Koster Minta Peneliti Buat Salak Varian Kulit Tanpa Duri
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Setelah berhasil mengembangkan bunga gemitir Sudamala, Gubernur Bali Wayan Koster meminta peneliti membuat salak varian dengan kulit tanpa duri.
Sebelumnya ia berhasil mendorong uji coba bunga gemitir khas Bali dengan lima warna yang dilakukan oleh peneliti dari Universitas Udayana (Unud) dan Institut Pertanian Bogor (ITB).
"Saya meminta supaya dibuat varian salak. Sekarang salak itu kulitnya berduri. Itu mengganggu dan kurang nyaman orang untuk makan salak," kata Koster, saat Sidang Paripurna ke-31 di Kantor DPRD Bali, Kamis (20/7).
Tidah hanya salak, Koster berancang-ancang mendorong riset buah-buahan lainnya yang nyaman buat disantap.
"Saya minta kembangkan benih salak supaya buahnya tidak berduri kulitnya, supaya dia mulus, supaya makan salaknya nyaman. Kalau bisa buahnya lebih besar lagi, supaya kalau makan satu biji langsung kenyang. Begitu juga apel, mangga dan sebagainya (juga dibudidayakan)," ujarnya.
"Karena makan salak, kalau buka-buka itu kena itu [jari] merah, luka dia. Bisa tidak bikin kulit salak yang tidak berduri."
"Mestinya bisa, teknologinya tidak susah, bikin pesawat ulang-alik saja bisa. Masak yang begini tidak bisa," cetus Koster, yang juga kader PDIP itu.
Sebelumnya, Gubernur Bali, Wayan Koster akan menyetop impor benih bunga gemitir dari Negara Thailand setelah berhasil ujicoba penamaan benih bunga gemitir asli Bali yang diberi nama 'Bunga Gemitir Bali Sudamala'. Salak tanpa kulit berduri itu sendiri sudah muncul di beberapa daerah.
Tri Harsono, Dosen Biologi FMIPA Universitas Negeri Medan, dalam penelitian berjudul 'Keanekaragaman Salak di Kawasan Malesiana' (2021) mengungkap contoh salak yang "mempunyai kulit buah yang halus dan licin sehingga tidak sakit untuk dipegang."
Salak ini punya nama latin Salacca affinis Griff.
"Salacca affinnis mempunyai kelebihan pada produktivitas yang tinggi dapat dilihat dari jumlah buah antara 400 sampai 800 buah/pohon," tulisnya.
Menurutnya, jenis salak ini banyak tumbuh di hutan primer basah dan di rawa-rawa. Spesies ini banyak dijumpai di Malaysia (Peninsular, Sarawak, Sabah), Brunei Darussalam, dan Indonesia (Kalimantan, Sumatra).
Salak ini tumbuh secara berumpun, berumah dua, berduri, dengan tinggi 5 – 6 meter, dan berbatang pendek. Daunnya menyirip, panjang sampai 4 meter, anak daun banyak, dan berduri.
Tri mengungkapkan posisi tandan bunga dan buah tegak ke atas dengan jumlah tongkol per tandan antara 15–20 tongkol. Setiap tongkol berisi 30–40 buah dan jumlah buah perpohon antara 450-800 buah. Panjang buahnya antara 5–6 cm, diameter buah 3–4 cm dan bobot buah 18–30 gram.
"Kulit buah bersisik, licin dan tidak berduri. Warna kulit buah coklat kemerahan sedangkan daging buahnya berwarna putih kekuningan. Rasa daging buah agak manis, tidak sepet tetapi sangat asam dan berair," ungkap Tri. (sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Robby
Reporter: bbn/net