search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Janger Itu Passion, Kegembiraan dan Semangat
Senin, 23 April 2018, 08:50 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com.Denpasar, Janger itu kental dengan passion, kegembiraan dan semangat.  Itu yang mencerminkan seni kerakyatan janger. Dua pengamat seni Bali Mandara Nawanatya III sepakat bahwa SMAN 4 Singaraja mampu menampilkan semua itu secara utuh.  
 
[pilihan-redaksi]
Dua pengamat seni, Prof. Dr. I Made Bandem, MA dan Dr. I Nyoman Astita, M.A menyampaikan apresiasi tersebut usai menyaksikan pementasan janger SMAN 4 Singaraja dan SMAN 6 Denpasar di kalangan Ayodnya, Taman Budaya, Denpasar, Sabtu malam (21/4). Pementasan tersebut dalam rangkaian Gelar Seni Akhir Pekan (GSAP) Bali Mandara Nawanatya III. Penampilan SMAN 4 Singaraja mendapat pujian dari Bandem. 
 
“Saya lihat mereka (SMAN 4 Singaraja-red) passion-nya  ada. Semangat juga ada. Karena janger  janger tanpa passion, tanpa rasa gembira tanpa semangat saya rasa  tidak mencerminkan seni kerakyatan,” puji  Bandem. Menurut Bandem akan lebih menarik lagi bila SMAN 4 Singaraja mengambil inspirasi dari jenger kuno, dari menyali misalnya. Walau begitu SMAN 4 Singaraja sudah ada beberapa bagian tertentu yang menggambarkan Buleleng dan gamelannya bagus mereka.
 
Tidak hanya Bandem yang terkesan. Astita pun ikut terkesan oleh penampilan janger SMAN 4 Singaraja. “Malam ini saya terkesan dengan  SMAN 4 Buleleng. Garapannya singkat dan penataan artistic dan pola-pola janger masih tetap bisa konsisten sampai akhir,” ungkap Astita. 
 
Menurut Astita penataan komposisi sangat dinamis. Banyak perubahan-perubahan komposisi tetapi tetap mempertahankan lagu dengan gerak-gerak janger yang bagus. “Memang ada cerita Jayaprana. Tetapi hanya mengambil sebagian tentang perjalanan Jayaprana di pasar. Jadi dia hanya mengekspos cuplikan itu. jadi tidak keseluruhan memang. Tetapi saya melihat memang dengan pola seperti itu yang membantu janger itu tidak kehilangan karakternya,” papar Astita. 
 
Soal pengambilan cerita yang hanya sepenggal menurut penggarap janger SMAN 4 Singaraja, Nyoman Suarriati, S.Sn. ada alasannya. “Kalau diambil semua panjang sekali dan ada roman sedikit disana, utamanya yakni saat mereka berjumpa di pasar,” ujar Suarriati. 
 
Sementara penampilan SMAN 6 Denpasar menurut Astita sesungguhnya jangernya bagus Cuma cerita dan hadirnya Liku dan Desak itu yang mendistorsi artistik dari janger secara keseluruhan. Astita menambahkan keberadaan sutradara dalam pementasan banyak berperan. Harapan Astita, kalau memasukan bondres, harus ditakar bondresnya. Sejauhmana dia dapat menghidupkan adegan-adegan yang berkait dengan lakon yang dipentaskan supaya tidak melenceng jauh. “Dia tadi itu hanya menggambarkan cerita tentang dirinya masing-masing, asyik-asyik begitu saja. Memang penonton cukup bisa tertawa tetapi secara keseluruahn bentuk garapannya agak kurang utuh,” sarannya.
 
[pilihan-redaksi2]
Hal itu tidak ditampik oleh Kepala SMAN 6 Denpasar, Drs. I Nyoman Muditha, M.Pd. “Memang kehadiran Liku dan Desak tadi baru dimasukkan di detik-detik akhir persiapan. Sehingga mungkin kurang menyatu seperti pengamat katakan tadi. Tetapi saya bangga dengan semangat, antusias dan kemandirian siswa untuk menyiapkan pementasan ini,” tutur  Muditha yang mengaku awalnya menolak untuk menampilkan bondres di Nawanatya karena terkendala dana yang minim. Tetapi karena diminta kembali pihak panitia dan semangat anak-anak maka SMAN 6 Denpasar kembali menampilkan janger. Untuk menggarapnya Muditha mempercayakan pada Putu Kori Arsatama.
 
Kori Arsatama mengaku, garapan ini terinspirasi dari maskot SMAN 6 sendiri. “Jadi kita mengharapkan agar anak-anak SMAN 6 dapat memiliki karakter dan menjauhi yang disebut dengan pergaulan bebas,” ujarnya. Persiapan yang terbilang kilat, yakni hanya 2 minggu membuat pria yang berperan sebagai pembina ini pun harus kerja keras. 
 
Kerja keras ini mendapat apresiasi secara khusus dari Astita dan Bandem. “Untuk kerja kerasnya saya ucapkan selamat. Apalagi menampilkan gending-gending selatan. Ini kan gending-gending Kedaton, Bengkel. Tetapi belum dibarengi dengan gerakan-gerakan yang sederhana yang sesuai dengan jiwa nyanyian itu,” apresiasi Bandem. (bbn/rls/rob)

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami