search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Fenomena Kesenian Barong Dinilai Sedang Mencapai Puncaknya
Jumat, 3 Agustus 2018, 17:05 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Selaku Pelaku Seni, I Wayan Dibia melihat sebuah fenomena dimana kesenian barong saat ini sedang mencapai puncaknya. 
 
[pilihan-redaksi]
“Barong yang sekarang ini kan sedang naik daun dan populer di Bali. Oleh karena itu, kita memberikan ruang kepada penonton untuk bisa mengapresiasi bintang-bintang dari penari barong yang selama ini sudah menjadi guru di bidangnya atau yang sudah meraih prestasi dalam ajang perlombaan barong,” paparnya saat pementasan Barong All Star Bali Mandara Mahalango di Taman Budaya, Art Center, Denpasar, Kamis (2/8). 
 
Dibia yang juga sebagai Koordinator Barong All Star menuturkan pementasannya ini merupakan kumpulan bintang dan menampilkan sebuah pertunjukan barong dengan penari para bintang dari daerahnya masing-masing. Julukan 'Bintang' yang melekat dari penampilan adalah khas dari tampilan dari gerakan mantap dengan gamelan yang bersemangat.
 
Keempat bintang yang unjuk gigi pada Bali Mandara Mahalango 5 dengan garapan Seni Klasik Unggulan Barong diantaranya I Made Mahardika ‘Dedo’ bintang penari barong Batubulan, Putu Bagus Wisnawa bintang Taman Ayun Festival Barong I, I Nyoman Mulyana bintang penari barong dari Bongkasa Badung sebagai Juara lomba barong 2000 di Taman Budaya, dan I Made Musliana Juara Festival Barong se-Bali 2005. Juara dalam dunia menarikan mapang barong ini pun tampil di Kalangan Ayodya Taman Budaya, Denpasar. 
 
“Kehadiran keempat penari yang sudah ahli dibidangnya ini agar memunculkan kesenian barong yang berkualitas. Sehingga, pertunjukan ini diharapkan agar mereka bisa melihat senior-seniornya menari," ujar Dibia. 
 
Tentunya keempat penari barong tersebut berasal dari empat generasi yang berbeda, salah satunya yakni Putu Bagus Wisnawa bintang Taman Ayun Festival Barong I. Wisnawa yang masih berusia 24 tahun ini merasa bahagia dapat bersanding dengan penari barong yang telah jauh di atas dari dirinya. “Senang rasanya bisa ikut menarikan barong bersama seniman-seniman hebat yang lebih tua dari saya, jadi disini saya juga bisa belajar lagi dan memperkaya gaya barong saya,” ungkap Wisnawa. 
 
[pilihan-redaksi2]
Sekaa tabuh yang mengiringi keempat penari barong ini berasal dari Banjar Sengguan Desa Singapadu, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar.  “Saya dari Singapadu dan ini sekaa tabuh yang tampil dari banjar saya, mereka telah terbiasa mengiringi tari mapang barong dengan style atau gaya yang berbeda-beda,” jelas Dibia. 
 
Bagi Dibia jelas tak ada kesulitan dalam menggarap tari mapang barong ini. Sebab Dibia sendiri telah mengetahui kemampuan dari masing-masing penari dan hanya tinggal mencocokkan durasi garapan antara satu penari mapang barong dengan penari mapang barong lainnya. Dengan adanya garapan ini sudah barang tentu segeliat generasi muda dapat menikmati kesenian barong yang luar biasa. 
 
“Disini ada unsur edukasinya agar mereka bisa meningkatkan kemampuan mereka dengan melihat kemampuan para senior mereka tampil di tempat ini, sehingga geliat tari mapang barong sejak 1960-an pun kian ajeg,” tambah Dibia yakin. (bbn/rls/rob)

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami