search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Tantangan Merdeka Belajar di Masa Pandemi
Rabu, 19 Agustus 2020, 12:00 WITA Follow
image

beritabali/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Konsep merdeka belajar sejatinya ingin memberikan kemerdekaan bagi sekolah, termasuk di dalamnya para guru untuk menginterpretasi kurikulum nasional agar berfokus pada peningkatan hasil belajar siswa.

Namun adanya pandemi COVID-19 telah merubah wajah dunia pendidikan secara cepat dan drastis. Hal ini tentunya memerlukan respon yang cepat dari pemerintah, pihak sekolah, maupun orang tua.

Merdeka belajar merupakan terobosan inovatif yang tetap perlu diimplementasikan meskipun pada situasi pandemi, tanpa menimbulkan resiko kesehatan bagi siswa, guru, tenaga kependidikan, keluarga, dan masyarakat.

Pembelajaran jarak jauh (PJJ) merupakan salah satu opsi dalam memutus mata rantai penyebaran virus corona, sehingga sekolah tidak menjadi kluster baru penyebaran virus. 

Pelibatan teknologi informasi dan komunikasi merupakan hal mutlak yang diperlukan untuk memfasilitasi PJJ. Namun dengan adanya disparitas latar belakang sosial ekonomi masyarakat, tentunya tidak setiap keluarga mempunyai perangkat maupun sumber daya yang memadai untuk mengikuti PJJ. Oleh karena itu, diperlukan adanya fleksibilitas dalam pelaksanaan PJJ. 

Teknologi pada dasarnya hanyalah alat bantu, lebih penting dari itu adalah komitmen, kreativitas, dan kepedulian dari guru yang dapat memberikan pengalaman bermakna bagi siswa selama mengikuti pembelajaran jarak jauh.

Agar PJJ dapat dilaksanakan secara lebih efektif guru perlu mengidentifikasi kondisi perserta didik, sehingga dapat menyajikan pembelajaran yang sesuai. 

Kendala-kendala yang dihadapi orang tua terkait PJJ mulai dari keterbatasan gawai, kesulitan membeli paket internet, kualitas jaringan internet yang kurang baik, tidak mampu mendampingi anak dalam belajar, hingga kesulitan dalam memahami pelajaran serta memotivasi anak saat mendampingi belajar.

Siswa juga menemui kendala dalam mengikuti PJJ antara lain kesulitan berkonsentrasi saat belajar dari rumah, beratnya penugasan soal dari guru karena minimnya pendampingan, serta peningkatan rasa jenuh dan stress. 

Berbagai kendala tersebut tentunya harus dicarikan solusinya secara cepat dan tepat sehingga tidak menimbulkan efek negatif yang berkepanjangan.

Pemerintah telah memberikan alternatif belajar melalui TVRI dan RRI bagi daerah yang mengalami kesulitan akses internet maupun orang tua yang terkendala gawai dan paket internet. 

Optimalisasi pembelajaran melalui TVRI dan RRI dapat membuat siswa berfokus pada aspek literasi, numerasi, dan pendidikan karakter.

Pemerintah juga sudah menyiapkan regulasi dalam pemanfaatan dana BOS yang memberikan keleluasaan bagi kepala sekolah dalam mendukung keterlaksanaan PJJ. Dana BOS dapat digunakan untuk membiayai pembelajaran jarak jauh termasuk membeli pulsa bagi siswa dan guru. 

Orangtua yang memang benar-benar terkendala mengikuti PJJ karena ketiadaan gawai maupun biaya untuk paket internet, dapat mengusulkan kepada pihak sekolah agar anak mereka dapat belajar melalui TVRI maupun RRI, sehingga tidak terlalu membebani keluarga secara finansial, apalagi di saat krisis kesehatan dan ekonomi seperti sekarang ini. 

Dengan demikian, guru dapat merancang aktivitas dan tugas pembelajaran belajar dari rumah secara bervariasi antarsiswa sesuai minat dan kondisi masing-masing siswa.

Fokus pembelajaran disaat darurat ini bukanlah pada penguasaan materi secara tuntas, namun lebih kepada penguasaan kompetensi-kompetensi esensial. 

Orang tua juga dapat mengoptimalkan Grup WA kelas yang sudah terhubung dengan wali kelas dan guru mata pelajaran untuk berkomunikasi secara intensif sebagai mitra bagi guru.

Bagi orang tua yang tidak bisa mendampingi anaknya belajar karena ada tanggung jawab bekerja atau pekerjaan rutin lainnya dapat sebaiknya membuat kesepakatan dengan anak agar mereka memiliki tanggung jawab penuh dalam menyelesaikan tugas belajarnya. 

Setelah selesai bekerja dan mengerjakan urusan rutin lainnya, maka selanjutnya orang tua dapat membangun komunikasi positif dengan menanyakan perkembangan belajar kepada anaknya. Hal ini juga menjadi motivasi bagi anak-anak, karena mereka menyadari bahwa orang tua selalu hadir untuk mendampingi mereka.

Agar anak dapat belajar di rumah dengan baik dan penuh konsentrasi orang tua diharapkan menyediakan lingkungan belajar yang nyaman dan jauh dari ganguan-gangguan. 

Suasana belajar dapat dibuat lebih santai dan disesuaikan dengan gaya belajar anak sehingga tidak menimbulkan rasa jenuh yang dapat mengakibatkan stress. Kreativitas dari guru juga diperlukan dalam membuat metode dan desain pembelajaran agar siswa merasa bersemangat dalam belajar.

Guru sebaiknya tidak lagi terpaku pada penuntasan kurikulum dan lebih percaya diri dalam mengambil kebijakan terkait penyelenggaraan pembelajaran, apalagi pemerintah saat ini sudah menyediakan kurikulum darurat yang menyederhanakan kompetensi dasar sehingga berfokus pada kompetensi esensial dan menjadi prasyarat untuk kelanjutan pembelajaran pada jenjang selanjutnya. 

Bagi guru pada jenjang PAUD dan SD dapat berpegangan pada modul pembelajaran dan asesmen yang disediakan pemerintah sebagai pedoman menyelenggarakan kegiatan pembelajaran dalam kondisi darurat sekarang ini. Modul ini dapat mempermudah guru untuk memfasilitasi dan memantau pembelajaran siswa di rumah. 

Guru tidak perlu mengkhawatirkan pemenuhan beban mengajar per minggu sehingga guru dapat berfokus untuk memberikan pelajaran interaktif kepada siswa yang berpotensi tertinggal secara kognitif, sehingga nantinya dapat diberikan pembelajaran remedial atau pelajaran tambahan.

Pada bagian asesmen guru memiliki keleluasaan dalam memberikan umpan balik terhadap bukti atau produk kegiatan PJJ siswa secara kualitatif, tanpa harus dibebani memberi skor/nilai kuantitatif. Hal ini sangat bermanfaat bagi guru untuk memantau perkembangan belajar siswa.

Pihak sekolah harus berani berinovasi dalam menghadapi pandemi ini, dengan penyesuaian kurikulum yang kompatibel dengan kebutuhan pembelajaran siswa.

Sekolah diberikan kemerdekaan untuk lebih inovatif dan adaktif melakukan penyederhanaan kurikulum secara mandiri sesuai dengan kondisi di daerah masing-masing. 

Fleksibilitas dalam pengelolaan angaran dana BOS yang diberikan pemerintah juga dapat dimanfaatkan sebaik mungkin untuk melengkapi fasilitas dalam mendukung pembelajaran jarak jauh bagi siswa maupun guru.

Kemerdekaan yang diberikan pada satuan pendidikan dalam menyesuaikan kebijakan pembelajaran selama masa pandemi COVID-19 merupakan upaya untuk mengurangi kendala yang dihadapi dan meningkatkan kesejahteraan psikososial guru, orang tua, dan siswa. 

Pemerintah telah memberikan fleksibilitas maupun relaksasi bagi sekolah dalam menghadapi setiap tantangan dan kendala yang ditemui dalam pembelajaran di masa pandemi.

Oleh karena itu, diperlukan komitmen dari kepala sekolah dan dewan guru untuk menjamin peyelenggaraan pendidikan yang adil dan berkualitas bagi setiap siswa.

Kita semua tentunya harus senantiasa berdoa semoga masa pandemi ini segera berakhir, karena bagaimanapun pembelajaran yang tidak dilakukan di sekolah berpotensi menurunkan capaian belajar siswa, ancaman putus sekolah, dan dampak negatif lainnya.

Diperlukan kerjasama secara menyeluruh dari semua pihak untuk memastikan setiap anak dapat terus belajar dengan sehat dan selamat di masa pandemi ini.


Penulis 

I Gede Eka Saputra
Guru SMPN 1 Tegallalang, Gianyar
ASN di Pemkab Gianyar

Reporter: bbn/opn



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami