search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Terlibat di G20, Ketua STIMIK Primakara Singgung Digital Nomade Menyerbu Bali
Jumat, 18 November 2022, 23:18 WITA Follow
image

beritabali/ist/Terlibat di G20, Ketua STIMIK Primakara Singgung Digital Nomade Menyerbu Bali.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BADUNG.

Salah satu perguruan tinggi ternama di Bali STMIK Primakara terlibat langsung mendukung dan menyukseskan Presidensi G20 dengan berpartisipasi pada semumlah side event G20 di Bali. 

Hal ini tentu membanggakan bagi Technopreneurship Campus ini, karena tidak banyak kampus di Bali bahkan Indonesia yang bisa terlibat langsung dalam event besar tingkat dunia ini.

“Primakara ingin berkontribusi, jadi bagian kecil dari event besar G20. Memang tidak semua kampus bisa mengupayakan itu. Primakara kampus yang relatif baru tapi selalu bisa berkontribusi,” kata Ketua STMIK Primakara Made Artana, Kamis 17 November 2022.

Salah satunya STMIK Primakara dipercaya menjadi official partner dalam acara ITF (Industry Task Force) G20 Digital Transformation Expo Parallel Event yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) pada Senin 14 November 2022 yang dihadiri langsung Menteri Kominfo Johnny G Plate. 

G20 Digital Transformation Expo Parallel Event ini sejenis forum berkumpulnya industri tech company atau perusahaan yang berbasis teknologi di Indonesia dimana mereka berdiskusi dengan pemerintah.

“Primakara satu-satunya kampus yang jadi official partner ITF dari Kemenkominfo, itu cukup membanggakan untuk kami. Apalagi itu sangat inline dengan positioning STMIK Primakara yang selalu konsern tentang perkembangan startup dan tech company, tech industry serta digitalisasi secara umum,” papar Artana.

Para dosen STMIK Primakara juga terlibat aktif menjadi pembicara dalam sejumlah sesi talk show bagian dari side event G20 dengan mengangkat berbagai topik. Misalnya bagaimana menciptakan iklim inovasi, punya mindset bertumbuh atau growth mindset di kalangan anak muda, lalu terkait dengan keamanan di internet, dan lain sebagainya.

“Saya mengajak teman-teman dosen berkontribusi di G20, sekaligus membranding diri bahwa pernah berkontribusi langsung di event G20. Apalagi kami diberikan akses KemenkopUKM dan SMESCO yang punya acara side event G20,” ungkap Artana.

Dari keterlibatan para dosen STMIK Primakara di talks show side event G20 ini, tentu menjadi kebanggaan tersediri dan banyak hal positif didapatkan. “Nilai positifnya konfidensi teman-teman dosen terangkat, mereka merasa bangga bisa tampil dalam sebuah event yang dikorelasikan dengan G20. Tidak banyak orang punya kesempatan itu. Jadi teman-teman ini sangat bangga dan kemudian mencoba memanfaatkan event ini sebaik-baiknya untuk sharing sesuai dengan keahlian yang dimiliki,” terang Artana.

Lebih jauh Artana mengungkapkan salah satu topik yang dibahas dalam G20 yakni terkait digitalisasi sangat sejalan atau inline dengan apa yang selalu disampaikan dan didorong oleh STMIK Primakara. 

“Terkait dengan digitaliasi erat kaitannya dengan kita di Bali dengan mengangkat ekonomi kreatif dan digital, secara umum terkait dengan startup. Ini sangat berkorelasi karena kami di Primakara sangat konsern dengan digitalisasi,” ujar Artana Artana yang pernah menyabet Juara I Penggerak Wirausaha Muda Berprestasi Tingkat Nasional tahun 2017 dan peraih CYEA (Creative Young Entrepeneur Award) dari Junior Chamber International ini.

Selaku praktisi ekonomi digital dan penggerak startup, Artana juga ikut dalam agenda High Level Meeting Bank Central anggota G20 dimana juga bank central di Asia mendorong digitalisasi di sektor finansial. Misalnya bagaimana rupiah bisa dipakai berbelanja di Thailand.

Menurutnya Bali harus selalu mampu mengambil hikmah dari isu-isu strategis yang diangkat di global sehingga Bali bisa menyiapkan diri untuk itu. “Bali harus mampu jadi pioneer di awal, jangan jadi late adopter masuknya belakangan, harus menjadi early adopter,” tegas pria yang pernah menyabet penghargaan The Most Outstanding Development Officer dan The Best Development Officer dari JCI Asia Pasific Development Council itu.

Terkait  hal itu STMIK Primakara menjadi semacam jembatan komunikasi antara pemerintah daerah dengan berbagai pihak. Seperti peran yang diambil STMIK Primakara selama ini yakni menjadi ecosystem builder atau membangun ekosistem, menjadi pengembang ekosistem untuk startup dan lebih luasnya lagi ekonomi kreatif digital.

Artana juga sempat mengisi acara side event G20 Development Working Group dengan tema “Transforming The Economy Toward A Resilient and Sustainability Economic Growth” yang diselenggarakan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, intinya terkait dengan transformasi ekonomi.

Dalam acara itu Artana bercerita apa yang bisa dilakukan di Bali dalam mentransformasi ekonominya. Artana menekankan dari aspek ekonomi kreatif dan digital, apa saja yang sudah dilakukan di Bali baik oleh pihak swasta maupun pemerintah untuk menghidupkan ekonomi kreatif dan digital di Bali.

Salah satunya sudah banyak digelar berbagai event terkait ekonomi kreatif dan digital seperti Bali Startup Summit, Bali Digifest, dan event-lainnya. STMIK Primakara juga terlibat aktif dalam Banjar Creative Space (BCS) yang juga didukung oleh Kementerian BUMN. 

“Itu adalah inisiasi-inisiasi yang oleh pemerintah jika dilihat bagus itu bisa ditindaklanjuti. Intinya ekonomi kreatif dan digital harusnya menjadi konsernya Bali,” tegasnya.

Artana menambahkan, saat ini Bali diserbu pekerja-pekerja digital baik yang nasional maupun internasional, dimana mereka berlomba-lomba bekerja dari Bali. Sejak pandemi Covid-19, mereka sudah menemukan pola bahwa kerja yang efektif tidak harus dari kantor.

“Para digital nomade banyak jumlahnya, apalagi generasi Z ini tidak terlalu betah bekerja di kantor. Mereka tetap bekerja bahkan lebih keras dari sebelumnya, tapi mereka bisa bekerja dari manapun, dan Bali adalah salah satu surganya,” ungkap Artana.

Menurutnya hal itu menjadi ancaman sekaligus peluang. Itu menjadi ancaman kalau tidak mampu mengoptimalkan potensi yang ada, bahkan mereka bisa menggerus apa yang seharusnya kita lakukan. Tapi kalau kita mampu memanfaatkan secara optimal, itu akan menjadi sebuah potensi yang luar biasa.

“Ada ratusan ribu orang bekerja di Bali secara digital, mereka umumnya adalah orang-orang yang kompetensinya tinggi di bidang digital. Apa yang bisa tangkap dari peluang itu, akan menjadi kunci keberhasilan kita,” pungkas Artana.

Editor: Robby

Reporter: bbn/aga



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami