search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Brayut Terpinggirkan Akibat Program Keluarga Berencana
Rabu, 26 September 2018, 06:00 WITA Follow
image

kebudayaan.kemdikbud.go.id

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Pada masa era Orde Baru, posisi Brayut menjadi terpinggirkan  akibat  adanya  program  Keluarga  Berencana (KB).  Brayut  telah diposisikan sebagai keluarga yang tidak patut diteladani karena keluarga  Brayut  memiliki  banyak  anak. 

[pilihan-redaksi]
Tentu kondisi  ini  berlawanan dengan wacana yang dikembangkan oleh penguasa saat itu dalam membentuk keluarga kecil bahagia dan sejahtera, dua anak laki-laki atau perempuan sama saja.

Hal ini terungkap dalam sebuah artikel ilmiah berjudul “Pemaknaan Cerita Rakyat Brayut: Dari Ideologi Agraris Hingga Kapitalis yang dipublikasikan dalam Jurnal Kajian Bali, Volume 07, Nomor 01, tahun 2017

Peneliti dari Universitas Hindu Indonesia Denpasar I Wayan Budi Utama menuliskan di era orde baru, ideologi yang dikembangkan oleh penguasa saat itu dengan Program Keluarga Berencana, telah memarginalkan posisi Brayut.

Padahal Brayut adalah salah satu cerita rakyat Bali yang mengisahkan  tentang kehidupan keluarga petani yang memiliki banyak  anak.

Pada  era  tradisional  Brayut  dikenal  dengan  ideologi  pertanian  bahwa  banyak  anak  adalah  banyak  rejeki  karena  pertanian tradisional  membutuhkan  banyak  tenaga  kerja.

Pada era tradisional, simbol-simbol kesuburan dalam arti luas seperti  hasil  pertanian  yang  melimpah  dengan  jumlah  keluarga  yang besar sebagai sumber daya dalam pengerjaan lahan pertanian menjadi penting.

Brayut sebagai simbol kesuburan pada era tradisional pertanian berkaitan erat dengan sistem religi yang berkembang  pada  masa  itu. 

Simbol-simbol keagamaan menjadi sangat penting artinya sebagai ideologi untuk mempertahankan relasi dominasi.

[pilihan-redaksi2]
Bila  dicermati  secara  lebih  mendalam  terkait  dengan kehidupan keluarga Brayut yang tersurat dan tersirat dalam lontar Gaguritan  Brayut  menunjukkan  bahwa  Brayut  adalah  keluarga yang  berhasil  dalam  mendidik  anak-anaknya  meskipun  mereka memiliki anak dalam jumlah yang cukup banyak, yaitu 18. 

Jumlah ini bila dicermati dalam kaitan dengan sistem religi masyarakat Hindu di Bali adalah angka istimewa karena merupakan kelipatan angka 9.

Angka 9 dipandang sebagai angka tertinggi, angka yang diyakini  memiliki  nilai  religiomagis  dalam  sistem  keyakinan masyarakat Hindu di Bali

Sementara itu Saat ini di era postmodern terjadilah  kapitalisasi dan komodifikasi tokoh Brayut dalam bentuk patung yang diperjualbelikan.

Brayut kini kembali menjadi bahan inspirasi bagi para seniman khususnya seniman patung untuk memproduksi patung-patung Brayut dengan berbagai gaya dan langgamnya. [bbn/ Jurnal Kajian Bali/mul]

Reporter: bbn/mul



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami