search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Berbelok Dukung Ukraina, Sekutu Lama Rusia Lontarkan Sindiran Menohok
Selasa, 19 September 2023, 10:25 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/Berbelok Dukung Ukraina, Sekutu Lama Rusia Lontarkan Sindiran Menohok

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Sekutu lama Rusia, Armenia, melontarkan pernyataan yang sangat menohok setelah berbelok haluan mendukung Ukraina dengan mengirim bantuan ke negara tersebut.

Bantuan itu merupakan kali pertama yang dilakukan Armenia sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022.

Armenia mendukung Ukraina karena mereka frustrasi usai Rusia dinilai tak mampu atau tak mau lagi membantu mereka atas agresi Azerbaijan.

Perdana Menteri Nikol Pashinyan sempat mengatakan Armenia merasakan dampak karena mempercayakan Rusia demi pertahanan negaranya.

"Arsitektur keamanan Armenia 99,99 persen terkait dengan Rusia," kata Pashinyan pada awal September lalu ke media Italia.

Ia kemudian berujar, "Tapi, hari ini kami melihat bahwa Rusia sendiri membutuhkan senjata. Rusia tak bisa memenuhi kebutuhan Armenia bahkan jika mereka mau."

Armenia merupakan sekutu Rusia sejak berabad-abad lalu, tepatnya sejak penaklukan Kekaisaran Rusia ke Kaukasus pada 1817-1864. Negara ini juga mempercayakan keamanan mereka ke Kremlin sejak Uni Soviet runtuh.

Menanggapi sikap Armenia, pakar kebijakan luar negeri dari American University of Armenia, Vahram Ter-Matevosyan, mengatakan Armenia dan Rusia berjarak gara-gara kesetiaan Armenia dianggap angin lalu oleh Rusia.

Armenia, lanjutnya, bahkan rela melakukan "nyaris semua hal" yang diinginkan Rusia. Salah satunya, menghentikan upaya mereka menuju integrasi Eropa pada 2013.

Namun beberapa tahun terakhir, tak ada langkah signifikan dari Rusia untuk Armenia.

Kremlin padahal pernah berkomitmen menjamin keamanan Armenia melalui Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (Collective Security Treaty Organization/CSTO).

"Rusia gagal memenuhi janjinya untuk mengamankan koridor Lachin. Rusia gagal mengirim senjata yang dibeli Armenia dari Rusia. Rusia gagal membatasi perluasan dan agresivitas Azerbaijan ke Armenia," kata Matevosyan, dikutip CNN.

Di sisi lain, beberapa tahun terakhir ketegangan antara Armenia dengan Azerbaijan meningkat.

Pemicu konflik kedua negara itu adalah wilayah yang ada di Pegunungan Kaukasus, Nagorno-Karabakh. Wilayah ini juga menjadi penyebab perang selama tiga dekade terakhir.

Nagorno-Karabakh diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan. Namun, sebagian penduduk wilayah itu merupakan etnis Armenia.

Pada 2020 misalnya, terjadi konflik 44 hari usai Azerbaijan menyerang Armenia menggunakan drone dan jet tempur F-6 Turki. Dalam serangan ini, Armenia kalah telak.

Imbas konflik itu, sepertiga wilayah Nagorno diklaim Azerbaijan. Namun, konflik tak kunjung usai.

Rusia lalu menawarkan negosiasi ke kedua negara agar gencatan senjata. Salah satu isi kesepakatan ini mengerahkan sekitar 2.000 pasukan penjaga perdamaian Kremlin ke Nagorno-Karabakh untuk menjaga koridor Lachin.

Koridor itu menjadi satu-satunya jalan untuk menghubungkan Rusia ke Armenia.

Seiring berjalannya waktu, pasukan perdamaian Rusia dilaporkan tak mencegah pasukan Azerbaijan mendirikan pos pemeriksaan militer di sepanjang koridor Lachin. Impor makanan pun menjadi terhambat.(sumber: cnnindonesia.com)
 

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami