search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Waspadai Gangguan Jiwa Kekinian Dipicu Kecanduan Ponsel
Minggu, 4 Maret 2018, 18:40 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Masyarakat diminta mewaspadai ganguan jiwa kekinian yang dipicu kecanduan terhadap gawai khususnya HP (ponsel) dan game.
 
 
Hal itu disampaikan Wakil Direktur Bidang Pelayanan RSJ Bangli dr. Dewa Gde Basudewa, SpKJ dalam orasinya di Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS), Minggu (4/3). Ia menjelaskan beberapa tanda jika seseorang mulai mengalami gangguan jiwa yakni bila tingkah lakunya mulai tidak selaras dengan lingkungan. 

"Perubahannya bisa kita amati, dari yang awalnya suka bergaul menjadi tidak suka bergaul. Ciri lainnya, suka ngomong sendiri. Salah satu pemicu ganggua jiwa yang umum adalah depresi," bebernya. 
 
Namun ahli kejiwaan ini mengamati, belakangan muncul penomena gangguan jiwa ringan yang disebabkan kecanduan pada teknologi khususnya HP. "Sekarang banyak kita lihat orang jalan, tetapi tangannya tetap sibuk dengan HP. Dipanggil pun tidak nyahut, dalam teori ilmu kejiwaan itu disebut obsesif kompulsif atau obsesi berlebihan terhadap sesuatu," terangnya. 
 
Tidak hanya HP, kata dia belakangan banyak anak remaja yang kecanduan game. Basudewa berpendapat, masyarakat harus mewaspadai dampak negatif dari adiksi atau canduan teknologi ini karena kecanduan teknologi yang tak terkontrol dapat memicu perubahan perilaku seperti menjadi mudah marah ketika kesenangannya diganggu. 
 
"Saya menyebutnya sebagai gangguan jiwa kekinian. Saya berharap, spektrum kategori gangguan kejiwaan bisa diubah sehingga penomena kekinian bisa masuk dalam aturan dan tertangani sedini mungkin" imbuhnya.
 
Pada bagian lain, Basudewa juga menyinggung gangguan jiwa sebagai pemicu tingginya angka bunuh diri. "Angka kematian akibat bunuh diri di Bali cukup tinggi, puncaknya tahun 2004 yaitu sebanyak 180 orang. Sementara tahun 2017 bisa ditahan di angka 99 orang," ujarnya. 

Meski grafiknya menurun, namun menurutnya angka itu masih terbilang tinggi. Menurut dia, lingkungan keluarga punya andil yang sangat besar dalam mencegah tindak bunuh diri. 
 
"Jauhkan pola asuh anak dari kekerasan psikis seperti memarahi, merendahkan dan selalu menuntut mereka jadi yang terbaik. Selalu buka ruang komunikasi antar anggota keluarga," tambahnya. 
 
Lebih dari itu, Basudewa juga menghimbau agar pihak keluarga tak menganggap Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) sebagai aib yang terkesan ditutup-tutupi. Sikap tertutup ini mengakibatkan hampir 80 persen pasien dengan ganguan jiwa belum terakses layanan keaehatan yang mereka butuhkan.

Reporter: bbn/sin



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami