search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Sedang Viral Hubungan Seks FWB, Apa Itu?
Minggu, 25 September 2022, 19:37 WITA Follow
image

beritabali.com/ist/Sedang Viral Hubungan Seks FWB, Apa Itu?

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

“Dok, bahas dong itu kasus yang sedang viral itu. Kasus yang sepasang anak muda berpakaian sembahyang tetapi berhubungan seksual di mobil yang sedang berjalan dan ternyata mereka hanya berteman dan bukan sepasang kekasih. Katanya mereka itu melakukan Friend With Benefit (FWB). Kok bisa ya?” tanya seorang ibu muda. Pertanyaan bernada serupa juga banyak sekali datang beberapa hari ini.

Memang video yang dimaksud ini sedang viral, beredar di mana-mana, terutama di media sosial. Awalnya menyita perhatian publik karena terlihat dalam video ada sepasang laki-laki dan perempuan dewasa sedang berhubungan seksual menggunakan pakaian sembahyang di dalam mobil yang sedang berjalan. 

Lalu menjadi bertambah viral dan dibicarakan kembali karena muncul berita lanjutannya, bahwa mereka berdua telah ditangkap polisi dan mengaku bukan suami-istri dan juga bukan sepasang kekasih, tetapi hanya bersahabat di media sosial karena berbeda jarak tempat tinggal, dan saat bertemu bersepakat melakukan hubungan seksual. Mereka menyebutnya dengan Friend With Benefit atau FWB.

FWB dapat diartikan sebagai sebuah relasi antar orang dengan orang lain yang sering dikaitkan dengan hubungan secara seksual tanpa adanya perasaan dan ikatan status. Praktik seperti ini telah berlangsung sejak lama, termasuk di Indonesia. Artinya istilah friends with benefit sini memang baru, tetapi apa yang dilakukan seperti ini sudah ada sejak lama. 

Sebagai contoh, sebelumnya untuk hubungan serupa sudah ada istilah Teman Tapi Mesra atau TTM,ada juga sebelumnya istilah Hubungan Tanpa Status atau HTS. Karena dihubungkan dengan trend yang banyak dibahas di media sosial, akhirnya istilah FWB ini sering dipakai dan terang-terangan diumbar ke publik, seolah menjadi hal lumrah agar dianggap gaul oleh sebagian anak muda. 

Entah itu benar dilakukan, atau sekedar mengaku saja melakukannya. Ini semua dimungkinkan karenaadanya stimulus yang kuat untuk melakukannya. 

Zaman sekarang kemungkinan anak muda melakukan hubungan seksual sebelum menikah dan memiliki banyak pasangan seksual itu relatif lebih banyak karena ada stimulus seksual yang lebih banyak, dengan maraknya tayangan bermuatan seks di internet dan media sosial yang dapat diakses sendiri dengan sangat mudah. Tentu berbeda dengan di jaman dua dekade lalu misalnya, yang lebih sulit mengakses media bermuatan seks. 

Belum lagi kontrol orang dewasa, orang tua, guru, dan masyarakat yang semakin lemah terhadap anak-anak dan remaja, membuat praktek serupa FWB pun sering dilakukan tanpa rasa khawatir dan ketakutan berlebihan. Masyarakat yang tidak ambil pusing dengan perilaku anak muda, 0rang tua dan guru yang masih enggan memberikan edukasi seksual yang benar. 

Sehingga sianak tanpa edukasi yang benar dilepas begitu saja. Selanjutnya tergantung dari lingkungan sebayanya, jika ada peer pressure untuk mengajaknya untuk melakukan hubungan seks sebelum waktunya, maka itu akan membawa sikap dan perilakunya lebih mudah untuk berhubungan seksual sebelum menikah, termasuk melakukan FWB dengan orang yang diinginkannya, walau tidak terikat sebagai pacar sekalipun.

 

Saat ini dapat diasumsikan berdasarkan berbagai penelitian terbaru ada rentang sekitar 10-30 persen remaja di Indonesia telah melakukan hubungan seksual pranikah. Tentu saja juga termasuk praktik FWB masuk di dalam persentase itu. Tentu ini berbeda dengan kondisi dua atau tiga dekade lalu misalnya.

Pergeseran persepsi anak muda tentang perilaku seksual, suka atau tidak, memang telah bergeser, remaja menjadi lebih aktif secara seksual di saat ini. Pada akhirnya, praktik hubungan seksual sebelum menikah ini harus dipahami adalah memiliki risiko, apalagi jika praktik FWB yang dijalani dengan lebih dari satu orang pasangan. 

Risikonya adalah dapat terkena Infeksi Menular Seksual (IMS) salah satunya. Risiko dari FWB ini sama dengan risiko orang yang melakukan hubungan seksual tidak aman. 

Bisa dibayangkan, jika melakukan FWB dengan satu pasangan yang tidak jelas status kesehatan seksualnya, tanpa proteksi kondom, sudah bisa terinfeksi dengan berbagai macam jenis IMS mulai dari sifilis, gonore, klamidia, herpes sampai HIV. Risiko berikutnya adalah kehamilan tidak diinginkan, dengan ikutan lainnya, baik itu risiko aborsi, permasalahan psikososial karena ketahuan hamil dan terkena HIV misalnya.

Jadi sangat disarankan agar edukasi seks bisa mulai diajarkan sedini mungkin kepada anak, terutama oleh orang tua di rumah. Saat ini juga penting untuk mengajak semua orang untuk paham penggunaan gadget dan internet secara bertanggung jawab. 

Disamping untuk pencegahan kemungkinan permasalahan seksual, juga menghindari kemungkinan mendokumentasikan aktivitas seksual yang akhirnya tersebar ke publik.

Untuk pencegahan, ada rumus ABCDE. A, adalah abstinence yang artinya tidak dulu berhubungan seksual sebelum menikah. B, be faithful, setia bersama pasangan. C, yang sudah aktif secara seksual apalagi memilikib eberapa pasangan, harusm enggunakan condom. 

Yang D, don't inject, artinya jangan pakai jarum suntik sembarangan. Terakhir E, yaitu education, mencari informasi yang benar dan tepat tentang kesehatan seksual, karena begitu banyaknya mitos dan hoax beredar di internet yang jika salah mendapat informasi malah akan menjerumuskan remaja ke dalam perilaku seksual yang berisiko.

Editor: Redaksi

Reporter: bbn/oka



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami