search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Nyakan Diwang, Tradisi Usai Nyepi di Buleleng
Kamis, 10 Maret 2016, 19:15 WITA Follow
image

bbn/singaraya.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BULELENG.

Satu tradisi sebagai warisan leluhur dan secara rutin dilakukan usai Hari Suci Nyepi, Kamis (10/3/2016) dinihari, saat Ngembak Geni dilakukan secara serentak warga di Kecamatan Banjar. 
 
Tradisi "Nyakan Diwang" atau memasak di luar area dapur, dilakukan hampir bersamaan di Desa Dencarik, Desa Banjar, Desa Banyusri, Desa Kayuputih dan Desa Banyuatis serta sejumlah desa lainnya.
 
Tradisi nyakan diwang bertujuan untuk menyucikan lingkungan rumah dan dapur. Dimana masyarakat melangsungkan nyakan diwang dipercayai guna menyepikan dapur rumah serta diyakini bisa meningkatkan tali persaudaraan antara warga yang ada.
 
”Nyakan diwang ini merupakan tradisi sejak dulu. Dimana kegiatan ini kami yakini untuk menyucikan lingkungan dan dapur kami. Dilain itu pelaksanaan nyakan diwang ini dilakukan guna memupuk tali persaudaraan antara masyarakat satu dengan yang lainnya karena saat nyakan diwang yang dilakukan para masyarakat saling berkunjung antara masyarakat yang lainnya,” ujar Ida Bagus Kade Susila, warga Desa Banjar.
 
Dalam pelaksanaan nyakan diwang seluruh warga keluar rumah memadati jalan desa dan biasanya tradisi itu dilakukan di pintu masuk halaman rumah warga, keramaian dan keriuhan warga juga memberikan suasana berbeda saat tradisi usai Nyepi itu dilakukan secara bersamaan.
 
“Yang menarik dalam kegiatan ini, seluruh warga yang sedang melaksanakan kegiatan nyakan diwang saling mengunjungi dan ini tentunya menambah kekerabatan dan rasa persaudaraan,” ungkap Ida Bagus Susila.
 
Kelian adat Melanting, Desa Banjar, Ida Kade Ngurah mengatakan dalam pelaksanaan kegiatan nyakan diwang merupakan tradisi yang setiap tahun dilakukan oleh warga yang ada di Desa Banjar, dimana dalam kegiatan itu membawa makna tersendiri bagi warga.
 
“Tentu dalam pelaksanaan kegiatan tersebut membawa makna dan pengertian bagi masyakat yang ada di Desa Banjar seperti halnya dengan adanya pelaksanaan tersebut sebagai alat memupuk kekerabatan serta tali persahabatan antara satu dengan yang lainnya bahkan dengan adanya kegiatan tersebut juga dipandang untuk menyepikan dapur yang ada di masing-masing keluarga sehingga kekotoran atau keregedan terjauh dari keluarga dan kebahagian keluarga kecil dapat terjaga melalui nyakan diwang,” papar Ida Kade Ngurah.
 
Tradisi nyakan diwang juga berlangsung di Desa Banyuastis yang dimulai Pukul. 00.00 wita, warga di desa berhawa dingin itu hampir seluruhnya berkumpul dijalan raya melakukan aktivitas memasak. 
 
“Sudah dari turun temurun dan kita sebagai generasi penerus untuk melanjutkan tradisi seperti ini,” ucap Agus Astapa warga Banyuatis.
 
 
Nyakan Diwang atau memasak diluar, merupakan satu tradisi yang harus tetap dijaga sebagai implementasi ajaran Tri Hita Karana, hubungan manusia dengan manusia, sebab memasak diluar itu hanya merupakan sarana untuk lebih mengakrabkan keluarga dengan keluarga lainnya dan sekaligus saling mengunjungi setelah melaksanakan Catur Berata Penyepian di Hari Suci Nyepi. 

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami