Ghana Bangkrut, Massa Demo Berhari-hari
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Warga Ghana menggelar demo berhari-hari usai negara mereka mengalami gonjang-ganjing ekonomi imbas inflasi yang sempat melonjak tajam.
Ghana juga disebut bangkrut karena tak sanggup membayar utang sebesar US$3 miliar ke Dana Moneter Internasional (IMF) yang dipinjam tahun lalu.
Protes tersebut berlangsung pada 21 September hingga dilaporkan hari ini, Senin (25/9) di Istana Kepresidenan Ghana, Jubilee House. Mereka memprotes kesulitan ekonomi hingga biaya hidup yang melonjak tajam.
Para pengunjuk rasa meminta pemerintah Ghana untuk "memperbaiki negaranya" karena inflasi yang disebut melambat tak mereka rasakan di kehidupan sehari-hari.
Belakangan, inflasi di Ghana mencapai titik terendah dalam 10 bulan terakhir dibanding akhir tahun lalu. Pada Juli angka inflasi 40,1 persen, sementara pada Agustus inflasi di angka 43,1 persen.
Akun resmi kelompok gerakan sipil di Ghana, FixTheCountry, berjanji akan mempertahankan gerakan untuk melawan pemerintah yang menindas rakyatnya.
"Sesama warga, selama 72 jam terakhir kami membuat sejarah," kata kelompok tersebut di X, dulu bernama Twitter, pada Minggu (24/9).
"Kami akan kembali besok dengan semua ucapan terima kasih kami. Kami akan melawan kekuasaan yang menindas," lanjut mereka, dikutip The Cable.
Ghana tengah bergejolak usai ekonomi di negara tersebut merosot dan inflasi melonjak 54 persen pada Desember 2022. Di tahun itu pula, mereka meminta peminjaman dana ke Dana Moneter Internasional (IMF) sebesar US$3 miliar. Langkah ini ditempuh setelah warga protes soal inflasi yang meningkat drastis hingga depresiasi mata uang.
Sepanjang tahun ini, nilai mata uang Ghana melemah 13 persen terhadap dolar Amerika Serikat.
Ekonomi yang melemah itu membuah Bank Sentral Ghana menaikkan suku bunga hingga 30 persen pada Agustus 2023. Langkah ini disebut untuk mengatasi inflasi, tetapi dianggap merugikan dunia usaha dan rumah tangga. Mereka menggantungkan hidup pada pinjaman jangka pendek atau ingin berinvestasi.
Di tengah masalah keuangan negara, Presiden Ghana Nana Akufo Addo memutuskan akan membangun katedral berkapasitas 5.000 orang. Pembangunan ini diperkirakan menelan biaya hingga lebih dari US$ 400 juta. Keputusan itu memicu kecurigaan warga bahwa pemerintah salah mengelola Ghana.(sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net