search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Mengenal Tradisi Mesantalan di Dusun Bangbang Biaung Karangasem
Sabtu, 22 Oktober 2022, 19:06 WITA Follow
image

beritabali/ist/Mengenal Tradisi Mesantalan di Dusun Bangbang Biaung Karangasem.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, KARANGASEM.

Sore ini, langit di atas Pura Puseh Bangbang Biaung, Desa Duda, Kecamatan Selat, Karangasem diselimuti awan mendung. Dari kejauhan, sesekali terdengar suara gemuruh sebagai pertanda akan turunnya hujan di wilayah tersebut. 

Namun, bagi krama penyatur Desa Pakraman Duda di Dusun Bangbang Biaung, kondisi cuaca tak menjadi halangan bagi mereka untuk mengikuti rangkaian tradisi "Mesantalan" yang rutin dilaksanakan setiap satu tahun sekali yang jatuh pada hari ini, Sabtu (22/10/2022). 

Sebelum tradisi ini dimulai, sekitar pukul 13.00 WITA, ratusan krama laki - laki, perempuan, remaja hingga anak - anak, mulai berdatangan membawa banten ke Pura Puseh yang berada sekitar 500 meter di sebelah selatan Kantor Camat Selat tersebut. 

Setelah semua krama datang, banten yang dibawa langsung dihaturkan di area utama mandala pura. Sementara pemangku sedang muput, sebagian krama laki - laki duduk menunggu persembahyangan di area madya mandala Pura. Sementara yang lain ada juga yang terlihat ngobrol di luar Pura.

Sampai akhirnya, muncul aba-aba dari pengelingsir pura, seluruh krama kemudian menuju areal utama mandala untuk mengikuti persembahyangan bersama yang dipuput oleh seorang pemangku.

Usai melaksanakan persembahyangan, tepat pukul 14.30 WITA, krama laki - laki kemudian membaur menjadi dua kelompok. Satu kelompok berada di utama mandala pura dan sebagain ada diarea madya mandala pura.

Setelah menempati posisi masing - masing, kedua kelompok itu saling melempari satu sama lainnya menggunakan ketipat (ketupat) lungsuran dari bebanten yang sebelumnya telah haturkan oleh krama di Pura Puseh.

"Tipat yang dilemparkan itu adalah tipat lungsuran dari banten yang dihaturkan sebelumnya oleh krama, ini maknanya sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan atas berkah yang telah diberikan dengan harapan seluruh warga selalu diberikan kemakmuran," tutur I Komang Gede Sutama selaku pengelingsir Pura Puseh Bangbang Biaung.

Uniknya, usai tradisi ini dilaksanakan, ketipat atau ketupat yang sebelumnya telah dilemparkan akan dipungut oleh karama untuk nantinya dibawa pulang karena diyakini ketipat tersebut akan membawa berkah bagi mereka. 

Sementara itu, tradisi "Mesantalan" Ini kata Sutama adalah rangkaian akhir dari Aci Ngusaba Kapat yang rutin digelar setiap satu tahun sekali, yaitu pada hari ke-11 setelah upacara penyineban aci Ngusaba Kapat di Desa Pakraman Duda yang jatuh pada hari ini dan bertepatan dengan hari raya Sarawati.

Editor: Redaksi

Reporter: bbn/krs



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami