Pura Kereban Langit di Sading (3): Tata Cara Persembahan
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, BADUNG.
Pemangku Pura Kereban Langit, Jero Witera yang juga pensiunan PNS di Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Badung ini melanjutkan, ada dua jenis pamedek yang tangkil, antara lain melukat biasa dan nunas pemargi (memohon keturunan dan kesembuhan).
Jika pamedek ingin melukat biasa, pamedek membawa dua persembahan banten pejati dan kelapa gading. Jika tanpa kelapa gading, cukup membawa satu pejati saja. Sedangkan untuk yang nunas pemargi, terdapat tambahan bungkak nyuh gadang untuk diminum pasangan suami istri, selain banten pejati dan nyuh gading yang juga dibawa saat nangkil.
“Untuk yang nunas pemargi, disertai membawa bungkak nyuh gadang 2 buah, diminum suami istri. Itu sekaligus istilahnya nunas tamba. Kemudian Ida ring Pura Kereban Langit mepaica tirta untuk sembahyang sehari-hari di rumah sepanjang belum hamil. Ada yang belum habis tirtanya, nangkil lagi. Ada juga yang belum habis tirtanya sudah hamil,” ucap Jero Witera.
“Semua tergantung kehendak Yang Di Atas dan ketulusan hati mereka yang memohon. Kalau sudah nunas pemargi dan akhirnya dikaruniai anak alit, saya ikut bersyukur. Karena artinya secara sekala saya dapat membantu orang yang sedang kesusahan. Setelah dapat momongan, saya selalu berpesan agar anak dirawat dengan baik, karena itu titipan Tuhan,” katanya.
Dikatakan, di dalam pura tersebut ada arca dwaraphala 9 buah, arca perwujudan leluhur 10 buah, arca pancoran 1 buah, Gapura 1 buah, dan Goa 1 buah. Adapun yang melinggih di Pura Kereban Langit antara lain Ratu Gede Nyeneng, Ratu Made, Ratu Ayu, Ratu Niang, Bula Dewi, Dewi Kwam In, Kanjeng Ratu Segara Batu Bolong. Di dalam goa terdapat sumber air yang mengalir.
“Yang jelas air itu datangnya dari goa yang sudah mengalir begitu dari dulu. Saya tidak tahu pasti darimana asalnya. Datangnya dari kelebutan, baik musim hujan tetap segitu, musim kemarau juga tetap segitu. Tidak terpengaruh dari banjir ataupun situasi yang lain,” bebernya.
Reporter: bbn/aga