search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Topeng Wak Cura Suguhkan Topeng Prembon Sejati
Sabtu, 6 Juli 2019, 20:00 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Pakem Topeng Prembon yang menyertakan kesenian topeng Bali dengan imbuhan (tokoh selain penari topeng) mampu disuguhkan Duta Kabupaten Klungkung dengan apik. Suguhan ini berlangsung pada Sabtu siang (6/7) di Kalangan Ratna Kanda, Taman Budaya, Denpasar. Penonton nampak antusiasme akan garapan Parade Topeng Prembon yang diwakili oleh Sekaa Topeng Wak Cura, Banjar Pekandelan Kelod, Klungkung.

[pilihan-redaksi]

Membawakan garapan bertajuk Wong Samar, menceritakan perjuangan Hyang Putrananjaya dalam menghadapi I Gotra, anak I Renggan yang gagal menghancurkan Bali. I Gotra dan pasukan Wong Samarnya pun dapat dikalahkan dan dberikan payogan oleh Hyang Putrananjaya di Penataran Dalem Ped dan diberi nama Jero Gede Mecaling. Pada bagian lucu, tawa penonton lepas dan saat bagian serius perhatian penonton pun tak lepas.

Tak hanya penonton, salah satu pengamat seni topeng yakni I Made Djimat tampak tertawa lepas dengan lawakan segar dari para penampil. Tawa pertama kali pecah karena kemunculan sosok Desak Rai yang diperankan oleh Putu Dina Trisna Pandeni. Dalam lawakannya, gadis yang baru saja tamat SMP itu menyajikan candaan yang segar dan kritis, perihal sistem zonasi yang memusingkan dirinya untuk mencari sekolah. “Ngalih sekolah anggon zonasi, pragat pengeng reraman tiange, aku sih iteh pules di jumah,” candatokoh Desak Raidi atas panggung.

Candaan berbanding terbalik dengan kenyataan, Dina yang kini telah diterima jalur prestasi di SMA Negeri 2 Semarapura sempat dibuat was-was oleh sistem zonasi. Namun berkat prestasi metembang yang dimilikinya, Dina pun dapat bernafas lega. Bagi Dina, kemujurannya dalam memperoleh sekolah yang diimpikan tak lepas dari kegemaran yang ia geluti saat ini. “Terkadang masih deg-degan saat pentas. Kira-kira kita sudah lucu tidak ya? Kira-kira mereka mau tertawa tidak ya?,” tanya Dina.

Tanya itu pun ia hempas dengan sebuah prinsip yakni bagi Dina apapun itu, jalani saja terlebih dahulu, persoalan hasil akan nampak pada seberapa kuat kita berusaha. “Mau penonton tertawa, berkesan atau tidak, kita hanya bertugas memberi lawakan, tuntunan dan tontonan,” tutur Dina yang menjadi pemeran termuda. Tak hanya Dina, para pemeran lainnya turut menyuguhkan peran yang totalitas tanpa terlalu banyak menyinggung soal topik yang tidak pantas dibawa dalam pertunjukkan.

Setiap lawakan berhasil membuat seisi Ratna Kanda terhibur, termasuk ketiga pengamat yang tampak antusias. Utamanya, I Made Djimat yang tak bisa menyembunyikan tawanya. Maestro topeng yang sudah uzur itu mengaku bahwa garapan Topeng Prembon Klungkung telah mencerminkan pakem Topeng Prembon yang sebenarnya. “Topengnya lengkap, lawakannya segar, responnya juga banyak,” komentar Djimat puas.

Bagi Djimat topeng tetaplah topeng, artinya dominasi terletak pada topeng. Pemeran harus dapat menciptakan karakter yang mulanya tanpa topeng, menjadi menggunakan topeng dengan latihan pendalaman karakter. Dalam hal ini, Klungkung sudah melakukannya dan mampu menyuguhkan tontonan Topeng Prembon yang layak. Tak hanya layak sebagai tontonan dan hiburan, namun layak pula sebagai sebuah tuntunan. [bbn/ananta/mul]

Reporter: bbn/mul



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami