search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Pentingnya Literasi Keluarga pada Era Revolusi Industri 4.0
Minggu, 21 Juli 2019, 06:21 WITA Follow
image

bbn/myedisi.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Pendidikan keluarga yang dilaksanakan orang tua merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan anak saat ini dan di masa depan, terlebih dalam menghadapi era revolusi industri 4.0
 
[pilihan-redaksi]
Orang tua harus dapat membekali anak dengan pengetahuan, sikap mental, dan skill yang unggul agar mempunyai eksistensi diri dalam kompetisi tingkat nasional maupun global. Jalan utama mempersiapkan pengetahuan, sikap mental, dan skill yang unggul paling mudah ditempuh dengan budaya literasi. Memperkuat budaya literasi keluarga merupakan katalisator pembangunan kualitas generasi muda untuk menghadapi era revolusi industri 4.0.
 
Revolusi industri 4.0 secara fundamental merubah cara orang tua dalam mendidik anak, akibat semakin masifnya digitalisasi di berbagai sektor kehidupan sehingga merubah pola pikir, interaksi sosial, dan gaya hidup generasi muda. Oleh karena itu, bersikap terbuka dan tekad untuk terus belajar adaptif terhadap perkembangan zaman menjadi sebuah keniscayaan bagi orang tua.
 
Era revolusi industri 4.0 merupakan tantangan yang harus direspon dengan cepat dan tepat. Era ini akan mendisrupsi berbagai aktivitas manusia sehingga diperlukan kemampuan memanajemen diri sebagai pelaku perubahan, bukan objek perubahan, pengguna cerdas teknologi, bukan korban teknologi. Era disrupsi dapat dicermati antara lain dengan munculnya teknologi mobil tanpa supir dan pesawat tanpa pilot (drone). 
 
Begitu pula terjadinya perpindahan bisnis retail ke dalam e-commerce. Adanya disrupsi ini membuka peluang tumbuhnya pekerjaan baru sehingga dapat diprediksi bahwa anak-anak yang berada pada tingkat pendidikan dasar saat ini akan menghadapi jenis-jenis pekerjaan baru yang saat ini belum ada. 
 
Peran orang tua sangat penting dalam memfasilitasi anak untuk menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian dengan memprioritaskan penguasaan terhadap enam dimensi literasi keluarga, yaitu (1) literasi baca tulis, (2) literasi numerasi, (3) literasi sains, (4) literasi digital, (5) literasi finansial, dan (6) literasi budaya dan kewargaan.
 
Literasi Baca Tulis
 
Rendahnya minat baca masyarakat menjadi persoalan akut yang harus segera ditangani, karena semua proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca. Budaya membaca merupakan salah satu ciri peradaban masyarakat modern.  
 
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi pada era revolusi industri 4.0, memberikan kemudahan bagi anak untuk mengakses bahan bacaan elektronik yang dikenal dengan buku digital. Buku digital yang dapat dibuka melalui komputer, laptop maupun gawai dan bersifat praktis dapat menjadi alternatif solusi untuk meningkatkan minat baca setiap anggota keluarga. 
 
Membaca tidak hanya sekadar memperoleh informasi tetapi anak juga perlu mengembangkan kecepatan dan kekritisan dalam membaca untuk memperoleh pemahaman terhadap isi teks yang dibaca secara komprehensif. Untuk dapat memahami isi dari bacaan diperlukan fokus dan konsentrasi yang baik. Oleh karena itu, orang tua perlu menyediakan lingkungan yang nyaman dan kondusif untuk aktivitas membaca di rumah.
Melalui literasi baca tulis setiap anggota keluarga memiliki kemampuan untuk mengolah dan memahami informasi, menganalisis, dan menanggapi informasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan.  
 
Literasi Numerasi
 
Literasi numerasi berperan dalam pengambilan keputusan yang tepat dalam keluarga berdasarkan data-data kuantitatif yang tersaji dalam bentuk angka (numerik), grafik, tabel, atau bagan. Kemampuan interpretasi data dan implementasi operasi hitung matematika dasar mampu memberikan solusi untuk memecahkan masalah praktis dalam kehidupan sehari-hari. Kecakapan dalam menganalisis dan menginterpretasi data statistik, misalnya statistik kependudukan, ekonomi, perdagangan, pertanian, dan lain-lain yang dapat diakses dari internet membantu setiap anggota keluarga dalam membuat prediksi dan mengambil keputusan mengenai peluang usaha dan profesi yang menjanjikan di masa depan.
 
Literasi Sains
 
Pesatnya perkembangan sains dan teknologi mampu memberikan solusi terhadap berbagai permasalahan manusia, namun kurangnya kesadarpahaman dalam penggunaan produk sains dan teknologi memunculkan resiko yang mengancam keberlangsungan hidup manusia di bumi, seperti pemanasan global dan pencemaran lingkungan.
 
Era revolusi industri 4.0 ditandai dengan pemanfaatan sains dan teknologi yang paling mutakhir dan futuristik, diantaranya penggunaan robotika dan kecerdasan buatan berbasis komputerisasi yang membuat proses produksi semakin efektif dan efisien. Oleh karena itu, setiap anggota keluarga diharapkan lebih selektif untuk menggunakan produk sains dan teknologi yang selain murah juga ramah lingkungan.       
Kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia merupakan definisi dari literasi sains (OECD, 2006). 
 
Literasi sains di dalam keluarga berperan untuk meningkatkan antusiasme setiap anggota keluarga dalam mengaplikasikan kecakapan sains dalam kehidupan sehari-hari. Literasi sains di keluarga dapat ditumbuhkembangkan salah satunya melalui bentuk-bentuk pembiasaan yang dilakukan secara konsisten sehingga anggota keluarga memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya.
 
Literasi Digital
 
Pengguna internet umumnya didominasi oleh generasi muda yang lahir pada era digital atau disebut dengan digital natives. Penggunaan internet yang intens oleh anak dan remaja harus diimbangi dengan perilaku berinternet yang sehat, seperti tidak menyebarkan berita hoaks, ujaran kebencian, ataupun intoleransi di media sosial.
 
Pengawasan dan pendampingan orang tua terhadap aktivitas digital anak harus lebih ditingkatkan, tanpa pengawasan maupun pendampingan yang baik anak dan remaja sangat rentan terpapar konten-konten negatif seperti pornografi dan pornoaksi yang tersebar di internet. Begitu pula penggunaan internet yang pada dasarnya ditujukan untuk mencari informasi dan pengembangan diri, dapat mengarah kepada perilaku menyimpang seperti tindakan perundungan (bullying), perilaku mencaci maki di media sosial, dan tindakan plagiat terhadap hasil karya orang lain.
 
Era revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan adanya Big Data dan Internet of Things memberikan gambaran yang jelas kepada perusahaan mengenai tingkah laku dan selera masyarakat. Namun, di di sisi lain menimbulkan ancaman privasi yang dapat disalah gunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. 
 
Era ini juga memberikan peluang menjanjikan bagi technopreneurs untuk menjalankan bisnis start up ditengah pesatnya perkembangan dunia digital dan semakin meningkatnya pengguna internet. Oleh karena itu, menjadi tantangan bagi orang tua untuk membekali anak pemahaman mengenai ancaman dan peluang pada era revolusi industri 4.0.
 
Budaya literasi digital di dalam keluarga terutama bagi anak-anak dapat meningkatkan kesadaran dalam penggunaan media digital dalam kehidupan sehari-hari secara cerdas dan bijaksana. Anggota keluarga dapat berkolaborasi untuk mengoptimalkan peran media digital dalam membina komunikasi dan interaksi antar anggota keluarga yang lebih harmonis serta untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat bagi kebutuhan keluarga.
 
Literasi Finansial
 
Minimnya kecakapan mengenai literasi finansial menyebabkan banyak masyarakat yang terjebak pada praktik pemanfaatan jasa keuangan ilegal dan adanya mindset serba instan menjerumuskan masyarakat pada investasi bodong yang berkedok penggandaan uang. 
 
Begitu pula saat ini, dengan berbagai kemudahan transaksi kebutuhan barang dan jasa melalui e-commerce mengakibatkan pola hidup semakin konsumtif yang dipicu oleh perilaku impulsif dalam berbelanja. Hal ini dapat mengakibatkan ketidak proporsionalan kemampuan pendapatan atau kondisi keuangan keluarga dengan tingkat pengeluaran, sehinga dapat mengakibatkan masalah keuangan dalam keluarga. 
 
Oleh karena itu, diperlukan literasi finansial sebagai seperangkat pengetahuan dan keterampilan dalam tata kelola keuangan keluarga. Peran orang tua sangat penting dalam memberikan teladan kepada anak tentang cara mengelola uang yang diterima, contohnya dari uang saku atau angpau. Lebih baik lagi jika anak dibiasakan membuat perencanaan keuangan sendiri, seperti perencanaan membeli barang, perencanaan liburan, dan perencanaan uang jajan.
 
Melalui literasi finansial, keluarga diharapkan mampu menetapkan skala prioritas konsumsi keluarga dengan mendahulukan kebutuhan primer dibandingkan kebutuhan sekunder maupun tersier. Selain itu literasi finansial memungkinkan terjadinya peningkatan kesadaran setiap anggota keluarga dalam menggunakan produk jasa keuangan seperti bank, asuransi, maupun investasi yang kredibel untuk melakukan transaksi finansial.
 
Pentingnya konsep menyimpan penghasilan melalui tabungan, asuransi, dan investasi. Begitu pula pengalokasian keuangan untuk berbagi melalui amal ataupun pajak harus dibudayakan dalam tata kelola keuangan keluarga yang efektif, efisien, dan berimbang dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup dan kesejahteraan keluarga.
 
 
Literasi Budaya dan Kewargaan
 
Kompleksitas kehidupan berbangsa dan bernegara dapat menjadi ancaman stabilitas nasional yang telah terbangun dengan baik, jika masyarakat kurang memiliki kesadaran akan keberagaman, tanpa adanya sikap saling menghormati dan menghargai. Begitu pula tantangan eksternal di tengah era globalisasi menyebabkan infiltrasi budaya luar yang dapat mengikis identitas dan jati diri bangsa. 
 
Pada era revolusi industri 4.0 saat ini, ekspansi media online secara besar-besaran dengan berbagai konten yang menarik berpotensi mengancam eksistensi budaya lokal yang dianggap kurang menarik lagi oleh generasi muda. Oleh karena itu, literasi budaya dan kewargaan mutlak ditumbuhkembangkan dari jenjang keluarga untuk memfilter budaya luar dan menjaga stabilitas nasional pada era globalisasi yang membuat pertukaran informasi maupun budaya tanpa batas ruang dan waktu.
 
Literasi budaya dan kewargaan di keluarga, khususnya bagi anak-anak memberikan pemahaman terhadap kebudayaan nasional sebagai identitas bangsa serta hak dan kewajiban sebagai warga negara mulai dari usia dini. Peran orang tua sangat penting dalam mengarahkan dan membimbing anak untuk memahami nilai-nilai kebudayaan dan kewargaan yang ada disekitar lingkungan tempat tinggalnya.
 
Ancaman dan peluang pada era revolusi industri 4.0 sudah semakin nyata mentransformasi setiap sendi-sendi kehidupan. Hal ini semakin meneguhkan pentingnya penguasaan enam dimensi literasi keluarga secara holistik untuk mewujudkan generasi penerus yang kompetitif dan responsif terhadap perubahan zaman.
 
Penulis: I Gede Eka Saputra
Guru SMPN 1 Tegallalang, Gianyar
ASN di Pemkab Gianyar

Reporter: bbn/gus



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami