search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Janger Massal Tuai Pujian, Namun Dominasi Bondres Jadi Catatan
Senin, 9 April 2018, 12:20 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com.Denpasar, Tampilan anak-anak hingga remaja dari Nusa Lembongan dan Pegok dengan konsep Janger massal menuai pujian, namun yang menjadi catatan pengamat seni adalah unsur Bondres yang terlihat dominan dalam panggung sehingga dinilai kurang menyatu dengan alur janger dan ceritanya.  
 
[pilihan-redaksi]
Dr. I Nyoman Astita, M.A selaku pengamat seni menilai cukup mengesankan, karena janger massal merupakan visi yang baru tentang janger. Menurutnya, secara umum pementasannya sudah tertata dengan baik, tetapi yang perlu dikritisi adalah penambahan unsur bondres. "Jadi bondres sering mencuri panggung, penampilan bondres biasanya kurang menyatu dengan alur janger dan juga alur cerita. Ini perlu hati-hati kalau kita berkolaborasi dengan bondres, apalagi tidak disutradarai dengan baik,” pesan Astita. 
 
Alasan Astita, karena  penampilan bondres selalu menjadi sub dari alur pementasan tetapi dia terlalu dominan. Dominasi  itu terjadi, pertama karena egoism-nya bondres. Yang kedua karena dia tidak mau luluh dengan alur janger yang ada.”Jadi di sini kita kelihatan tidak menata dengan baik,” kritiknya. Menurut Astita, saat pembinaan mereka tidak menampilkan bagian bondres. Sehingga tim pembinaan tidak dapat memberikan arahan. 
 
Menurut Astita, kalau pementasan bukan di Ardha Candra dan acara sejenis Nawanatya, pementasan itu sih baik-baik saja karena masyarakat juga menikmati. Tetapi secara alur pementasan itu perlu ada batasan-batasan supaya masing-masing dari unsur pementasan itu menyatu. 
 
“Jadikan tidak ditata seluruhnya itu sehingga kesatuan pementasan agak tergganggu dan ada kesan waktunya berkepanjangan. Terlepas dari kelemahan itu pementasan tadi sudah dapat dinikmati penonton,” ulas Astita. 
 
Itu juga yang dirasakan seorang penonton malam itu. “Luar biasa!” seru penggemar janger, I Made Rudiasa (45) yang malam itu datang mengajak keluarganya untuk menonton janger yang dipersembahkan Sanggar Ratu Kinasih dan Sanggar Kekeran Budaya.
 
Sanggar Ratu Kinasih yang mempersembahkan janger bertajuk Tari Janger Indonesia Indah menceritakan sebuah cara untuk tetap mempersatukan bangsa dengan diselingi gending-gending bertemakan cinta tanah air. Sebanyak 200 orang penari terlibat dalam pementasan ini. 
 
[pilihan-redaksi2]
Kelihaian penari dalam memadukan gerakan dengan gending mampus menghipnotis khalayak yang hadir. Meski dinilai mempersembahkan janger dengan maksimal, namun selaku pengempu sanggar, I.A.A Yuliaswathi Manuaba menuturkan sanggarnya tak hanya bergerak pada tari janger saja, “Tidak khusus janger, kami juga bergerak di tari sakral topeng, tari kekebyaran dan lainnya,”ungkapnya. Wanita yang gemar berkesenian ini menuturkan untuk janger sendiri, sanggar yang berdomisili di Nusa Lembongan, Klungkung ini pun telah 4 tahun bergelut dalam jejangeran. 
 
Penampil kedua, yakni Sanggar Kekeran Budaya, Denpasar Selatan. Sanggar ini memadukan janger dengan dolanan, yang bertajuk Kedis Sangsiah. Sesekali tawa penonton mengisi penampilan Sanggar dari Br, Pegok, Sesetan ini. “Konsep ini sengaja kami gunakan agar anak-anak yang tampil dapat menikmati pementasan dan lebih akrab dengan penonton,” tutur Putu Vinka Paramaditya. 
 
Dirinya yang turut melatih anak-anak Sanggar Kekeran Budaya pun merasa bahagia, akhirnya anak didiknya dapat menampilkan janger yang maksimal. “Senang lihat anak-anak tampil, sebab ini bagian dari pelestarian budaya dan mereka sudah menjadi kader pelestari khususnya dalam jejangeran,” ujarnya. (bbn/rls/rob)

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami