan pohon bambu. Masyarakat sekitar hanya memfungsikan tempat tersebut sebagai tempat memberikan sesaji apabila mereka melakukan persembahan kepada roh-roh penguasa tempat tempat yang mereka percaya ada.
Pantai Batu Gong yang terletak di Desa Labuhan Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, 13 km ke arah barat Kota Sumbawa Besar ini cukup indah. Banyak anak penduduk lokal yang berenang dan juga wisatawan lokal yang berkunjung ke pantai ini saat akhir pekan. Saat menjelang sore hari, banyak penduduk lokal yang memancing di pantai ini.
Pantai ini dinamakan Batu Gong karena disekitar lokasi terdapat batu berbentuk gong yang merupakan peninggalan umat Hindu Sumbawa masa lampau. Hingga saat ini lokasi tersebut masih tetap dikunjungi oleh umat Hindu.
Baca juga:
Sejarah Pura Kereban Langit Desa Sading
Daya tarik utama lokasi ini adalah pantainya landai dengan perairan yang tenang dan bersih cocok untuk kegiatan berenang bagi anak-anak. Untuk kegiatan bermain air, tersedia penyewaan pelampung atau jika mau yang lebih menantang ada juga banana boat.
Setelah puas mandi dan bermain air di pantai pengunjung bisa langsung bersih-bersih di beberapa warung yang menyediakan kamar mandi untuk bilas atau ganti pakaian. Meski pasir pantainya tidak tergolong istimewa namun suasana pantai yang bersih dan tersedianya balai-balai atau baruga sepanjang pantai serta cukup beragamnya pilihan makanan dan minuman yang dijual di sini cukup mampu menarik minat wisatawan lokal untuk berkunjung. Tidak heran pantai ini selalu ramai dikunjungi terutama pada hari-hari libur.
Baca juga:
Penggalian Warisan Sejarah Pura Wasan
Cerita mengenai batu Gong akan lengkap bila datang secara langsung menuju tempat ini. Untuk menuju ke situs yang unik ini, pengunjung bisa menggunakan sepeda motor atau kendaraan roda empat dari Ibukota Kecamatan Utan melewati jalan kampung diantara lahan pertanian yang subur. Jaraknya hanya sekitar 3 km dari perkampungan penduduk.
Editor: Robby
Reporter: bbn/lom