search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Keluarga Miskin di Tabanan, 11 Tahun Hidup di Gubuk Bedeng Kumuh
Selasa, 24 November 2015, 15:30 WITA Follow
image

beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, TABANAN.

Beritabali.com, Tabanan. Satu keluarga miskin di Tabanan Bali, belasan tahun hidup di sebuah rumah atau gubuk bedeng yang tidak layak dihuni. Mereka membutuhkan bantuan untuk tempat tinggal yang lebih layak.
 
Hidup di rumah yang beratapkan seng, berdinding papan, dan bilahan bambu, sudah dijalani selama sebelas tahun oleh keluarga Ni Nyoman Kariani (45) warga Banjar Margasari, Desa Pujungan, Kecamatan Pupuan, Tabanan.
 
Di dalam kamar berukuran 3 meter kali 4 meter tersebut, Kariani tinggal bersama suaminya Nengah Simpen (40) dengan tiga anaknya Putu Legawa (11),  Made Juliarta (5)  dan Kadek Jeli Artini (16). Kadek Jeli Artini merupakan  anak Kariani dari perkawinannya yang pertama.
 
Tidak hanya menghidupi, ketiga anaknya. Kariani dan Simpen juga menghidupi Ketut Dorni (59) ibu kandung Kariani beserta dua keponakanya Putu Suastika (13) dan Komang Ayu Sepitri (11).  Ketut Dorni bersama cucunya Putu Suastika dan Komagn Ayu Sepitri tinggal masih dalam satu halaman dengan Kariani  namun rumah yang berbeda. Kondisi rumah Dorni juga memprihatinkan, atapnya banyak yang bocor, tidak layak untuk ditempati.
 
Kariani yang ditemui  saat sedang  mengerjakan pesanan banten ceper dibantu ibunya Ketut Dorni Selasa ( 24/11/2015)menjelaskan, pasca ia bercerai dengan suaminya yang pertama ia kembali pulang ke rumah asalnya  di Banjar Margasari, Desa Pujungan, Kecamatan Pupuan
 
Dari pernikahannya yang pertama ia memiliki dua anak perempuan. Yang pertama diasuh oleh mantan suaminya di Batungsel, sedangkan anak yang kedua  Ni Kadek Jeli Artini (16) diasuhnya sendiri. Setelah cerai  ia memutuskan untuk kembali tinggal di rumahnya karena ibunya Ni Ketut Dorni tinggal sebatang kara  pasca meninggalnya Wayan Sukirta suami Dorni. 
 
 
“Bapak saya sudah meninggal 15 tahun lalu,” jelasnya. Selang beberapa tahun tinggal kembali di rumahnya, Kariani kemudian menikah dengan Nengah Simpen (40 ) asal Karangasem.
 
Nengah Simpen yang bekerja  sebagai buruh dengan penghasilan yang pas-pasan, begitu juga dengan Kariani yang mengandalkan hidup dari membuat dan menjual canang. Akhirnya tidak mampu membangun rumah. Terlebih ia harus menghidupi ibunya dan dua keponakanya yakni Putu Suastika (13) dan Komang Ayu Sepitri (11). Dua keponakanya adalah anak dari adik dari Kariani yakni Ketut Ardiana (35).  Ardiana sendiri tinggal sekitar 500 meter dari rumah Kariani. 
 
“Dua keponakan saya ini ibunya sudah meninggal jadi mereka  tinggal bersama saya dan neneknya disini,” tandasnya.
 
Karena kondisi ekonomi yang kekurangan, Putu Suastika hanya tamat SMP tidak melanjutkan sekolah. “ Tidak ada biaya saya tidak bisa sekolah,” jelasnya lirih. 
 
Sementara itu Ni Kadek Jeli Artini bekerja sebagai buruh di pasar Pujungan. Kariani menjelaskan,  meski hidup kekurangan ia tetap berusaha menyekolahkan anaknya Putu Legawa (11) yang kini duduk di bangku kelas 4 SD dan keponakanya Ni Komang Ayu Sepitri (11) juga duduk di  kelas 4 SD. Sementara  itu anaknya yang paling bungsu Made Juliarta (5) belum sekolah.  Kariani menambahkan, untuk menghidupi seluruh keluarganya dalam satu hari ia harus merogoh koceknya Rp 75 ribu. Sementara itu penghasilanya hanya pas-pasan. 
 
“Hanya mampu bertahan hidup saja sudah syukur bagi kami,” jelasnya. Diakuinya, selama ini ia telah mendapatkan bantuan beras miskin, maupun layanan JKBM. Namun ia sangat berharap mendapatkan bantuan bedah rumah. Sehingga bisa tinggal di tempat yang layak. 
 
“Kami sangat berharap sekali mendapatkan bantuan bedah rumah,” katanya penuh harap.
 
Sementara itu Sekertaris Desa Pujungan, I Gede Anom Agus Sumantri menjelaskan kondisi rumah Kariani dan Dorni sudah beberapa kali diusulkan mendapatkan  bedah rumah. Baik itu kepada pemerintah daerah maupun provinsi. “Namun sampai saat ini belum ada jawaban,” jelasnya.  
 
Sumantri menambahkan tahun ini pihaknya kembali mengusulkan agar Dorni dan Kariani mendapatkan bantuan bedah rumah. [bbn/nod] 

Reporter: bbn/eng



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami