search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Krama Hindu NTB Gelar "Mecaru Nyomia Bhuta Kala" Agar Covid-19 Cepat Berlalu
Senin, 29 Juni 2020, 15:20 WITA Follow
image

beritabali/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NTB.

Pantai Loang Baluq, Tanjung Karang Mataram, Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) ramai dipadati krama Hindu, Minggu (28/6). Di pantai yang biasa menjadi lokasi krama Hindu Kota Mataram khususnya melaksanakan kegiatan Yadnya, pada Minggu pukul 10.00 WITA itu digelar upacara unik. 


[pilihan-redaksi]
Yakni Mecaru Nyomia Bhuta Kala Dampak Covid-19. Tujuan upacara  pecaruan, adalah untuk mengusir 'gering sasab merana' atau wabah virus Corona Covid-19, agar cepat berlalu. 

 

Diinisiasi oleh Pinandita Sanggaraha Nusantara (PSN) Koordinator Daerah (Korda) Kota Mataram, Mecaru Nyomia Bhuta Kala Dampak Covid-19 ini juga dihadiri oleh Gubernur NTB, Dr H Zulkiflimansyah. 

 

Selain di pantai Loang Baluq, Mecaru Nyomia Bhuta Kala Dampak Covid-19 juga berlangsung di dua tempat. Yakni di Catus Pata Cakranegara Mataram dan Pamuwun Setra (tempat pembakaran, kuburan) Hindu Karang Jangkong Kota Mataram. Dengan dipuput tiga orang Sulinggih (Pinandita), mecaru nyomia ini diisi dengan persembahyangan bersama. Lanjut pembagian Tirta Amerta atau air suci, yang diambil langsung dari tengah laut. 


Yakni dengan cara membawa botol atau wadah yang masih sukla atau steril dan tertutup ke tengah laut. Dengan naik perahu, beberapa krama sebagai perwakilan melarung sesajian atau banten caru ke tengah laut. Sembari membawa botol untuk mengambil Tirta Amerta dimaksud. Setelah didapat, air suci dari tengah laut ini lanjut dibawa ke darat dan  dibagikan kepada semua umat Hindu yang hadir. 


Selain dipercikkan dan diminumkan ke masing-masing warga usai sembahyang, air suci ini juga dibawa pulang untuk digunakan 'mensterilkan' seisi penghuni rumah dan pekarangan. Sebab masyarakat Hindu percaya, Dewa Baruna sebagai manifestasi Ida Sanghyang Widhi Wasa atau Tuhan yang menguasa lautan, akan memberi perlindungan. Lewat air suci yang dipercikkan itu, dengan harapan bisa menangkal virus Corona yang sudah membuat resah tersebut.

 

Ida Pedanda Gde Merta Arsa selaku Dharma Upapati dari Gria Pagesangan menjelaskan, dengan upacara mecaru nyomia mengusir "Gering Sasab Merana" agar wabah virus Corona cepat berlalu. Dengan harapan masyarakat dapat menjalani kehidupan normal seperti biasa.
 Dari Ketua Parisada Hindu Dharma (PHDI) NTB, Ida Made Santi Adnya SH MH mengatakan, sangat mendukung dilaksanakannya upacara Mecaru Nyomia Bhuta Kala Dampak Covid-19 ini. Dengan catatan tidak mengabaikan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 yang dikeluarkan oleh pemerintah sebagai Guru Wisesa. 

 

Sementara Gubernur Zul dalam sambutannya mengatakan, doa yang dipanjatkan menurut keyakinan masing-masing dan saling menguatkan, adalah obat mujarab agar wabah Covid-19 cepat berlalu.

 

"Kami titip, doakan agar NTB bisa segera berakhir dari bencana virus ini. Kami atas nama pemerintah propinsi NTB mengucapkan terima kasih," ucap Zul, mengapresiasi semangat kebersamaan yang ditunjukkan masyarakat Hindu di NTB. 


Hingga terlaksananya upacara Mecaru Nyomia Bhuta Kala. Upacara dan doa bersama dampak Covid-19 agar cepat berlalu.Turut hadir beberapa pejabat pada upacara Mecaru Nyomia ini,  anggota DPD RI Evi Apita Maya, Asisten I Kota Mataram Lalu Martawamg. Kadis Kominfotik Propinsi NTB I Putu Gede Aryadi, serta para tokoh agama dan tokoh pemuda Hindu.

Reporter: Humas NTB



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami