search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
243 Pecahan Situs Budha Diboyong ke Denpasar
Senin, 3 Maret 2008, 20:44 WITA Follow
image

image.google.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BULELENG.

Penemuan pecahan situs Budha berupa materai, relief dan stupika di Desa Ume Anyar, Seririt, merupakan penemuan terbesar peninggalan sejarah Budha di Buleleng, sehingga 243 pecahan situs budha tersebut, Senin (3/3) diboyong ke Denpasar oleh Balai Arkeologi (Balar) Denpasar untuk diteliti.

“Dilihat dari angka tahun situs Budha yang ditemukan warga Desa Ume Anyar itu sekitar abad ke 8–9, menjadikan penemuan ini terkaya dan terbesar dalam sejarah penemuan situs Budha di Buleleng. Karena yang kita temukan disini sangat lengkap, baik dari bentuk stupikanya maupun meterai-meterainya,” ungkap Kepala Kantor Balai Arkeologi Denpasar, Drs. AA Gede Oka Astawa, M.Hum.

Selanjutnya 243 pecahan dari tanah liat situs Budha yang terdiri dari stupika ukuran besar, kecil dan sedang dan stupika khusus serta berbagai macam bentuk meterai budha yang berisi mantram-mantram khas Budha diboyong oleh Badan Arkeologi Denpasar untuk diteliti. ‘’Kita akan bawa dulu benda-benda ini dan nanti sehabis Hari Raya Nyepi kami akan datang lagi untuk meneliti lokasi lebih dalam lagi,’’ ujar Oka Astawa.

 

Setelah mengelompokkan benda-benda yang sebelumnya ditemukan warga, Badan Arkeologi Denpasar, didampingi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Buleleng dan Kapolsektif Seririt, AKP Made Sanjaya menuju lokasi penemuan yang masih dipasangi garis polisi. ”Di lokasi ini mungkin masih ada benda-benda yang tersisa, sehingga saya harapkan lokasi ini bisa diamankan dulu,” ujar Oka Astawa.

Sementara, jika dilihat dari bahan dasar stupika (miniatur) yang ditemukan di Ume Anyar, jenisnya hampir sama dengan Candi Borobudur, termasuk gambar-gambar yang ada di dalam meterai-meterai. "Kalau stupika ini adalah miniaturnya, sedangkan kalau stupa itu adalah candinya,’’ papar Oka Astawa. 

Reporter: bbn/sas



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami