search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Raih 2 Emas di TID 2019, Diva Ramadhani Ingin Miliki Hak Paten
Minggu, 10 Februari 2019, 14:30 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Seorang peneliti muda Denpasar bernama Mutiara Diva Ramadhani berhasil meraih 2 emas dalam ajang Thailand Inventor’s Day (TID) yang digelar pada 1-6 Pebruari 2019 di Bangkok, Thailand. Siswi SMAN 3 Denpasar tersebut harus bersaing dengan lebih dari 500 peserta yang berasal dari 26 negara. Diva kini berkeingianan mampu memiliki hak paten dari hasil penelitian yang dilakukan.

“Penelitiannya bisa punya hak paten, dan dikembangkan di masyarakat. Dan lebih banyak lagi prestasi yang bisa saya capai, nggak cuma di penelitian aja. Jadi bisa banggain orang tua, orang-orang terdekat, pembina, dan keluarga besar Madyapadma serta sekolah” kata anak sulung dari dua bersaudara dari pasangan Bima Riawan, Ni Wayan Adnyani saat dikonfirmasi melalui telepon pada Minggu (10/2).

Siswi kelahiran Denpasar, 5 Agustus 2002 tersebut mengaku tak menyangka akan berhasil meraih dua emas dalam ajang TID 2019. Padahal keinginan hanya sekedar biar pernah ikut, mengingat pesaing juga cukup banyak. Walaupun terdapat keinginan dalam hati untuk bisa mengibarkan bendera merah putih di negara lain.

“Langsung lemes banget, kaget dan enggak nyangka. Beberapa menitnya lagi, dikasitau kalo penelitian yang lagi satu juga emas, udah nggak bisa nahan perasaan lagi, langsung nangis, karena bener bener enggak nyangka. Nangis yang bener bener nangis, dan lumayan lama” ungkap gadis yang bercita-cita sebagai Pengusaha dan presenter tersebut.

Bagi Diva, TID 2019 merupakan pengalaman pertama kali mengikuti lomba penelitian dan berhasil lolos hingga harus berangkat ke Thailand. Pengalaman pertama yang tidak terbayangkan karena harus membawakan dua hasil penelitian. Penelitian pertama berjudul “Genit Spray : Bio-repellent from Gumitir Flower Extract (Tagetes erecta) as a Aedes Aegypti Mosquito repellent” dan penelitian kedua berjudul “Bioasphalt from Apus Bamboo (Gigantochloa apus) Stem Waste”.

Menurut siswi yang hobi mendengarkan music dan nonton film ini, penelitian mengenai genit spray berawal dari kasus DBD yang disebabkan oleh aedes aegepti. Sedangkan gumitir adalah salah satu bunga yang biasanya dipakai untuk persembahyangan di Bali. Namun orang-orang belum banyak tahu tentang khasiat bunga gumitir sebagai penangkal nyamuk, karena kandungan sitronelol dan geraniolnya yang tidak disukai nyamuk.

“Jadi, kita ingin mengembangkan dan membuka pemikiran masyarakat bahwa gumitir ini bisa membantu kita melawan penyakit dbd dengan olahan yang baik. kita realisasikan menjadi Genit Spray ini. Dibuat dalam bentuk spray botol kecil, supaya mudah digunakan dan dibawa kemana-mana. Nama Genit dipilih karena genit dalam bahasa Bali artinya gatal (karena digigit nyamuk). Kita ingin dalam produk kita masih kental dengan nuansa Bali. Sehingga kita bisa memperkenalkan bunga gumitir dan melambungkan nama Bali ke kancah internasional dalam hal produk penelitian” papar siswi berzodia Leo tersebut.

Penelitian kedua dilatarbelakangi oleh keinginan untuk membuat bioaspal. Dimana aspal pada umumya terbuat dari minyak bumi dan kebutuhan minyak bumi di dunia ini sangat terbatas. Kandungan aspal yang utama adalah tar, dan tar berasal dari lignin. Dalam bambu apus terdapat 19,8% - 26,6% lignin. Jika di Bali, biasanya digunakan untuk bahan rumah atau bahan upacara adat.

“Kita juga mendukung program pemerintah untuk menanggulangi penggunaan minyak bumi, dan kita merealisasikannya dengan membuat bioaspal. Dengan adanya bioaspa dari bambu, kita bisa membantu pemanfaatan minyak bumi, dan menyelamatkan dunia dari krisis minyak bumi” ungkap siswi yang pernah meraih Juara Harapan 2 Lomba Baca Puisi Tingkat SMA Se-Bali.

Tantangan terbesar dalam penelitian adalah kesulitan dalam menjadi alat laboratorium. ”Jadi harus minjam ke lab-lab yang ada di Bali. Dari lab di kota sampai di bukit. Masalah mempelajari materi juga, karena ikut 2 tim jadi harus maksimal belajarnya, apalagi pas lomba ada pertanyaan-pertanyaan juri yang nggak terduga” kenang Diva.

Dalam ajang TID 2019, peneliti muda Bali berhasil meraih 10 emas dan 6 spesial award. Adapun rincian perolehan medali yaitu SMAN 3 Denpasar memperoleh 6 emas,  5 perak dan 1 perunggu serta 3 spesial award, SMPN 3 Denpasar memperoleh 2 emas dan 1 perunggu serta spesial award,, SMP PGRI 3 Denpasar meraih 2 perak dan 2 special award, SMAN 8 Denpasar meraih 1 perunggu, kemudian SMAN 1 Mengwi meraih 1 perunggu, smp nusa dua 1 perunggu, SMPN 10 Denpasar mendapatkan 1 emas dan 1 perunggu, SMAN 1 Denpasar dapat 2 perak , dan  SMAN 4 Denpasar  meraih 1 emas dan 1 perunggu.

Reporter: bbn/mul



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami