search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Masa Pandemi, Sampah Organik Rumah Tangga Bisa Dimanfaatlan Sebagai Desinfektan
Jumat, 7 Mei 2021, 12:50 WITA Follow
image

beritabali/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Sampah organik dapur berupa kulit buah dan sisa sayuran dapat dijadikan eco-enzyme yang dapat dimanfaatkan sebagai desinfektan.

Hal tersebut terungkap dalam sebuah artikel ilmiah berjudul “Acceleration of Production Natural Disinfectants from the Combination of Eco-Enzyme Domestic Organic Waste and Frangipani Flowers (Plumeria alba)” yang dipublikasikan dalam jurnal SEAS (Sustainable Environment Agricultural Science), volume 5, nomor 1 terbitan April 2021. 

Dalam artikel yang ditulis oleh Made Rai Rahayu, I Nengah Muliarta, dan Yohanes Parlindungan Situmeang disebutkan bahwa pembuatan desinfektan alami telah banyak dikembangkan, salah satunya melalui pembuatan eco-enzym dari fermentasi limbah organik rumah tangga. Dalam proses fermentasi eco-enzym ini dihasilkan campuran bioethanol dan asam asetat yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti sabun cuci alami, desinfektan, hand sanitizer, pupuk, biopestisida, obat luka dan lain-lain. 

Proses pembuatan eco-enzym secara konvensional memerlukan waktu 3 bulan untuk proses fermentasi. Waktu pembuatan yang cukup panjang membuat masyarakat enggan memanfaatkan metode pembuatan eco-enzym ini untuk keperluan rumah tangganya. Kenyataanya pembuatan eco-enzyme dapat dipercepat dengan penambahan ragi.

 

Penambahan ragi mampu  menghasilkan eco-enzym sesuai syarat standar untuk keperluan desinfektan dalam waktu 8-10 hari. Proses fermentasin yang dilakukan pada akhirnya menghasilkan kadar alkohol 60-70% dan pH eco-enzym telah tercapai di bawah 4,0. Eco-enzym yang dibuat oleh para peneliti menggunakan bahan tongkol jagung, kulit rambutan, dan kulit labu siam. 

Ketiga limbah ini dipilih karena ketersediaannya yang melimpah serta mengandung selulosa yang tinggi. Selain memerlukan antimikroba, disinfektan yang baik hendaknya memiliki sifat ramah lingkungan dan memiliki aroma yang tidak begitu menyengat dan mengganggu, salah satu bahan yang berpotensi untuk dimanfaatkan mengatasi hal ini adalah ekstrak bunga kamboja cendana (Plumeria alba).

Kandungan senyawa dalam ekstrak bunga kamboja cendana melalui uji fitokimia dan GC-MS meliputi terpenoid (linalool, geraniol, terpineol), quercetin dari golongan flavonoid dan citrulline dari golongan alkaloid serta tannin yang  memiliki berbagai aktivitas yang mendukung perannya dalam Bioseptan sebagai desinfektan alami meliputi antibakteri, antifungi, dan antivirus. Bioseptan mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan kategori daya hambat sangat kuat yaitu berkisar antara 31,85-34,41 mm.

Reporter: bbn/mul



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami