Taksu Magis Maestro Penari Bali I Mario yang Tak Tergantikan
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, TABANAN.
Prof. DR. Made Bandem, menilai legenda penari Bali I Ketut Marya atau I Mario merupakan seorang seniman Genius. Selain sempat diajar menari oleh sang maestro di Peliatan, Prof. Bandem, juga memaparkan beberapa sumber seperti buku dan film.
Prof. Bandem menyebutkan ada sebanyak tujuh buku baik itu terbitan luar negeri ataupun dalam negeri yang menyebutkan I Ketut Marya sebagai seniman yang genius. Mulai dari buku Dance Drama in Bali tahun 1938 karangan Beryl deZote dan Walter Spies yang mengisahkan tentang I Ketut Marya.
Selanjutnya adalah buku Island of Bali karya Miguel Covarrubias (1937), seorang ahli Sosiologi asal Mexico yang tinggal di Belaluan Denpasar (1930-1934).
"Dalam bukunya Covarrubias menyebut Pak Mario ini memiliki gerak gerik ular kobra, selanjutnya dalam buku Dance out of Bali (1952), menyebut Ketut Marya sebagai Patung Zaman Romawi (Michael Angelo)," jelasnya Minggu (28/4).
Selain buku, Prof Bandem menyebutkan ada setidaknya empat film yang mengisahkan tentang kehidupan Marya. Rata-rata film tentang kehidupan Marya ini, ditemukan di beberapa negara Eropa seperti Swiss, Belanda dan juga di Amerika.
Baca juga:
Wagub Cok Ace Kagumi Filosofi Yadnya yang Tak Pernah Terputus Maestro I Gusti Nyoman Lempad
"Untuk film-film tentang Ketut Marya ini, salah satunya yakni film dokumenter karya Colin McPhee sudah kembali ke Bali dan sudah direpatriasi oleh Dr. Edward Hebat dan Made Marlowe Bandem," lanjutnya.
Prof Bandem mengungkapkan lima alasan kenapa InKetut Marya disebut sebagai seniman genius, mulai daris aspek biologis, dimana Ketut Marya yang lahir di Banjarangkan Klungkung pada tahun 1897. Terlahir di keluarga miskin, namun diakui Prof. Bandem Ketut Marya memiliki tubuh yang sehat dengan tinggi badan mencapai 170 cm.
Perawakan ini dikatakan ideal untuk seorang penari, dengan wajah tampan dengan taksu feminim yang magis memiliki mata seperti kacang almond, senyum yang manis kulit bersih berwarna coklat sehingga sangat cocok untuk sebagai penari kebyar duduk atau kebyar terompong.
Selanjutnya adalah memiliki kecerdasan seni dan kisnetik yang kuat sehingga memudahkan bagi Ketut Marya untuk menguasai tari Bali seperti tari Gandrung, sisya calonarang dan penarik jauk. Selanjutnya adalah memiliki dorongan yang kuat sehingga berlatih menari sejak umur enam tahun.
"Meskipun secara aspek psikologi pendidikan Ketut Marya kami ketahui tidak mengenyam pendidikan formal, namun kami yakin beliau bisa membaca dan menulis aksara Bali. Tutur bahasanya lembut, tidak sombong dan sangat suka berbagi pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan aktivitas menari," papar Prof Bandem.
Ada tiga karya Monumental dari Ketut Marya, yakni tari kebyar terompong, tari kebyar duduk dan tari Oleg tamulilingan. Dari ketiga karyanya ini, dilanjutkan Prof Bandem, ternyata tari Kebyar duduk merupakan karya Original. Karena saat itu dikatakannya Ketut Marya menemukan satu gerakan yang belum ada pada tarian lainnya.
"Gerakan tersebut adalah "Nyeregseg" dengan kaki menyilang (kaki kanan di depan atau di bawah dan kaki kiri di atas) selanjutnya gerakannya adalah berputar-putar searah jarum jam. Melingkar dan berhenti sambil meliuk-liukan badannya. Inilah yang disebutkan Gerakan ular kobra oleh Miguel Covarrius dalam bukunya," papar Prof. Bandem.
Dari keseluruhan aspek yang diungkapkannya, Prof. Bandem menyatakan jika ada satu aspek dari Ketut Marya yang tidak bisa ditiru oleh murid-muridnya, yakni Taksu atau Kharisma yang dimiliki oleh Ketut Marya.
Menurut Prof. Bandem, kharisma atau inner power yang dimiliki Ketut Marya tidak ada yang bisa meniru atau mengambilnya. Bahkan salah seorang murid Ketut Marya yang paling pintar, yakni I Gusti Ngurah Raka pun tidak mampu meniru atau mengambilnya.
"Banyak pengamat yang menyatakan bahwa I Gusti Ngurah Raka lebih pintar menari dibandingkan dengan Marya, namun I Gusti Ngurah Raka sebagai murid Ketut Marya tidak mampu mengambil Taksu tersebut. Itulah kenapa kami sepakat Ketut Marya memiliki Taksu yang magis," tambahnya.
Editor: Robby
Reporter: bbn/tim