search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Cerita Pendaki Selamat dari Horor Erupsi Gunung Marapi
Minggu, 10 Desember 2023, 11:55 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/Cerita Pendaki Selamat dari Horor Erupsi Gunung Marapi

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Seorang pendaki asal Riau, Benget Hasiholan Mare Mare, bercerita momen dirinya dan rombongan berhasil selamat dari erupsi Gunung Marapi, Sumatera Barat, pada Minggu (3/12).

Benget mendaki bersama rombongannya yang beranggotakan 10 orang dari Mapala Batara Fakultas Hukum Universitas Riau. Mereka mencapai puncak Gunung Marapi pukul 10.00 WIB.

Usai mencapai puncak, Benget dan rombongan kembali ke area camp di cadas Gunung Marapi untuk makan siang hingga pukul 14.00 WIB. Mereka juga bersiap untuk turun.

Saat turun, Benger dan rombongan terbagi dalam beberapa kelompok. Ia bersama kedua adiknya berada di barisan terdepan memimpin rombongan.

Dalam perjalanan turun, Benget dan kedua adiknya mulai mendengar suara seperti gemuruh petir. Saat itu, kedua adiknya bertanya-tanya asal gemuruh. Mereka menerka itu berasal dari helikopter, petir, ataupun badai.

"Di situ saya tidak terlalu menggubris dan menjawab pertanyaan mereka karena saya berusaha mencerna apa yang sedang terjadi," kata Benget saat dihubungi oleh CNNIndonesia.com, Sabtu (9/12).

Ia mengatakan gemuruh yang terjadi saat itu membuat sakit telinga. Benget lalu menyadari adanya tanda erupsi dari hujan bebatuan. Ia segera memimpin grup kecilnya untuk menyelamatkan diri.

"Karena suara seperti gemuruh petir yang saya rasakan itu berbeda, bukan seperti gemuruh petir badai biasa seperti dari gunung-gunung yang pernah saya daki," katanya.

"Jadi akhirnya setelah saya mendengar dengan seksama, langsung saya bilang ke rombongan kecil itu, 'Ini bukan suara petir! ini erupsi! ayo cepat turun!" ucapnya menambahkan.

Mereka awalnya berlindung di bekas warung di sekitar Nagari Paninjauan di sekitar lereng Gunung Marapi. Tak lama setelah mereka mencapai titik itu, seluruh anggota rombongan dan 4 pendaki lain berhasil menyusul.

Kemudian, 14 orang pendaki tersebut bergegas turun menyelamatkan diri untuk menuju pos Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) terdekat.

"Sekitar 90 menit kami berhasil sampai ke pos BKSDA," katanya.

Di pos BKSDA itu, Benget dan rombongan mendapat penanganan pertama karena beberapa anggotanya mengalami cedera ringan usai terkena batu dari erupsi gunung.

"Beruntungnya kami, memang kami sudah di bagian hutan lebat saat itu, jadi kami agak terlindungi oleh pepohonan dari hujan bebatuan itu, meski anggota tim kami juga ada yang terkena batu, tidak terlalu parah," ujarnya.

Tak lama setelahnya, Benget dan rombongan diminta segera melapor ke Kantor Wali Nagari Batu Palano di Kecsamatan Sungai Pua, Kabupaten Agam untuk proses pendataan pendaki selamat.

"Di situ kami cukup lama, sampai sekitar jam 22.00 WIB. Karena anggota tim yang keseleo tadi dibawa dulu ke RS terdekat untuk dirontgen dan diperiksa," ungkapnya.

Ia mengatakan saat ini teman-teman rombongannya sudah pulih dari cedera ringan. Namun, Benget menjelaskam ada beberapa anggota pemula yang mengalami trauma cukup berat.

"Mereka kan sempat bertemu banyak pendaki lain, berkenalan, dan beberapa kenalan itu juga ada yang tidak selamat," kata Benget. "Jadi itu menimbulkan efek trauma bagi para pendaki baru, terasa sekali untuk mereka,"

Gunung Marapi di wilayah Kabupaten Agam dan Tanah Datar, Sumatera Barat, meletus pada Minggu (3/12) sekitar pukul 14.54 WIB.

Meletusnya gunung api berketinggian 2.891 mdpl ini ditandai dengan muntahan kolom abu berisi material vulkanik hingga 3.000 meter dari puncak kawah yang disertai suara gemuruh.

Kantor SAR Kota Padang mencatat ada 75 pendaki yang berada di Gunung Marapi, Sumatera Barat saat terjadi erupsi. Sebanyak 52 pendaki di antaranya selamat dan 23 lainnya meninggal dunia.(sumber: cnnindonesia.com)

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami