search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Australia Panggil Pulang Duta Besar Mereka
Jumat, 3 Maret 2017, 06:00 WITA Follow
image

Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop. [ist]

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Beritabali.com, Canberra. Australia memanggil pulang seluruh duta besarnya untuk mengikuti rapat terkait penataan ulang kebijakan luar negeri di negara tersebut.
 
[pilihan-redaksi]
Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop mengatakan bahwa penataan ulang kebijakan akan dilakukan guna menyeimbangkan hubungan yang telah berlangsung lama dengan AS dan China, yang merupakan mitra dagang terbesar.
 
Langkah tersebut merupakan pertama kali bagi Australia yang secara serentak memanggil pulang para duta besar dari 13 negara di seluruh dunia dengan tujuan mengatur kembali panduan diplomasi luar negeri untuk dasawarsa mendatang.
 
"Dalam situasi global yang tidak menentu, sangat penting bagi Australia untuk memanfaatkan para duta senior yang sudah berpengalaman," kata Bishop dalam pernyataannya, Rabu (1/3), seperti dilansir Reuters.
 
Menurutnya, rapat yang akan berlangsung akhir bulan ini akan berpusat pada cara mengatur kembali pendekatan Australia dalam hubungan internasional dan perdagangan.
Kemitraan Australia dan China baru-baru ini menegang akibat tekanan atas investasi asing yang semakin meningkat oleh parlemen Australia.
 
Hubungan dengan AS juga mencapai titik terendah setelah percakapan telepon antara Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull dan Presiden AS Donald Trump yang berselisih pendapat tentang masalah pengungsi.
 
Kim Baezley, mantan Duta Besar Australia di AS yang mantan ketua Partai Buruh sebagai pihak oposisi mengatakan bahwa hubungan dengan AS sangat penting, bukan hanya karena merupakan sekutu lama tetapi juga karena jumlah modal yang ditanamkan di Australia.
 
"Saya lebih mencemaskan masalah ekonomi Trump yang memperkecil penanaman modal di seluruh dunia, ketimbang kemungkinan perang dagang antara AS dan China," kata Baezley.
 
Para duta besar itu akan bertemu dan mengikuti rapat di Canberra bersama Turnbull, Bishop dan Menteri Perdagangan Steven Ciobo selama dua hari untuk jadwal penetapan kebijakan pada pertengahan tahun.
 
 
[pilihan-redaksi2]
Sementara itu, Alexandra Oliver, ketua Lowy Institute, lembaga penelitian Australia yang berpusat di Sydney mengatakan bahwa perubahan politik global memberi tantangan pada para pembuat kebijakan luar negeri.
 
"Kecemasan atas masalah imigrasi, terorisme, globalisasi dan perdagangan global-- semua asumsi itu harus kita tangani untuk kebaikan global bersama. Akan menjadi terkesan polos untuk mengatakan bahwa kepresidenan Trump menjadi penyebab semuanya, ini merupakan gerakan sosial yang meluas yang terbukti dalam perkembangan Brexit misalnya dan bagaimana Eropa mengalami retak-retak di pinggir, bukan di pusat," katanya. [bbn/idc/wrt]

Reporter: -



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami