Mengenal Sulinggih di Bali (3): Siapa yang Boleh Jadi Sulinggih?
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Ketua PHDI Denpasar Nyoman Kenak menegaskan, semua umat Hindu berhak untuk menjadi sulinggih. Bahkan menurutnya menjadi sulinggih adalah hal yang wajib bagi umat Hindu, bukan merupakan profesi.
Sulinggih tidak memandang perbedaan klan atau yang disebut Nayoni. Diksa merupakan sebuah jalan untuk umat Hindu menuju moksa atau kebahagiaan yang kekal. Dia mengatakan setiap kelahiran berawal dari sudra atau kalangan umum.
Setelah menjalani inisiasi yakni Dwijati, selanjutnya secara terus-menerus seorang sulinggih menambah pengetahuannya tentang Weda itu sendiri. Setelah paham makna dari Weda itu sendiri, sifat-sifat tuhan itu sendiri, maka itulah sosok Brahmana.
"Tentu ini tidak mudah. Ini bukan seperti melamar pekerjaan, ketika memiliki kemampuan, kemudian lolos mengikuti ujian, langsung menjadi brahmana. Tidak begitu. Ada tahap panjang yang harus dilalui," tuturnya.
Mengawali proses menuju Diksa, calon sulinggih harus bersedia Sisya. Harus mencari guru spiritual atau nabe. Di dalamnya terdiri dari Dwi Angga guru yaitu leluhur, Sidhi Angga Guru yaitu Tuhan itu sendiri. Sedangkan Menawa Angga Guru, yakni Nabe itu sendiri.
"Dalam memilih Menawa Angga Guru tidaklah mudah, bukan saja memiliki kemampuan namun juga harus sehati karena Meala Ayu Tunggal. Kalaupun sisya melakukan kesalahan nabe kena juga, tidak boleh nggak," ungkapnya.
Setelah menemui kesepakatan dan kesepahaman, barulah seorang calon sebagai menjalani tahapan Siksa yang merupakan tahap pengemblengan calon sulinggih. Penilaian dilakukan secara kompleks, mulai dari perilaku dan situasi di tingkat keluarga sehingga hubungan sosial.
Reporter: bbn/dps