search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Bali Krisis Listrik 2021, Ini Klarifikasi PLN Bali
Rabu, 21 Oktober 2020, 10:40 WITA Follow
image

bbn/Liputan6.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Putu Putrawan, Senior Manager Perencanaan PLN Distribusi Bali, mengklarifikasi beberapa hal yang terkait bahwa di medsos atau di media bahwa Bali diprediksi krisis listrik tahun 2021.

Dalam keterangan resminya, Selasa (20/10/2020), ia menjelaskan pada musim pandemi ini terjadi penurunan beban puncak yang sangat tinggi dari daya terpasang pembangkit di Bali adalah 1.443 MW kemudian daya mampunya adalah 1.305 MW. 

Dikatakan beban puncak yang pernah dicapai di tahun 2019 adalah 918 MW, kemudian beban puncak  pada Januari 2020 sebelum COVID-19 adalah 981 MW. Lantas, yang terjadi saat Covid malah penurunan beban puncak sangat tinggi sebesar 30% dimana beban puncak yang tercatat di bulan September adalah 674 MW. 

"Artinya apa? reserve margin adalah 617 MW disini artinya terjadi reserve margin 92%. Cadangannya sangat besar yaitu 617 MW dimana kondisi kelistrikan ini sangat aman dalam kondisi tahun 2020 ini," sebutnya. 

Kemudian untuk proyeksi pembangkit di tahun 2020 – 2029, ia memaparkan untuk ketahui jika memang tidak terjadi pandemi ini maka beban puncak akan dikelola dengan 3 skenario dimana pertumbuhan listrik pada 2020 ada 3 skenario yaitu optimis, moderat dan 2024 adalah pesimis. 

"Artinya apa? dengan kondisi pandemi ini kita punya 3 skenario bahwa di tahun 2023 baru beban puncak 1.000 MW, kemudian di tahun 2023 secara moderat baru beban puncak 966 MW, kalau posisi pesimis adalah 974 MW baru berada di 2024," jelasnya. 

Artinya, kata dia, bahwa kondisi skenario moderat cadangan listrik di Bali di tahun 2021 sudah mencapai 50%. 

"Reserve margin kita adalah 434 MW, itu artinya bahwa kondisi 2021 kita sangat aman terhadap cadangan daya 434 MW pembangkit kita yang sebagai cadangan kemudian tahun 2023 sudah ada pembangkit green yaitu PLTG (GAS) yang masuk 250 MW yang akan dibangun di selatan sehingga 2023 itu cadangan kita adalah 469 MW setara dengan 48,6%," ungkapnya. 

Demikian juga di tahun 2025 bahwa pembangunan Jawa Bali Connection (JBC) sudah bisa masuk sehingga EBT – EBT yang merupakan PLTS yang rentan terhadap cuaca itu bisa masuk dengan kekuatan sistem yang sudah ditambah pada tahun 2025, dimana diketahui bahwa pembangkit PLTS pada tahun 2022 sudah masuk sebesar 50 MW, terdiri 25 MW ada di Bali Timur dan 25 MW ada di Bali Barat. 

"Ini artinya bahwa kita sangat mendukung terhadap pembangkit energi–energi green demikian juga EBT, disamping itu tahun 2025 akan masuk lagi tahap kedua pembangkit 50 MW yang masing–masing sebesar 25 MW juga di Bali Timur dan di Bali Barat. Kita ketahui bahwa tahun 2025 ini JBC (Jawa Bali Connection) ini akan masuk dengan kapasitas 1.000 MW sampai dengan 2.000 MW, artinya bahwa kondisi saat tahun 2025 itu bahwa cadangan kita sangat besar. Kalau dengan JBC yang masuknya secara bertahap, maka cadangan kita akan mencapai 55% setara dengan 411 MW," jelasnya. 

Demikian juga selanjutnya adalah pada tahun 2025 adalah 600 MW demikian juga cadangan tahun 2026 sampai dengan tahun 2029 cadangan kita rata–rata 800–700 MW.

Disimpulkan dari analisanya, kondisi sistem pembangkit sampai tahun 2029 sangat aman dengan pembangkit yang masuk secara bertahap pada tahun  2022 dengan PLTS. Di tahun 2023 juga disiapkan pembangkit (PLTG) dan juga di tahun 2025. 

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami