search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Pemda Dinilai Lalai Awasi Penerapan Arsitektur Bali di Gedung Swasta
Selasa, 2 Februari 2021, 09:00 WITA Follow
image

beritabali/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Penerapan arsitektur tradisional Bali khususnya pada bangunan milik swasta dinilai masih kurang diterapkan dengan baik. Padahal jika berbicara amanah peraturan daerah wajib dan tidak ada kata lain lagi di luar artsitektur Bali.

"Melihat hal tersebut bisa disebut di Bali masih tidak konsisten lagi dalam penerapan Perda terkait arsitektur Bali tersebut. Perda dalam hal ini telah ada dan juga telah diatur. Apakah dalam bentuk mulai itu warna, wujud, strukturnya, ornamen dan lain-lainnya," sebut Guru Besar Program Studi Aritektur Fakultas Teknik, Universitas Udayana (Unud), Prof Dr Ir Putu Rumawan Salain. M.Si., IAI saat dikonfirmasi belum lama ini di Denpasar.

Perda berkaitan dengan arsitektur tersebut merupakan salah satu wujud dari karya budaya, sehingga, penguatan budaya tentu menjadi penting terutama muatan-muatan dipegang oleh arsitektur.

"Padahal semua orang pasti beranggapan bahwasanya identitas tersebut penting. Dengan demikian tentu identitas ke Bali-annya akan tampak dari artsitekturnya apapun bangunanya. Jadi tidak khusus di kantor pemerintahan saja," katanya.

Jika dievaluasi saat ini memang sebagian besar pembangunan masih dibiayai Pemerintah menjadi contoh nuasa penerapan artsitektur tradisional Bali. Akan tetapi, mengapa di bangunan-bangunan milik swasta masih belum mengindahkannya terlihat sampai saat ini.

"Tentu hal tersebut masih menjadi masalah menurut saya. Padahal jika dilihat telah ada pemerintah memberikan ijin bangunan, kenapa bisa lalai terkait dengan hal tersebut," ucapnya.

Dalam penerapan hal ini maka, berbicara ruang, ruang berbicara rasa. Jadi arsitektur tradisional Bali tentu akan mencerminkan kearifan lokanya. "Jangan lupa bahwasanya manusia dibentuk karena ruang," cetusnya.

Dalam hal ini bukan ingin kembali kemasa lalu akan tetapi, bisa dilihat dari kaidah-kaidah, makna-makna atau teradisi yang masih relevan. Khususnya dalam membentuk jiwa dan raga atau moral masyarakat Bali.

"Jangan sampai meningalkan kaidah-kaidah teradisi yang telah ada. Jangan sampai hilang ciri identitas menjadi kebangaan kita sendiri. Memang arsitektur tersebut akan berubah dan berkembang, akan tetapi yang berubah dan berkambang ini perlu diberikan pemaham-pemahaman baru," bebernya.

Ia menambahkan, jika dilihat dari kekuatan politik Gubernur Bali Wayan Koster saat ini dan beliau juga berbicara one management setidaknya managemen arsitekturnya tidak akan ada masalah saat ini hingga ke depan.

Reporter: bbn/aga



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami