search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Vihara Empu Astapaka Diresmikan
Jumat, 7 Juni 2013, 19:34 WITA Follow
image

Beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, JEMBRANA.

Vihara Empu Astapaka yang terletak di Kelurahan Gilimanuk, Jembrana, Kamis (6/6) diresmikan. Upacara peresmian yang berlangsung meriah dan hikmat tersebut dihadiri oleh  Bupati Jembrana, I Putu Artha, Wakil Bupati Jembrana I Made Kembang Harawan, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Jembrana dan Dirjen Bimas Buddha Kementrian Agama RI, Drs A Joko Wuryanto SSos SAg MSi MPd serta sejumlah sulinggih dan tokoh-tokoh pemuka Agama.

Bukan hanya itu acara peresmian kemarin juga kedatangan tamu istemewa yang turut berjasa berdirinya Vihara tersebut yakni mantan Bupati Jembrana I Gede Winasa.

Untuk presmian Vihara tersebut ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Bupati Artha, bersama Dirjen Bimas Buddha Kementrian RI, Drs A Joko Wuryanto SSos SAg MSi MPd. Seusai penandatanganan prasasti tersebut dilanjutkan dengan pemotongan pita yang dilakukan secara bersama-sama sejumlah pejabat, tokoh-tokoh Buddha, termasuk para donatur pelaksanaan pembangunan Vihara Empu Astapaka tersebut.

Yang menarik dari Vihara tersebut adalah berdirinya Candhi Budha setinggi 25 meter. Patung Budha ini menjadi begitu indah dan menawan karena letaknya persis di gerbang utama barat Pulau bali, Kelurahan Gilimanuk, Melaya, Jembrana.

Patung Budha berwarna putih tersebut merupakan hasil karya arsitek putra Bali yakni I Gusti Ngurah Artawa memiliki makna selamat datang kepada setiap orang yang akan memasuki pulau Bali. Ketika orang-orang yang datang dari luar Bali melalui pelabuhan Ketapang-Gilimanuk, begitu turun dari kapal, sudah disambut dengan megahnya patung Budha tersebut. Sehingga patung tersebut dapat memberikan kesejukan, ketenangan, keagungan, serta kedamaian baik yang datang dari Ketapang menuju Bali ataupun sebaliknya.

“ Itulah keunikan dari patung Budha tersebut, siap member kesejukan kepada setiap orang yang mau masuk Bali maupun orang yang mau meninggalkan Bali,” ungkap Ketua Yayasan Empu Astapaka, PMy Sudiarta Indrajaya, ditemui usai peresmian Vihara Empu Astapaka Gilimanuk Kamis malam lalu. Bangunan Candhi Buddha yang berada paling terdepan itu dinilai memiliki makna khusus dari bentuk Buddha Rupam dengan sikap kedua tangan terbuka sejajar dengan baha yang juga disebut abhaya-abhaya mudra.

Menurut PMy Sudiarta Indrajaya, sikap yang nampak dalam patung Budha tersebut menggambarkan sikap saat Guru Agung Buddha Gautama menenangkan air sungai, saat menaklukan kesombongan tiga petapa Kasyappa bersauadara.

“ Dengan berdirinya patung Budha tersebut, kita harapkan setiap orang yang masuk dan keluar Bali bisa mendapatkan berkah. Disamping itu saat mereka diatas kapal ketika hendak menyebrang, diharapkan kondisi air laut di selat bali tenang sehingga nyaman menyebrang,” imbuh Sudiarta yang juga sebagai Ketua Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia (Magabudhi) Provinsi Bali ini.

Awalnya menurut Sudiarta Vihara Empu Astapaka tersebut merupakan tempat latihan meditasi. Namun perkembangannya telah diresmikan menjadi Vihara saat bertepatan dengan Hari Tri Suci Waisak 2520, pada tahun 1976 silam.

Munculnya nama Empu Asapaka adalah merupakan hasil pemikiran para sesepuh yang bertujuan menghormati Empu penganut paham Budhha dari Jawa yang memperkokoh ajaran Budha di pulau Bali. Waktu terus bergulir, demikian halnya dengan kondisi Vihara tersebut semakin tidak layak. Untuk itulah kemudian Vihara tersebut sepakat dipugar.

Berdasarkan beberapa kajian dan musyawarah akhirnya sejak 18 November 2007 Vihara tersebut dipugar. Pemungaran menurut Sudiarta dilakukan bertahap, dengan dilakukan secara swadaya.

“ Tentunya banyak dibantu oleh para donatur serta perhatian pemerintah. Baik itu pemerintah kabupaten, provinsi maupun pusat sehingga pembangunannya bisa kita selesaikan dan bisa diresmikan,” tuturnya.

 



Namun menurut Sudiarta meskipun telah diresmikan masih banyak yang perlu diperbaiki, ditambah dan disempurnakan. Sehingga para umat bisa benar-benar nyaman menggunakan tempat tersebut sebagai sarana ibadah. Untuk penyempurnaan tersebut Sudiartha tetap mengharapkan partisipasi semua pihak termasuk pemerintah.

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami