Internet, Social Media dan Pilkada
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Walaupun kalah dalam pemilihan presiden Amerika tahun 2004 yang lalu, John F Kerry, senator Partai Demokrat dari Massachusetts memperoleh pujian dari pengamat strategi kampanye. Kerry dianggap memiliki pemahaman yang tepat terhadap pemanfaatan Internet. Memang website Kerry saat itu didukung puluhan website lain yang dibangun oleh para pendukungnya secara sukarela dan terjadi saling interaksi antar mereka. Kerry dinilai telah membuka peluang dan akses agar konstituennya saling berinteraksi dalam mendukung kampanyenya di Internet. Kinipun Kerry masih memanfaatkan websitenya untuk kampanye kesehatan anak-anak.
Internet untuk media Kampanye
Perkembangan teknologi informasi telah memunculkan berbagai optimisme akan peran pentingnya di masa depan sebagai media komunikasi utama, yang menawarkan berbagai kemudahan di berbagai aspek kehidupan sosial, termasuk politik dan demokrasi. Dalam pasal 56 pada peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 6 tahun 2005 poin c tertulis bahwa kampanye dapat dilaksanakan melalui: penyebaran melalui media cetak dan media elektronik. Dari sini cukup jelas bahwa peran teknologi informasi merupakan kebutuhan yang cukup vital, termasuk dalam hal pemilihan kepala daerah.
Sejarah penggunaan teknologi informasi, khususnya Internet untuk kampanye dimulai tahun 1992 ketika Jerry Brown, Gubernur California yang mencalonkan diri menjadi Presiden Amerika memanfaatkan electronic mail (Email) sebagai media kampanye. Tahun 1998 Jesse Ventura menjadi orang pertama yang berhasil menjadi gubernur Minnesota berkat inovasinya memanfaatkan Internet (Sumber: PoliticsOnline.Com). Tahun 2000, Bill Bradley, calon presiden Amerika dari partai Democratic menjadi orang pertama yang berhasil meraih 1 juta dolar AS untuk dana kampanyenya melalui Internet. Sedangkan Barack Obama, sukses memanfaatkan social media untuk memenangi pemilihan presiden Amerika selama dua periode, bahkan dalam pemilihan untuk yang kedua kalinya, Obama berhasil mengumpulkan dana sebesar 181 juta dolar AS selama satu bulan. Ini merupakan jumlah penggalangan dana bulanan tertinggi selama pemilihan presiden AS tahun 2012.
Edward Cone, editor Wired magazine dalam tulisannya pada Baseline Magazine (17/11/2003) berpendapat, Dengan Internet, suatu kampanye efektif menciptakan suatu komunitas yang atas kehendaknya sendiri turut memasarkan kandidat yang dipilihnya. Apabila itu terlaksana dengan baik, sang kandidat tidak akan dapat– atau ingin— untuk mengendalikan itu. Sedangkan Joe Trippi, ketua Silicon Valley yang pernah menjadi manajer kampanye dari Edward M. Kennedy hingga Howard Dean (USATODAY 14/7/2003) mengatakan "Kita benar-benar sedang memberi lebih banyak peran kepemimpinan dalam kampanye ke orang-orang lokal yang mengorganisasikan sendiri lingkungannya atau melalui Internet". Internet jauh lebih efektif apabila digerakkan menurut norma Internet sebagai media yang egaliter, yaitu dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Menurut sebuah studi yang diselenggarakan oleh Pusat Survei Dan Analisa Riset di Universitas Connecticut, Pemilih yang menggunakan Internet, dengan mengabaikan keanggotaan partai politiknya, sangat terkait atau berhubungan erat dengan politik secara online. Riset menunjukkan bahwa 68 persen pemilih yang menggunakan Internet tersebut melakukan penelusuran terhadap para calon kandidat secara online.
Internet untuk Pilpres
Ketika pemilihan presiden Indonesia tahun 2004 digelar, semua calon presiden juga memanfaatkan media Internet untuk kampanye. Menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pengguna Internet tahun 2004 mencapai 11 juta lebih dan tahun 2005 diperkirakan mencapai 16 juta (Sumber:www.apjii.or.id), sebuah jumlah yang layak diperhitungkan untuk sasaran kampanye.
Tim sukses Susilo Bambang Yudoyono (SBY) salah satu kandidat presiden Indonesia yang akhirnya memenangi pemilihan presiden 2004 dan 2009, sangat menyadari jika setiap media, sekecil apapun peluangnya harus dimanfaatkan untuk merebut hati pemilih. Website sby-oke.com yang dibuat sejak bulan april 2004 hingga menjelang pemilihan presiden tahun 2004 berhasil dikunjungi hampir 80 ribu orang dan berhasil menjaring anggota mencapai 6800 orang lebih serta tercatat lebih dari 2700 aspirasi atau sumbang saran yang diberikan oleh pengunjung pada website tersebut. Di sinilah kedigdayaan Internet menyelipkan pesan politik yang luhur bahwa keberhasilan kandidat memanfaatkannya untuk kampanye justru telah memberi peluang dan mendorong konstituennya untuk menyalurkan aspirasinya.
Pilkada DKI dan Bali
Ketika pilkada DKI Jakarta berlangsung beberapa waktu lalu, muncul beberapa video kreatif dukungan terhadap Jokowi dan Ahok sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta di Youtube, salah satunya video parodi What Makes You Beautiful yang ditonton lebih dari 1.8 juta kali. Selain memanfaatkan Youtube, pendukung Jokowi Ahok juga memanfaatkan blog, facebook dan twitter, salah satu akun facebook ada yang memberikan dukungan kepada pasangan ini mencapai 140 ribu orang. Ini merupakan pendekatan yang kreatif guna menjaring pemilih di usia muda yang memang cukup banyak di DKI Jakarta. Beberapa karya para pendukung Jokowi Ahok tersebut adalah contoh positif dalam penggunakan Internet dan Social Media sebagai alat kampanye.
Kemenangan Jokowi Ahok pada pilkada DKI memang fenomenal karena berhasil mengalahkan incumbent. Popularitas awal Jokowi yang lebih dikenal di Solo dan Ahok yang lebih dikenal di Bangka Belitung bukanlah modal yang kuat untuk menggalang dukungan secara luas di Jakarta. Untuk membangun basis pendukung dalam jumlah besar secara konvensional membutuhkan waktu bertahun-tahun dan memerlukan struktur organisasi yang bisa menjangkau segala lapisan pemilih di Jakarta. Namun kejelian Tim Pemenangan Jokowi Ahok yang memaksimalkan social media sebagai media kampanye patut diapresiasi. Perpaduan antara populasi besar pengguna Internet yang berusia muda, terdidik dan kritis serta pembuat konten yang kreatif merupakan faktor pengungkit popularitas dan elektabilitas Jokowi Ahok.
Provinsi Bali dalam waktu dekat akan menyelenggarakan Pemilihan Gubernur (Pilgub) secara langsung, hingga kini KPU Bali sudah menetapkan 2 paket pasang Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur, yaitu Puspayoga-Sukrawan dan Mangku Pastika-Sudikerta.
Gerakan-gerakan untuk memikat calon pemilih lebih gencar dilakukan melalui baliho-baliho yang marak di seantero wilayah Bali, sedangkan pemanfaatan Internet khususnya website dan social media baru gencar dilakukan salah satu pasangan calon yang mempublikasikan website dan akun social medianya.
Jumlah pengguna internet di Bali, berdasarkan data dari Sloka Institute mencapai 450 ribu di tahun 2009, sedangkan menurut BPS, rata-rata persentase rumah tangga di Bali yang pernah mengakses Internet selama empat tahun terakhir (2006-2009) adalah 9%. Dengan rata-rata pertumbuhan pengguna Internet 9% tiap tahunnya, maka pengguna Internet di Bali tahun 2013 bisa mencapai 600 ribu pengguna. Jika dibandingkan dengan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pilgub Bali sejumlah 2.9 juta pemilih, maka pengguna Internet yang berpotensi memilih bisa mencapai 20%. Hal lain yang menarik dicermati oleh para tim sukses adalah hasil survey yang dilakukan Sloka Intitute di tahun 2012 yang lalu yang menunjukkan bahwa 8 dari 10 pengguna internet di Bali berinternet untuk mengakses social media (84,8 persen). Sudahkah pasangan calon menyapa pemilih melalui web/blog, facebook, twitter?
Masa kampanye secara resmi akan berlangsung beberapa saat lagi, masih ada waktu bagi para tim sukses untuk memanfaatkan website maupun social media sebagai media pencerdasan politik kepada calon pemilih khususnya pengguna Internet di Bali, sehingga jangan sampai ada olok-olok, menirukan iklan di televisi, “Hari Gini Ngga Pake Internet!”.
Oleh : I Putu Agus Swastika, M.Kom | @guslongbanget | STMIK Primakara Denpasar
Reporter: bbn/adv