search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Pura Kereban Langit di Sading (2): Diyakini Tempat Memohon Keturunan
Minggu, 21 Maret 2021, 08:50 WITA Follow
image

beritabali/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BADUNG.

Sejak kelahiran Sri Masula-Masuli, banyak masyarakat yang meyakini jika pura tersebut tempat memohon keturunan. 

Pemangku Pura Kereban Langit, Jero Witera mengatakan, sampai sekarang banyak pamedek yang sudah terbukti memiliki momongan usai nunas pemargi di Pura Kereban Langit. Namun Jero Witera tidak berani menjamin jika setelah sembahyang di pura ini langsung mendapatkan momongan, karena hal tersebut adalah kehendak Tuhan juga.

“Saya sebagai pemangku tidak menjamin bisa mendapatkan anak atau tidak dari sini. Karena itu kehendak Tuhan. Ada yang belum, ada yang sedang, ada pula yang sudah lahir. Tapi sampai sekarang banyak yang sudah memiliki keturunan. Banyak juga yang mesesangi, jika punya keturunan mesesangi kain putih kuning, tedung, dan lain-lain,” beber Jero Witera.

Mantan Bendesa Adat Sading tahun 2013-2018 itu melanjutkan, dari penuturan pamedek yang nangkil, rata-rata mempunyai pengalaman menikah lima tahun tak kunjung dikaruniai anak. Ada pula yang nangkil saat belum menikah. Dengan harapan, agar setelah menikah langsung bisa hamil.

"Ada yang belum kawin juga nunas ica ke sini. Agar setelah menikah cepat diberikan momongan. Istilahnya, persiapan doa sebelum menikah. Ada juga yang nangkil beberapa kali, tapi dia tetap sabar. Ada yang nangkil keempat kali baru bisa hamil. Tidak berani menjamin sekali ke sini langsung hamil. Karena itu kehendak Beliau,” tambahnya.

Adapun piodalan di Pura Kereban Langit dilaksanakan setiap Buda Cemeng Ukir. Biaya piodalan sepenuhnya dari pangempon sebanyak 8 KK itu. Sedangkan dari desa adat, hanya prajurunya saja yang nangkil saat odalan. Di luar piodalan, pada hari-hari tertentu sangat ramai pamedek yang datang. Seperti Purnama, Tilem, dan Kajeng Kliwon.

“Dulu sebelum covid-19, biasa kajeng kliwon, purnama, tilem, ramai. Dulu sampai berjubel dan kesulitan nyari parkir, sehingga kami harus koordinasi dengan pecalang. Sejak bulan Maret 2020 sampai sekarang, kami pengempon pura harus membatasi pamedek, karena situasi covid-19,” kata Jero Witera.

Editor: Robby

Reporter: bbn/aga



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami