search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
3 Faktor Penyebab Ibu Alami Baby Blues
Rabu, 10 Maret 2021, 13:55 WITA Follow
image

beritabali.com/ist/suara.com/3 Faktor Penyebab Ibu Alami Baby Blues

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Memiliki anak tentu jadi momen yang menyenangkan bagi setiap pasangan, terutama ibu baru. Tapi tak jarang ibu mengalami masalah suasana hati pascamelahirkan atau baby blues sesaat setelah melahirkan.

Gangguan kecemasan itu bukan tanpa sebab. Spesialis kedokteran jiwa klinik Health360 dr. Daniella Satyasari, Sp.KJ mengatakan, ada tiga penyebab ibu bisa alami baby blues, yakni karena faktor biologis, psikologis, dan sosial. Kata Daniella, ketiga faktor itu saling terkait satu sama lain.

"Masalah biologis karena adanya perubahan hormonal. Ibu yang hamil itu kan hormonnya naik turun. Waktu hamil hormonnya naik, jadi mual. Ketika melahirkan langsung turun drastis, ini menyebabkan perubahan mood yang mengakibatkan perubahan perilaku," jelas Daniella dalam webinar daring, Selasa (9/3/2021). 

Masalah genetik atau faktor keturunan dari orangtua atau kakek nenek juga bisa menjadi penyebab baby blues.

Menurut Daniella, jika dalam keluarga ada riwayat alami masalah kejiwaan atau pernah depresi maka kemungkinan baby blues bisa terjadi. 

"Huga adanya ketidakseimbangan zat kimia di otak yang kita tahu adalah dopamin, serotonin, dan juga yang lainnya. Biasanya kalau pada depresi, serotonin terlalu rendah," ucapnya.

Sementara itu, faktor psikologis berkaitan dengan pola asuh yang pernah didapat si ibu ketika kecil. Sikapnya dalam menyelesaikan masalah juga bisa menentukan cara berpikirnya dalam menyelesaikan masalah.

Faktor ketiga adalah sosial. Daniella menjelaskan bahwa faktor ini berkaitan langsung dengan hubungan si ibu dengan orang terdekatnya, pasangan, keluarga, juga teman.

"Misalnya pasangannya kurang mendukung, pasangannya sibuk kerja terus dari pagi sampai malam gak pulang-pulang. Lalu dia baru melahirkan merasa sendiri mengurus anak, jauh dari orangtua merasa enggak didukung. Ini juga bisa jadi pencetus seseorang alami gangguan kejiwaan setelah melahirkan," tuturnya.(sumber: suara.com) 


 

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami