search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Mikroplastik di Laut Bali Jadi Ancaman
Selasa, 1 Agustus 2023, 15:33 WITA Follow
image

beritabali/ist/Mikroplastik di Laut Bali Jadi Ancaman.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Mikroplastik merupakan salah satu bentuk dari sampah laut yang keberadaannya tidak mudah diketahui secara kasat mata, sebagaimana halnya sampah palstik. 

Isu mikroplastik akhir-akhir ini semakin banyak dibicarakan oleh berbagai kalangan masyarakat. Hal ini menunjukkan ketersadaran masyarakat bahwa mikroplastik telah berada begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari dan mungkin sangat sulit untuk dihindari. 

Terlebih lagi hingga saat ini masih sedikit hasil-hasil penelitian ilmiah yang memberikan edukasi kepada masyarakat luas tentang keberadaan mikroplastik ini.

Mikroplastik merupakan produk turunan dari sampah plastik yang mengalami proses pelapukan oleh berbagai faktor alamiah maupun akibat aktivitas manusia. Disebut mikroplastik karena merupakan plastik yeng berukuran mikro. Menurut klasifikasi ukuran sampah plastik yang dikemukakan Lippiat, at al. (2013) mikroplastik berukuran 5mm - 1µm. 

Selain kandungan berupa bahan-bahan anorganik penyusun plastik itu sendiri, mikroplastik juga berpeluang untuk menjadi pembawa bahan-bahan pencemar  yang ada di perairan, karena menempel pada plastik. 

Oleh karena ukurannya yang kecil tersebut, sangat sulit terdeteksi secara visual dan meningkatkan kemampuannya masuk ke dalam jaring-jaring makanan di laut melalui proses absorbsi maupun akumulasi dalam tubuh organisme laut, sehingga sangat mungkin untuk sampai ke maja makan masyarakat luas.

Hasil praktikum pengamatan mikroplastik yang dilakukan oleh Mahasiswa Prodi MSDP Unwar dengan menyaring sampel air laut permukaan di Pelabuhan Benoa menggunakan plankton net, menemukan mikroplastik berbentuk serabut berukuran panjang antara 0,33-0,5 mm dengan kepadatan mencapai 110/m3. 

Tentu hasil ini masih sebatas informasi awal yang perlu didalami melalui kegiatan penelitian yang lebih seksama dengan metodologi yang tepat, untuk dapat dijadikan sebagai masukan dalam penanganan sampah laut yang lebih baik.

Lantas apakah kita harus kembali ke jaman sebelum plastik di temukan? Tentu pemikiran demikian kurang logis, mengingat sampai saat ini belum ada bahan pengganti yang sefleksibel plastik. Penggunaan plastik tak terhindarkan. 

Hal terpentingnya adalah mengupayakan agar plastik yang telah digunakan tidak menjadi sampah plastik yang terbuang ke lingkungan. Sampah plastik harus dapat dikelola menjadi produk plastik kembali. Oleh karenanya, hal terpenting yang perlu dilakukan bersama adalah berupaya mengurangi sampah plastik yang terbuang ke lingkungan.

Berbagai kebijakan pemerintah dalam upaya pengurangan sampah plastik perlu terus dikembangkan, namun harus pula disertai dengan langkah-langkah kongkrit dan berkesinambungan. 

Mengedukasi masyarakat luas untuk mengurangi penggunaan plastik dan mengelola sampah plastiknya dengan baik tidak cukup hanya dengan himbauan dan penyuluhan saja. Perlu adanya contoh-contoh jelas yang mudah dilihat dan dapat diterapkan dengan baik oleh berbagai kalangan masyarakat. 

Pengembangan layanan dan sarana pengelolaan sampah plastik menjadi prioritas, agar sampah plastik mudah terkumpul untuk diolah lebih lanjut.

Penulis

I Gede Sudiarta

Dosen Manajemen Sumber Daya Perairan
Fakultas Pertanian, Universitas Warmadewa

Editor: Robby

Reporter: bbn/opn



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami