Kidung Khas Jawa Mengalun di Ardha Candra
Selasa, 25 Juni 2019,
13:35 WITA
Follow
IKUTI BERITABALI.COM DI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Beritabali.com, Denpasar. Kidung khas Jawa mengalun dengan merdu di Panggung Terbuka Ardha Candra, para pemeran teater tradisional Alengka Binasa berdialog dengan bahasa Jawa pada Senin (24/6) malam.
[pilihan-redaksi]
“Dalam pementasan bahasa Jawa adalah sebuah pakem yang menjadi ciri khas Yogyakarta,” ujar Widodo Pujo Bintoro selaku sutradara Alengka Binasa.
“Dalam pementasan bahasa Jawa adalah sebuah pakem yang menjadi ciri khas Yogyakarta,” ujar Widodo Pujo Bintoro selaku sutradara Alengka Binasa.
Guru tari SMKN 1 Kasihan Bantul sekaligus sutradara garapan Alengka Binasa, Widodo Pujo Bintoro mengaku sebuah garapan yang berlandaskan unsur tradisi dari daerah sendiri akan lebih membekas diingatan para penonton. Bahasa daerah yang merupakan bagian dari unsur kebudayaan disadari betul oleh Widodo untuk kian dilestarikan keberadaannya.
Widodo yang ditemui pada sore hari sebelum pementasan berlangsung menjelaskan, teater tradisional Alengka Binasa merupakan bagian dari kisah Ramayana yang menceritakan gugurnya Rahwana sang Raja Alengka yang dibinasakan oleh kebajikan Sang Rama.
“Saya memberikan istilahnya pesan, bahwa sesuatu yang buruk itu harus di binasakan oleh kebajikan,” terang Widodo dengan logat khas Jawanya.
Tak hanya teater tradisional, SMKN 1 Kasihan Bantul mempersembahkan pula Tari Pudyastuti yang mengungkapkan sebuah permohonan keselamatan dan kelancaran suatu kegiatan. Maharani Nur Asri dan Amanda Melodia merupakan dua diantara 18 penari yang mengaku bahagia bisa berpartisipasi dalam Pesta Kesenian Bali ke-41. “Rasanya senang dan bahagia, karena ini bentuk dari pelestarian budaya yang mulai memudar,” ujar keduanya saling menimpali.
[pilihan-redaksi2]
Sebelum penampilan Maharani dan Amanda serta rekan lainnya dalam Tari Pudyastuti, terlebih dahulu dipersembahkan sebuah konser karawitan bertajuk Mikul Dhuwur Mendem Jero yang terinspirasi dari karawitan Ki Cak Warsito dan Ketawang Basanta.
Sebelum penampilan Maharani dan Amanda serta rekan lainnya dalam Tari Pudyastuti, terlebih dahulu dipersembahkan sebuah konser karawitan bertajuk Mikul Dhuwur Mendem Jero yang terinspirasi dari karawitan Ki Cak Warsito dan Ketawang Basanta.
Kolaborasi dari empat kompetensi yaitu seni tari, pedalangan, karawitan, dan teater menghasilkan satu kesatuan garapan yang lembut. Meski seluruh penampil baru menginjak kelas dua SMK, namun pembawaan mereka sungguh luwes. Di tengah deru kota, kehadiran SMKN 1 Kasihan Bantul hanyalah segelintir remaja Indonesia yang masih ‘nau’ melestarikan budaya.
Tahun ini, adalah tahun kedua mereka membawa suasana Yogyakarta ke Bali, dengan setangkup tradisi daerah istimewa keluarga besar SMKN 1 Kasihan Bantul berharap agar selalu membekas di hati masyarakat Bali. (bbn/rls/rob)
Berita Denpasar Terbaru
Reporter: bbn/rls